Find Us On Social Media :
Pemerintah Indonesia terus berupaya dalam mendorong produksi kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Presiden Tegaskan Tak Ingin Kebutuhan Kedelai Nasional 100% Bergantung pada Impor

Theresia Olivia Itran - Senin, 19 September 2022 | 18:50 WIB

Sonora.ID - Pemerintah Indonesia terus berupaya dalam mendorong produksi kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat internal bersama para menteri terkait, membahas tata kelola dan peningkatan produktivitas kedelai.
 
Dalam rapat tersebut, Presiden Jokowi mendorong segenap jajarannya untuk meningkatkan produksi kedelai nasional, sehingga kebutuhan kedelai dalam negeri tidak 100 persen bergantung kepada impor.
 
Baca Juga: Kurangi Ketergantungan Produk Alkes Impor, Menkes: 60% Produksi Alkes Akan Gunakan Komponen Lokal
 
"Bapak Presiden ingin agar kedelai itu tidak 100 persen tergantung impor karena dari hampir seluruh kebutuhan yang 2,4 (juta ton) itu produksi nasionalnya kan turun terus," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangannya kepada awak media selepas rapat di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, (19/09/2022).
 
Menurut Airlangga, Presiden Jokowi memberikan sejumlah arahan, antara lain agar jajarannya bisa menentukan harga kedelai agar petani tidak dirugikan.
 
Dalam hal ini, Presiden meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membeli dari petani dengan harga yang telah ditentukan.
 
"Jadi untuk itu, untuk mencapai harga itu nanti ada penugasan dari BUMN agar petani bisa memproduksi. Itu di harga Rp10.000 (per kilogram)," imbuh Airlangga.
 
Baca Juga: BPS Sulsel: Neraca Perdagangan Surplus 63,3 Juta Dollar pada Juni 2022
 
Airlangga mengungkapkan, persoalan harga yang kurang menarik bagi petani lah yang menjadi salah satu penyebab petani enggan menanam kedelai dalam beberapa waktu terakhir.
 
Menurutnya, petani tidak bisa menanam kedelai jika harganya di bawah Rp10.000 per kg karena akan kalah dengan harga impor dari Amerika Serikat yang hanya Rp7.700 atau bahkan lebih murah.
 
"Jadi kita di 2018 misalnya kita produksinya di 700 ribu hektare, nah sekarang di 150 ribu hektare. Jadi kalau petani disuruh milih tanam jagung atau kedelai, ya mereka larinya ke jagung semua. Nah sekarang kita kan ingin semua ada mix, tidak hanya jagung saja tetapi kedelainya juga bisa naik," jelas Airlangga.
 
airlangga menuturkan, arahan lainnya, Presiden Jokowi juha mendorong agar petani menggunakan bibit unggul yang telah direkayasa secara genetik atau genetically modified organism (GMO), yang diharapkan produksi kedelai per hektarenya bisa melonjak beberapa kali lipat.
 
"Dengan menggunakan GMO itu produksi per hektarenya itu bisa naik dari yang sekarang sekitar 1,6-2 ton per hektare, itu bisa menjadi 3,5-4 ton per hektare," lanjutnya.
 
Selanjutnya, pemerintah menyiapkan anggaran untuk perluasan lahan tanam kedelai dari yang sekarang sekitar 150 ribu hektare menjadi 300 ribu hektare, dan ditargetkan menjadi 600 ribu hektare pada tahun depan.
 
Pemerintah pun berupaya mengejar target 1 juta hektare produksi dalam beberapa tahun ke depan.
 
"Itu anggarannya sudah disiapkan sekitar Rp400 miliar dan tahun depan juga akan ditingkatkan dari 300 (ribu) menjadi 600 ribu hektare, existing sekitar 150 ribu hektare. Dengan demikian maka produksi itu, angka target produksi 1 juta hektare dikejar untuk 2-3 tahun ke depan," pungkasnya.
 
Baca Juga: RRT Berkomitmen Tambah Impor CPO hingga 1 Juta Ton dari Indonesia