Literasi Digital: Indonesia Tak Bisa Lagi Sekedar Membaca, Tapi Harus Mencipta

25 Mei 2022 15:04 WIB
Kepala Perpusnas Drs Muhamad Syarif Bando dan Anggota Komisi X DPR RI Syaiful Huda dalam talkshow secara daring di Radio Sonora, Jakarta membahas literasi digital, Rabu (25/5/22)
Kepala Perpusnas Drs Muhamad Syarif Bando dan Anggota Komisi X DPR RI Syaiful Huda dalam talkshow secara daring di Radio Sonora, Jakarta membahas literasi digital, Rabu (25/5/22) ( Perpusnas)

Jakarta, Sonora.Id - Kondisi pandemi Covid 19, memaksa semua sektor nyaris gulung tikar, terkecuali Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Jalur perdagangan online dipilih UMKM agar bisa bertahan. Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang digagas Presiden Jokowi pada 14 Mei 2022, merupakan ajakan untuk menggunakan karya dalam negeri. UMKM merupakan tulang punggung ekonomi bangsa.

Perdagangan secara online dipilih para pelaku UMKM semenjak pandemi terjadi. Meski begitu, pelaku UMKM tetap dituntut menumbuh-kembangkan berbagai ide/gagasan hingga inovasi baru sebagai solusi di tengah persoalan akibat pandemi (social entrepreneurship).

Gerakan literasi digital yang digalang Perpustakaan Nasional akhir-akhir ini diharapkan bisa menembus segala lapisan masyarakat agar bisa terliterasi tanpa ada lagi hambatan yang berarti. Yah, penguatan literasi harus diyakini dapat menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi di tengah kondisi pandemi.

Hal tersebut disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando pada live Talk Show Radio Sonora FM, yang berlangsung secara daring pada Rabu,(25/05/22).

“Bahan bacaan saat ini sudah harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Artinya, merujuk kepada apa yang bisa mereka lakukan untuk bisa terus produkti,” jelas Bando.

Transformasi digital menjadi tagline utama tahun ini mengarahkan kepada upaya Perpusnas untuk menyediakan konten-konten yang bisa diakses secara mudah dari mana saja dan kapan saja dan memudahkan siapa saja untuk mendapatkan ruang pembelajaran baru, memfasilitasi para konten kreator, dan mengumpulkan berbagai konten legal dari seluruh kementerian/lembaga yang bisa diakses masyarakat.

Perpustakaan sebagai sumber informasi bisa memiliki sebanyak mungkin data dan informasi yang bisa di-share secara legal kepada masyarakat. Saat ini perpustakaan harus bisa memberikan tutorial untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, terutama bagi mereka yang terdampak pandemi," tambah Syarif Bando.

Syarif Bando melanjutkan bahwa literasi digital yang digalang Perpusnas ini adalah kebutuhan yang urgent. Urgensinya bukan hanya sebagai pusat data dan informasi, namun juga bergerak maju mencapai lima tingkatan literasi.

Sementara itu Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda mengatakan selain kemampuan baca, tulis dan hitung, gerakan literasi juga harus menyediakan akses terhadap bahan bacaan yang semakin luas. Lanjutnya, literasi juga harus mencapai tahapan memahami semua yang tersirat dan tersurat, lalu bisa melakukan inovasi pada produk yang sudah ada, lalu tiba pada level puncak yaitu literasi mampu membawa masyarakat sampai pada tingkatan bisa menciptakan barang dan jasa secara mandiri.

"Literasi digital ini sangat penting, karena di negara-negara maju, mereka sudah tidak lagi bicara kegemaran membaca dan akses kepada buku. Mereka sudah menciptakan teknologi baru yang mendunia," kata Syaiful

Syaiful Huda menambahkan bahwa media literasi akan selalu mengikuti zamannya. Jika dulu, literasi menggunakan media kulit hewan hingga lempeng batu misalnya, zaman kemudian jauh membawa literasi dalam bentuk buku. Kini, internet sudah menjadi kebutuhan wajib masyarakat. Maka, gerakan literasi haruslah ada didalamnya, agar perpustakaan selalu relevan dimata publik. Salah satunya adalah literasi melalui audio.

"Perpusnas sudah melakukan ini sejak lama. Dengan digitalisasi konten, bahkan mendorong perluasan jejaringnya ke seluruh unit perpustakaan daerah-daerah," kata Syaiful Huda.

Syaiful Huda menginginkan gerakan literasi sebagai usaha kolaboratif lintas sektor, termasuk kementerian dan lembaga dari pusat sampai desa. Pihaknya juga selama ini selalu mengafirmasi agar Perpusnas mendapatkan porsi budgeting yang memadai, untuk melaksanakan mandatori Presiden terkait penyiapan SDM Indonesia unggul.

"Kami sering mengetuk pintu, termasuk ke Kementerian Keuangan untuk membantu. Gerakan literasi ini bukanlah gerakan istant, tapi ini jangka panjang. Apalagi, literasi saat ini bukan hanya sekedar membaca dan mengambil inspirasinya, tapi sudah harus menciptakan sesuatu," tutupnya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm