Find Us On Social Media :
Ilustrasi Dokter (Kompas.com)

Peringatan Hari Dokter Hewan Sedunia dan Tantangannya Kedepan

Jati Sasongko - Minggu, 1 Mei 2022 | 09:45 WIB

Palembang, Sonora.ID - Tanggal 30 April diperingati sebagai Hari Dokter Hewan Sedunia. Indonesia merayakannya pertama kali tahun 2007, Palembang sejak 2017.  

Dr. drh. Jafrizal, ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel kepada Sonora (30/4/2022) mengatakan peringatan ini mengingatkan tentang besarnya peran dan fungsi dokter hewan.

WHO menyatakan bahwa 70 persen penyakit menular baru yang ada pada manusia saat ini ditularkan melalui hewan.

Artinya kesehatan hewan harus diperhatikan kalau tidak mau ada kejadian kasus penyakit menular pada manusia.

Baca Juga: 5 Keuntungan Olahraga di Pagi Hari, Dokter: Turunkan Angka Depresi!

“ Terkait hal itu, dokter hewan menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap kesehatan hewan untuk mencegah terjadi penularan penyakit menular pada manusia. Penyakit manusia seperti corona, HIV, malaria, rabies ditularkan melalui hewan. Kolaborasi menjadi kata kunci, dokter hewan tidak hanya jadi penyembuh hewan saja, tapi pencegah penyakit pada manusia,” ujarnya.

Ada juga penyakit menular lewat makanan yang kita konsumsi seperti daging, telur.

Peran dokter hewan menjamin kesehatan hewan, produk makanan, daging, kesehatan lingkungan.

Dokter hewan menjadi orang yang pertama kali mencegah penyakit menular seperti rabies yang menular melalui hewan.

Dengan vaksinasi rutin pada hewan peliharaan merupakan upaya mencegah penularan rabies ke manusia.

Baca Juga: Hobi Minum Kopi? Dokter Ungkap Kadar Maksimal berdasarkan Gender

“ Tema tahun ini adalah menguatkan ketangguhan peran dokter hewan. Dokter hewan sudah melakukan upaya-upaya peningkatan kompetensi dokter hewan dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat, sterilisasi, vaksinasi untuk menyehatkan hewan dan mencegah penularan pada manusia,” tukasnya.

Kedepan tantangan dokter hewan akan lebih berat lagi karena habitat alami hewan banyak yang hilang akibat konversi hutan menjadi perkebunan.

Atas hal itu, menjadikan hewan tidak pada habitat aslinya dan dipelihara oleh manusia.

Maka itu, menjadi tantangan terutama penyakit menular panda manusia, kompetensi dokter hewan harus ditingkatkan terutama pada satwa liar.   Tantangan berikutnya adalah resistensi mikroba terhadap antibiotik.

Penggunan antibiotik harus terkontrol agar mikroba tidak menjadi resistensi obat.

Dokter hewan juga berupaya agar produk hewan seperti telur dan daging mendapat sertifikasi hygen sanitasi.

Di sumsel masih banyak peternakan yang belum mendapatkan sertifikasi hygen sanitasi, ini jadi tantangan dokter hewan kedepan, ujarnya.

Baca Juga: Satu Kali Hubungan Intim Bisa Langsung Hamil? Dokter Boyke: Bisa, Apalagi Kalau...