Find Us On Social Media :
Indeks saham (kompas.com)

Meskipun Rusia-G7 Memanas Dan AS Terancam ResesiI, HSG-Rupiah Masih di Zona Aman

Eric Indra Cipta - Senin, 27 Juni 2022 | 10:20 WIB

Medan, Sonora.ID - Kinerja indeks saham gabungan maupun mata uang Rupiah dipekan ini akan lebih banyak berpeluang untuk berkinerja positif ketimbang sebaliknya.
 
IHSG di awal pekan memiliki momen untuk menguat tajam. Dipekan ini ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh pelaku pasar nantinya. Yang pertama adalah bagaimana Negara yang tergabung dalam G-7 memberikan sanksi baru ke Rusia.
 
Analis Keuangan Sumatra Utara, Gunawan Benjamin mengatakan, "Kedua fokus kepada rilis data pesanan barang tahan lama di AS, data keyakinan konsumen, dan data pertumbuhan ekonomi AS secara kuartalan, yang diperkirakan masih akan tumbuh negative. Data tersebut akan mejadi data penting yang berpeluang menggiring ekspektasi atau kemungkinan AS masik dalam jurang resesi nantinya. Dan yang ketiga adalah rilis data inflasi, baik inflasi yang dirilis sejumlah Negara besar maupun realisasi inflasi di tanah air,"Ujarnya.
 
Gunawan menambahkan, Pada Pertemuan Negara yang tergabung dalam G7, serta sajian data data ekonomi penting itu baru akan berpengaruh nanti di pertengahan perdagangan di pekan ini.
 
Artinya bisa saja momen kinerja pasar keuangan yang berpeluang di zona hijau baru akan mulai berfluktuasi di dua arah pada perdagangan rabu mendatang.
 
Namun, Ia menyebutkan, sekalipun sajian data dari AS nantinya membukukan kinerja yang buruk bukan berarti akan membawa tekanan pada pasar keuangan domestik. Kita harus mengkombinasikan sejumlah isu lain yang juga muncul secara beriringan. Namun menjelang akhir pekan kita harus fokus terhadap perkembangan sejumlah data lain diantaranya adalah realisasi laju inflasi nasional,"katanya.
 
Baca Juga: Dewa Dijerat Pasal Berlapis, Terancam Hukuman 19 Tahun Penjara
 
"Data inflasi di bulan juni ini menjadi sangat penting, karena akan digunakan sebagai data acuan ekspektasi realisasi inflasi nasional hingga tutup tahun, yang nantinya akan dituangkan dalam ekspektasi kemungkinan BI menyesuaikan besaran bunga acuannya. Sejauh ini kebijakan BI berlawanan arah dengan kebijakan banyak bank sentral yang ada didunia setelah The FED memulai menaikkan bunga acuan,"ujarnya Benjamin.
 
Masih dalam pengamatan, Benjamin menjelaskan, "Secara keseluruhan di pekan ini pasar keuangan domestic akan lebih banyak bergantung kepada bagaimana data nantinya akan merubah kebijakan ekonomi di tanah air. Pelaku pasar juga tidak begitu mempertimbangkan perkembangan data eksterna dari Negara lain khususnya AS yang masih akan memburuk. Sehingga apapun hasil pertemuan Negara yang tergabung G7, atau data ekonomi Negara lain yang memburuk pada dasarnya tidak berpengaruh besar. Namun, jika data yang emburuk atau ada sanksi baru yang dikeluarkan oleh Negara G7 dan berpengarhu terhadap harga enerji maupun harga pangan dunia. Baru data harga enerji dan pangan tersbeut yang akan lebih berpengaruh terhadap kinerja pasar keuangan domestic,"tutupnya.
 
Baca Juga: Kementerian ESDM Gandeng PLN dan Pertamina, Guna Percepat Transisi Energi Bersih
 
Sumber : Analis Keuangan Sumut