Find Us On Social Media :
Walikota Semarang menabuh bedug saat dugderan. (Pemkot Semarang)

Tradisi Dugderan sebagai Cara Menyambut Ramadhan di Semarang

Farhan R Nugraha - Senin, 4 April 2022 | 19:35 WIB

Sonora.ID - Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadan, Semarang memiliki tradisi dengan menggelar dugderan sebelum berpuasa.

Acara tersebut merupakan tradisi  yang terus dilestarikan hingga saat ini.

Tradisi dugderan sudah dimulai sejak masa kepemimpinan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung Purbaningrat (1881), pada saat itu penentuan awal Ramadan ditandai dengan melakukan penabuhan di Masjid Agung Kauman yang disertai dengan menyalakan meriam di halaman kabupaten dengan membunyikan masing-masing tiga kali.

Dugderan sendiri diambil dari suara bedug ‘dug dug dug’ dan meriam yakni ‘der der der’.

Baca Juga: Desa Wisata Jadi Destinasi Unggulan Kabupaten Semarang di Libur Lebaran 2022

Dalam sejarahnya, dugderan diselenggarakan sebagai upaya peleburan perbedaan yang terjadi di Kota Semarang pada zaman kolonial, karena pada zaman tersebut terdapat empat golongan yaitu pakojan (Arab), pecinan (Tionghoa), kampung Melayu (warga perantauan dari luar Jawa), dan orang Jawa asli.

Dalam proses pengarakan pada dugderan, akan menggunakan maskot warak ngendog, makna kata warak berasal dari bahasa Arab yang berarti suci sedangkan ngendog dari bahasa Jawa yang berarti bertelur.

Filosofinya sebagai ajakan menjaga kesucian diri agar mendapat kemenangan di bulan Ramadhan, versi lainnya warak ngendog merupakan bentuk akulturasi kebudayaan di Semarang pada saat itu.

Namun, karena terjadi pandemi COVID-19 membuat arak-arakan ini ditiadakan karena mengingat pandemi belum berakhir dan pemerintah menegaskan untuk phisical distancing dan social distancing untuk mengurangi penyebaran virus.

Baca Juga: Desa Wisata Jadi Destinasi Unggulan Kabupaten Semarang di Libur Lebaran 2022

Acara dugderan tahun ini yang telah digelar pada hari Kamis, 31 Maret 2022 lalu juga dilaksanakan dengan konsep yang tidak jauh berbeda dengan tahun lalu.

Dugderan dipusatkan di dua titik yaitu halaman Balaikota Semarang dan di Kauman dan hanya bisa dinikmati secara virtual.

Tidak seperti sebelum masa pandemi yang lokasi dugderan berpindah-pindah setiap tahunnya yang pernah diselenggarakan di Pasar Johar, depan Stasiun Tawang.