4 Teks Khutbah Jumat yang Membuat Jamaahnya Menangis, Penuh Makna untuk Muhasabah Diri

29 November 2022 12:20 WIB
Ilustrasi teks khutbah jumat yang membuat jamaahnya menangis
Ilustrasi teks khutbah jumat yang membuat jamaahnya menangis ( unsplash.com)

“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Salat pada waktunya’. Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti ke kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.”

Perlu digaris bawahi, bahwasanya berlaku durhaka ke kedua orang tua kita adalah perbuatan yang amat keji.

Sebagaimana yang dijelaskan Abu Bakhrah,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka ke kedua orang tua.” Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan (pada tangannya). (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), “Dan juga ucapan (sumpah) palsu.” Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cukuplah hadis-hadis di atas menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya berbakti ke orang tua dan bahaya mendurhakai orang yang telah merawat kita. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah ke kita semua agar selalu berbakti ke kedua orang kita semua. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

3. Muhasabah Diri selama Pandemi

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Seperti diketahui, seluruh umat manusia mengalami musibah yang luar biasa dan sangat berdampak bagi kehidupan yakni adanya Pandemi Covid-19. Terkait hal itu, sudah seharusnya kita intropeksi ataupun bermuhasabah, sebagaimana ceramah yang disampaikan oleh seorang da’i muda Palestina Syeikh Mahmud berikut ini : 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Perlu kita renungkan, apa dosa kita hingga terusir dari masjid? Sesuatu yang sangat menyedihkan hari ini adalah ketika masjid-masjid dikosongkan dengan alasan pembatasan sosial. Apa yang pernah kita lakukan sehingga kita terusir dari masjid?

Kemarin kita sudah lihat pintu-pintu Masjid Nabawi (Madinah) dikunci. Apa yang pernah kita lakukan sehingga kita terusir dari Masjid Nabawi? Apa yang pernah kita lakukan hingga kita terusir dari Masjidil Haram? 

Katakan wahai sekalian manusia, apa yang pernah kita perbuat hingga kita terusir dari rumah Allah (Masjid)??! Untuk menjawabnya, mari lihat wajah kita di depan cermin meski hanya sebentar. 

Bukankah kita pernah mengambil hak orang lian sebelum adanya virus Corona? Bukankah kita pernah beramai-ramai di bank riba sebelum adanya virus Corona? Hari ini kita menangis dan saling menangisi ketika masjid ditutup. Kita menangis dan saling menangisi ketika rumah-rumah Allah terkunci dari wajah-wajah kita.

Ini terkunci karena kita. Ini tidaklah terkunci kecuali karena kita. Sebelum adanya wabah penyakit ini, kita memiliki wabah kezaliman, wabah kebencian, wabah kecurangan, wabah dosa-dosa dan wabah kemaksiatan. Lihatlah mengapa, beginilah kita.

Wabah ini Insya Allah akan berakhir, namun apakah kita akan kembali bermaksiat seperti dulu? Dan kita sama seperti sebuah syair: "Kita meminta dengan sungguh agar perahu kita yang ada di tengah lautan diselamatkan. Tetapi, ketika sampai di pantai kita kembali bermaksiat kepada-Nya."

Baca Juga: 5 Contoh Teks Ceramah Singkat tentang Sabar, Penuh Makna saat Khutbah

4. Bakti Anak kepada Orang Tua

"اَلْحَمْدُ للهِ الْقَائِلُ : وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ قَضَى بِعِبَادَتِهِ وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ . وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ مَنْ اَرْشَدَ النَّاسَ إِلَى الْبِرِّ وَحُسْنُ الْخُلُقِ . صَلًّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . أَمَّا بَعْدُ :
فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ"

Hadirin jama’ah sholat jum’at yang dirahmati Allah Swt. Orang tua menjadi sebab hidup dan wujudnya seorang anak di dunia. Peran orang tua sangat besar dalam mewarnai hidup seorang anak.

Kita diperintahkan oleh Allah untuk berbuat baik dan berbakti kepada keduanya. Hal ini berlandaskan dari al-Qur’an, Allah Swt berfirman:

"وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا‌ ؕ اِمَّا يَـبۡلُغَنَّ عِنۡدَكَ الۡكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوۡ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوۡلًا كَرِيۡمًا‏"

Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isro: 23)

Dalam ayat di atas juga dijelaskan agar kita tidak diperbolehkan untuk berbuat buruk dan durhaka kepada mereka. Karena berbuat buruk kepada mereka merupakan dosa yang sangat besar. Tendensi ini berdasarkan hadis Rasulullah Saw:

“عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” الكَبَائِرُ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَاليَمِينُ الغَمُوسُ"

Dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dosa besar ialah menyekutukan Allah, durhaka kepada orangtua, membunuh, dan bersumpah palsu.”[1] (HR. Bukhari: 6675).

Hadirin jama’ah Jum’at rohimakumulloh

Lantas bagaimana caranya berbakti kepada orang tua yang telah meninggal?

Dalam Sunan Ibnu Majah Nabi Muhammad Saw bersabda:

"عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَبَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا؟ قَالَ: نَعَمْ، الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِيفَاءٌ بِعُهُودِهِمَا مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا"

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah berkata:

Ketika kami berada di samping Nabi Saw, tiba-tiba seorang laki-laki dari Bani Salamah datang kepada beliau dan bertanya;

“Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal?” Beliau menjawab: “Ya, yaitu berdo’a kepada keduanya, meminta ampun untuk keduanya, melaksanakan janji-janji keduanya setelah keduanya meninggal, memuliakan teman keduanya dan tidak menyambung silaturrahim kecuali karena keduanya.” (HR. Sunan Ibnu Majah: 3664)[3]

Tidak ada yang dibutuhkan bagi orang yang telah meninggal dunia kecuali amal baik yang dikhususkan pahalanya untuk mereka. Dengan mengirimkan do’a dan memintakan ampun, amal yang kita kirimkan tersebut akan menjadi teman bagi mereka di alam barzah sana, menjadi penenang dan penyelamat.

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm