Find Us On Social Media :
ilustrasi, G20 Bali (Dok. Kemenkop UKM)

Dampak KTT G20 2022 Bali bagi Indonesia

Jati Sasongko - Rabu, 16 November 2022 | 11:00 WIB

Palembang, Sonora.ID - Tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang dilaksanakan pada 15-16 November 2022 di Bali. Sebanyak 17 Kepala Negara/Pemerintahan hadir dalam KTT G20 di Bali.

Apa dampak KTT G20 bagi Indonesia? Ferdiansyah Rivai, S.IP, M.A, selaku Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya menjelaskannya kepada Sonora (14/11/2022).

“Forum ini sangat krusial karena dunia sedang berada pada kondisi yang tidak menentu akibat kondisi geopolitik yang memanas di eropa timur, konflik rusia dan ukraina yang menyebabkan naiknya harga komoditas yang mempengaruhi perekonomian global saat ini. Bahkan diramal tahun depan ada resesi yang juga dampak masih adanya pandemic covid-19 yang belum selesai. Forum G20 ini diharapkan bisa melahirkan resolusi untuk menyelesaikan masalah-masalah saat ini,” ujarnya.

Ia menambahkan dengan G20 mata dunia akan tertuju ke Indonesia bila dimanfaatkan dengan baik maka akan menaikkan citra Indonesia di mata dunia. Ada tiga hal yang di bahas dalam G20 antara lain: tata arsitektur kesehatan global, green ekonomi dan transformasi ekonomi digital.

Indonesia punya kepentingan nasional misalnya akses vaksin. Indonesia juga diberi amanah oleh negara-negara lain yang belum mendapat akses vaksin dengan baik.

Green ekonomi harus menjadi pelopor penggunaan aktifitas ekonomi ramah lingkungan.

Negara-negara maju yang hadir juga memiliki kepentingan untuk perbaikan ekonomi kedepan.

G20 dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi dunia yang bukan hanya konsen negara-negara besar saja tapi juga mellibatkan negara-negara berkembang.

Dengan adanya Indonesia menjadi perwakilan dari negara-negara berkembang diharapkan Indonesia mampu menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang.

Sejak lama, Indonesia kerap menjadi negara penengah dalam berbagai masalah. Misalnya sebagai anggota negara-negara nonblok.

Indonesia tetap berada dalam visi luar negeri menjadi penengah geopolitik untuk tidak masuk kedalam dua blok barat atau timur.

“Masyarakat harus konsen dan aktif terutama isu-isu masalah masyarakat sipil, masyarakat dapat menggunakan media apapun agar hasil G20 sesuai untuk kepentingan masyarakat itu sendiri,” tutupnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Nyatakan KTT G20 Tidak Boleh Gagal Harus Mencetak Keberhasilan