Pemetaan divisi ini masih lemah karena tim menghabiskan waktu untuk pengembangan wahana.
“Yang penting adalah melakukan mapping dan monitoring yang benar sesuai dengan ilmu pemetaan udara. Itu kesalahan yang besar,” ungkapnya.
Ditanyai perihal kendala lain, menurut Heri, kendala paling utama adalah pandemi. Karena adanya pandemi, para anggota tim yang bisa berkumpul di Gedung Pusat Robotika ITS menjadi terbatas karena harus mengikuti protokol yang ada.
Selain itu, banyak anggota tim yang tidak bisa datang ke Surabaya karena izin orang tua.
Baca Juga: Soft Launching Mobil Listrik Pintar, Risma Test Drive Mobil Tanpa Sopir Karya ITS
“Seperti yang Air Frame. Itu demonya di Depok dan yang presentasi di Surabaya,” tutur Heri.
Kendati demikian, Heri cukup puas dengan perolehan tim ITS pada KRTI 2020. Sebab untuk pertama kalinya, ITS mampu merebut gelar juara umum yang sebelumnya selalu dipegang kampus lain.
Menurutnya, ini merupakan puncak prestasi yang luar biasa sekali bagi tim robot terbang ITS.
“Ke depan, kita harus dapat mempertahankan, lebih semangat, dan lebih inovatif untuk mengembangkan ide-ide dan strategi yang harus kita lakukan. Terus terang, mempertahankan itu lebih susah daripada memperebutkan,” pungkas Heri.