Find Us On Social Media :
Bupati Karolin Margret Natasa meresmikan pabrik penggilingan padi terbesar di Kalbar yakni Rice Milling Unit (RMU) yang berada di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalbar. (Dok. Media Center Bupati Landak)

Bupati Karolin Resmikan Pabrik Penggilingan Padi Terbesar di Kalbar

Indri Rizkita - Kamis, 19 Mei 2022 | 17:30 WIB

Landak, Sonora.ID Bupati Landak Karolin Margret Natasa meresmikan secara langsung pabrik penggilingan padi terbesar di Kalimantan Barat yakni Rice Milling Unit (RMU) yang berada di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat, pada Rabu (18/05).

RMU atau yang biasa dikenal sebagai mesin penggiling padi merupakan jenis penggilingan generasi baru yang mudah dioperasikan dan dinilai praktis lantaran proses pengolahan gabah menjadi beras dengan menggunakan alat ini dapat dilakukan dalam satu kali proses.

Karolin mengatakan bahawa RMU ini merupakan gilingan padi dengan teknologi yang canggih, dalam satu jam saja bisa memproses 2,5 ton gabah menjadi beras. 

RMU ini juga dilengkapi dengan dryer atau alat pengering gabah. Dryer-nya type Super-120 dan tungkunya type BB-18.

Baca Juga: Terima Penghargaan Imunisasi Rutin se-Kalbar, Bupati Landak: Imunisasi Itu Sangat Penting 

“Karena ini janji dan harapan bagi masyarakat di sekitar dan masyarakat Kabupaten Landak untuk bisa memudahkan kita semua dalam meningkatkan produktivitas dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat. Bersyukur kita bisa meresmikan pabrik penggilingan padi yang terbesar di Kalimantan Barat, sehingga harapan kita bisa menyerap gabah petani, jadi para petani tidak usah ragu untuk menanam, karena ada pabrik yang bisa membeli gabah petani dengan harga yang stabil,” ungkap Karolin.

Karolin menjelaskan, dari data dinas pertanian provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Landak terjadi peningkatan produksi padi selama 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2017 hingga 2021 yaitu dari 244.520 ton menjadi 346.114 ton, sehingga dengan adanya teknologi penggilingan padi dengan RMU ini dapat peningkatan produksi padi serta berdampak pada peningkatan produksi beras yang berkualitas.

“Kalau kita punya kualitas padi itu bagus, harga juga mahal. Jadi dengan adanya pabrik ini yang dulunya tanamnya asal-asalan kita bisa lakukan pembinaan seperti benihnya ditentukan yang baik, penanamannya dikoordinasikan biar bisa jadi baik, sehingga hasilnya juga baik. Saya melakukan survey dan membeli beras import jepang di Pontianak dengan harga 400 ribu satu kapel isinya hanya 5 kg saja. Kita  juga harus bisa menanam yang seperti ini, sehingga dengan adanya pabrik ini kita juga harus dapat menghasilkan beras premium,” tukas Karolin saat menunjukkan beras import Jepang kepada masyarakat.