Find Us On Social Media :
Suasana ruang kelas SMA Plus Budi Utomo Makassar (Saortua Marbun)

Filosofi Ki Hadjar Dewantara Menginspirasi Guru Penggerak di Makassar

Saortua Marbun - Kamis, 23 Juni 2022 | 13:28 WIB
Makassar, Sonora.ID - "Menghamba kepada murid". Ungkapan ini muncul dari seorang Guru Penggerak, Nasmur (46).
 
Kata "menghamba" kata Nasmur adalah memberikan apa yang diinginkan murid sesuai dengan minat dan potensinya.
 
Untuk mengetahui minat dan bakat, kata Nasmur, guru perlu melakukan asesmen untuk melihat minat dan potensi murid.
 
Nasmur, yang juga guru mata pelajaran IPA mengaku tugasnya sebagai guru hanya menuntun siswa lewat pembelajaran yang menyenangkan.
 
Dengan kegiatan berbasis project, para siswa belajar dari lingkungan lewat kegiatan diluar sekolah atau outing.
 
Dalam aktivitas outing, siswa melihat persoalan yang ada di sekitarnya dan mencari solusi dari persoalan.
 
"Anak-anak banyak berubah karena pembelajaran yang menyenangkan. Anak-anak yang selama ini diam, sekarang jadi berani bicara. Di luar ekspektasi kita. Bukan hanya kegiatan intrakurikuler tapi juga esktrakulikuler", ujar Nasmur saat berbincang dengan Reporter Radio Sonora di SMPN Negeri 7 Makassar Sulawesi Selatan, Kamis (23/06).
 
Di kesempatan yang sama, Guru Matematika SMPN 7 Makassar Ibu Syahriani Jarimollah mengibaratkan murid adalah pelanggan (customer) dan guru adalah seorang pelayan. Menurutnya, keberadaan guru tidak ada artinya tanpa murid.
 
Baca Juga: Jadi Sekolah Penggerak, Capaian Peserta Didik SMU Plus Budi Utomo Makassar Meningkat
 
"Saya analogikan anak itu customer dan guru adalah pelayan. Seolah-olah pelanggan kita.Tidak artinya kita tanpa murid. Murid adalah customer yang harus dilayani. Kebutuhan mereka kita fasilitasi, disesuaikan dengan karakteristiknya", tambahnya 
 
Andi Fahri, Guru Penggerak "Menuntun" Siswa SMA Plus Budi Utomo Makassar
 
Menjadi seorang guru penggerak bagi seorang Andi Fahri merupakan pengalaman yang berkesan.
 
Andi Fahri berhasil menjadi Guru Penggerak dari ribuan pendaftar program yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
 
Dari hasil seleksi, saat ini ada 132 Guru Penggerak di Makassar Sulawesi Selatan. Fahri adalah salah satu diantara 21 Guru Penggerak di jenjang SMA/SMK.
 
Kepada Radio Sonora, Andi bercerita sebelum mengenal Guru Penggerak, dirinya cenderung memaksakan anak didiknya sesuai keinginan. Terlebih, dia ingin anak didiknya selalu mendapat nilai yang tinggi.
 
Namun, keikutsertaan dirinya menjadi Guru Penggerak justru membuka mata lebar-lebar.
 
Sekarang ini, anak didik tak bisa dituntut sesuai keinginan guru. Guru kata Fahri, hanya bisa menuntun peserta didik.
 
"Pada saat saya mendapat filosofi Ki Hadjar Dewantara ini, saya terkesan dengan satu kata 'menuntun'. Dalam artian kita sebagai guru, kita hanya bisa menuntun peserta didik kita Sebagai guru harus menuntun, bukan memaksa, (bukan) menuntut," tutur Fahri.
 
Andi Fahri yang juga alumni Universitas Hasanudin kini mengajar mata pelajaran Kimia untuk murid-murid SMA Plus Budi Utomo, Kota Makassar Sulawesi Selatan.
 
Sekolah tempatnya mengajar juga berstatus Sekolah Penggerak dengan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.
 
Baca Juga: Proyek Kereta Api Sulsel Terkendala Pembebasan Lahan di Makassar