Find Us On Social Media :
Diskusi Film Gegaraning Akrami bersama Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta dan BW Purbanegara. (Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta)

Film Produksi Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Tayang di Ubud Writers & Readers Festival

Benni Listiyo - Senin, 31 Oktober 2022 | 21:30 WIB

 

Yogyakarta, Sonora.ID - Film produksi Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta berjudul Gegaraning Akrami tayang di Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) pada Sabtu, 29 Oktober 2022 di NonFrasa Gallery, Jl. Raya Sanggingan, Ubud, Bali.

Pemutaran film itu dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Yetti Martanti, S.Sos., M.M. serta sutradara sekaligus penulis naskah BW Purbanegara.

Film pendek berdurasi 22 menit tersebut mengisahkan tentang Ratih dan Bagas, pasangan muda milenial yang mencoba menjembatani kebutuhan modern dan tradisional saat mempersiapkan pernikahan mereka. Gegaraning Akrami menunjukkan bagaimana generasi muda memaknai karya sastra lama dari perspektif yang berbeda.
 
Kehadiran film berbahasa daerah di industri film nasional memang masih jarang dan sangat dinanti.
 
“Saya senang sekali film Gegaraning Akrami bisa ditayangkan di UWRF, yang mana festival ini merupakan titik temu yang strategis bagi para pemerhati dan pecinta sastra dari berbagai belahan dunia. Ini menjadi gerbang untuk film ini bertemu publik penonton yang tepat dengan apresiasi yang bagus,” ungkap BW Purbanegara.
 
Pemutaran film Gegaraning Akrami tak hanya dihadiri pengunjung UWRF dari sekitar Bali saja, tetapi juga dari luar Bali bahkan turis mancanegara. Kevin (22) salah satu penonton yang datang dari Surabaya mengaku sangat senang dan mengapresiasi pembuatan film Gegaraning Akrami yang tidak hanya mengangkat sastra Jawa tetapi juga menghibur.
 
Dalam sesi diskusi selepas pemutaran film, Yetti Martanti, S.Sos., M.M. mengungkapkan Gegaraning Akrami menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta untuk melestarikan Sastra Jawa dalam kehidupan sehari-hari anak muda masa kini. Sebab realitanya, sastra daerah memang menghadapi tantangan zaman agar tidak tergerus dengan budaya asing.
 
Baca Juga: ADWI 2022 Apresiasi Kemenparekraf Bagi Desa Wisata, Utusan Sulut Sukses Raih Gelar
 
Guna melestarikan sastra Jawa tersebut, media film dipilih karena mampu merepresentasikan situasi sosial budaya dalam sebuah daerah. Sebuah film akan memberikan dampak tak langsung bagi penonton untuk mengamini nilai-nilai di dalamnya. Apalagi, Gegaraning Akrami memadukan sastra Jawa tradisional dengan budaya modernitas anak muda kekinian dalam sebuah romansa percintaan. Karena itu, film ini terasa ringan dan relevan dengan audiens generasi muda.
 
Penayangan di Bali dipilih karena UWRF mampu menghadirkan audiens pemerhati sastra dari berbagai belahan dunia. UWRF merupakan festival sastra tahunan terbesar di Asia Tenggara yang diselenggarakan oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati sejak 2004.
 
Pada penyelenggaraan tahun 2022 pascapandemi ini, UWRF mengangkat tema yang diambil dari filosofi Jawa, yaitu  "Memayu Hayuning Bawana". Tema tersebut sangat klop dengan tema film Gegaraning Akrami yang di dalamnya juga mengupas konsep  Hamemayu hayuning bawana.
Setelah UWRF, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta berencana menggelar diskusi seputar sastra Jawa dan Gegaraning Akrami. Nantinya, Gegaraning Akrami akan ditayangkan di akun YouTube Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta agar menjangkau audiens yang lebih luas.
 
Baca Juga: Patut Diapresiasi, Oversize Outers Batik Hasil Karya Generasi Melenial