Find Us On Social Media :
Ilustrasi bawang dan cabai (dokumentasi reporter Smart FM Pekanbaru)

Harga Cabe dan Bawang Kian Mencekik, Disperindag Pekanbaru: Ketimpangan Permintaan dan Ketersediaan!

Khairani Fitri Kananda - Rabu, 22 Juni 2022 | 13:33 WIB
Pekanbaru, Sonora.ID - Naiknya sejumalah bahan pangan di Kota Pekanbaru, semakin dikeluhkan oleh masyarakat.
 
Terutama para pedagang pasar yang terkena imbas pada menurunnya tingkat pembelian masyarakat.
 
“Di tahun ini terasa sekali peningkatannya. Biasanya orang beli cabe sekilo, sekarang seperempat aja. Ya mau gimana, harga cabe dan bawang sudah naik drastis. Kita juga ngerti apalagi sekarang habis covid perekonomian sedang susah,” jelas Kartini, salah seorang pedagang cabe di Pasar Cik Puan Pekanbaru saat dimintai keterangan di hari Selasa (21/06/2022)
 
Kartini yang sudah berjualan sejak tahun 1989 ini mengungkapkan, bahwa kenaikan di tahun ini terasa begitu signifikan.
 
Hal ini dikarenakan faktor pasca pandemi serta hari raya Idul Adha yang akan segera datang.
 
Bahkan ia mengaku, selama ia berjualan jarang sekali terjadi kenaikan sebelum Idul Adha.
 
Sejalan dengan hal tersebut, Edo selaku penjual ikan di Pasar Cikpuan juga merasakan dampak kenaikan harga ini pada penjualannya.
 
Meskipun tidak signifikan, tapi Edo mengaku akibat bahan pangan lainnya yang mahal, maka penjualannya ikut menurun,
 
“Nelayan di sana kan juga merasakan dampak kenaikan harga ini. Ya akhirnya ketika sampai di sini harga ikan jadi lebih mahal. Dan ini efeknya juga ke semua, belum lagi pembeli juga pastinya tidak bisa beli banyak-banyak karena uangnya sudah habis di bahan-bahan yang mahal,” jelasnya.
 
Sebagai masyarakat yang membutuhkan bahan pangan untuk dikonsumsi, Marlina mengaku kewalahan dengan kenaikan bahan pangan terutama cabe dan bawang yang menurutnya begitu mencekik.
 
Marlina berharap pemerintah dapat segera menyusun kebijakan terkait kenaikan harga ini sebelum masuk Idul Adha.
 
 
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasuhut mengatakan bahwa kenaikan harga ini paling utamnaya disebabkan karena supply yang kurang.
 
“Sejauh ini dari jalur transportasi dan distribusi jalan tidak ada persoalan, sarana perdagangan juga tidak ada persoalan. Ini masalahnya karna supply yang kurang, karena panen tidak optimal dari derah penghasil,” jelasnya saat dihubungi.
 
Selain itu, pihaknya juga memantau adanya kenaikan dari komponen produksi, seperti pupuk dan obat-obatan.
 
Hal ini berimbas pada harganya bahan pangan, ditambah lagi dengan naiknya peremintaan dari sektor industri yang kembali bergerak pasca melandainya covid-19.
 
“Permintaannya naik, sementara supply kurang, disini terjadi ketimpangan dan mau tidak mau harga dinaikkan. Dan kita tentu memamahi ini sangat membebani masyarakat. Jadi kami berharap TPID dan stakeholder terkait, dapat segera merumuskan langkah-langkah konkrit untuk menghadapi kebijakan ini,” jelasnya.
 
Sementara itu terkait ketercukupan bahan pangan jelang Idul Adha, Ingot menjelaskan bahwa melalui koordinasi dengan stakeholder beberapa distributor terkait, bahan pokok cukup memadai. 
 
“Cuma ada perkembangan di harganya. Ini yang menjadi persoalan,” tambahnya. 
 
Ingot memaparkan bahwa sejauh ini pemerintah telah mengusahakan agar kenaikan harga ini dapat segera terselesaikan.
 
Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar lebih bijak mengkonsumsi, supaya permintaan dan ketersediaan tidak semakin jauh perbedaannya.