8 Contoh Cerpen tentang Sekolah Lengkap dengan Penjelasannya

9 Desember 2022 15:46 WIB
Contoh cerpen tentang sekolah.
Contoh cerpen tentang sekolah. ( Pemkab Banyuwangi)

“Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang dengan nominal tertinggi dari awal, maka kalian tidak akan mau bermain dengannya bukan? Cobalah kalian hitung berapa ratus ribu yang sudah kalian keluarkan cuma-cuma,” kata Rifki.

Dia pintar, memilih bersabar untuk mengambil keuntungan lebih. Jadi, sebenarnya siapa yang sedang membodohi siapa?” lanjut Rifki tertawa.

Semua orang terdiam mendengar penjelasan dari Kak Rifki. Seketika mereka merasa telah melakukan hal bodoh yang sia-sia. Sedangkan Rina tersenyum memandang Kak Rifki yang berbalik menertawakan Dini dan teman-temannya.

Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik itu selalu ada memberikan tambahan penghasilan tak terduga meski harus dibayar dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa, setiap perbuatan pasti ada bayarannya dan perbuatan Dini dibayar dengan uang serta rasa malu.

Mimpi Sang Dara

Menjelang pagi ketika seorang gadis yang biasa disapa dengan sebutan Dara mulai memasak akr guna membuat segelas teh panas. Dara merupakan seorang gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi.

Dara adalah gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dikatakan sangat kaya. Akan tetapi sayangnya Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri sehingga perlu menggunakan bantuan kursi roda. Karena hal itu Dara merasa diacuhkan bahkan ketika berada di istana mewah tersebut.

Kedua orang tua Dara selalu mengacuhkannya sebab merasa tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara itu, kakaknya mungkin saja malu mempunyai adik dengan kondisi seperti Dara.

Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang untuk menggambar di taman untuk menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya.

Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, akan tetapi tak ada seorangpun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, berniat menenangkan diri.

Ketika sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan namanya. Gadis itu bernama Hana. mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing.

Tiba-tiba Hana Berkata, “ Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara.” lalu, akhirnya gadis itu berpamitan pada Dara.

Semenjak pertemuannya di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. Dara berpikir bagaimana ia bisa seutuhnya menerima dirinya ketika orang di dekatnya tidak mendukungnya sama sekali.

Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan, meskipun seringkali ia menangis ketika teringat kenyataan bahwa ia hanyalah seorang gadis yang diacuhkan. Hal yang dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut.

Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di dalam pameran besar. Hal yang dilakukan Dara untuk memulainya adalah rajin membuat lukisan. Kesibukan tersebut juga dilakukan Dara untuk tidak memikirkan mengenai dirinya yang selalu diacuhkan dan mulai memahami perkataan Hana.

Perlahan mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering memposting lukisannya melalui media sosial. Hingga suatu hari ada seseorang datang ke rumah Dara untuk menemui gadis itu guna mengajaknya untuk bergabung di dalam sebuah pameran lukisan.

Kedua orang tua Dara terperangah mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya tersenyum melihat respon kedua orang tuanya dan memilih menerima tawaran pameran tersebut.

Berbagai lukisan indah dipajang dalam pameran yang diberi tema Mimpi Sang Dara. Orang tua Dara menghadiri pameran tersebut dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini diacuhkannya. Sementara Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkan apa yang dimiliki.

Baca Juga: 6 Contoh Cerpen Pendidikan, Berisi Motivasi dan Pesan Moral Baik

Beasiswa ke Turki

Ragil merupakan siswa teladan yang sudah memasuki tahap semester akhir sekolah SMA, yang tandanya dia akan mulai menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Sedangkan Nada ialah sahabatnya yang kini selalu menemani Ragil saat belajar dan mereka belajar di perpustakaan, bukan untuk belajar bersama, tapi dia lebih memilih untuk bercengkrama dengan ibu perpus. Ujian Nasional pun yang sudah berakhir. Ragil, Nada dan juga beberapa kawannya berjalan melewati lorong sekolah untuk menuju kelasnya.

Setelah tiba di kelas, maka anak-anak kelas XII IPA sudah lebih dahulu berada di bangku masing-masing, menunggu wali kelasnya untuk membagikan amplop dengan berisi surat kelulusan. Ragil dan Nada yang saling berpelukan dibangku untuk mereka, saling mendoakan. Namun Ragil kini mendapatkan dua amplop dengan secara bersamaan. Setelah seluruh siswa memperoleh amplopnya masing-masing, dengan secara bersamaan siswa XII IPA membuka amplop yang tersebut.

Kegugupan, ketegangan dan juga kekhawatiran saat itu telah pecah. Seluruh siswa lulus, wali kelas pun kini ikut bahagia dengan kelulusan seluruh siswa. “Alhamdulillah.., aku lulus” ucap Ragil pada saat membuka amplop yang pertama. “Iya aku juga telah lulus, Gil…” sahut Nada. Dengan wajah yang penasaran Ragil membuka kembali amplop yang kedua tersebut. Dengan tangan yang sangat gemetar dia membaca isi amplop yang di dapat  tersebut. Ternyata isinya merupakan surat diterimanya dia sebagai penerima beasiswa kuliah yang ada di Turki.

Nada yang tadinya itu hanya asik dengan bahagianya sendiri, turut ikut bahagia setelah mengetahui bahwa sahabatnya telah memperoleh beasiswa kuliah ke Turki. Nada yang mengetahui kalau sahabatnya ini merupakan orang yang sangat giat belajar. Setiap kali jam istirahat yang pertama berbunyi, dia memilih untuk ke dalam perpustakaan daripada untuk ke kantin. Menurutnya ke kantin dengan jam istirahat kedua pun bisa. Jadi yang dia lebih memilih untuk memanfaatkan waktunya untuk mulai belajar di perpustakaan. Ternyata benar, tidak ada untuk usaha yang sia-sia di bumi ini, semuanya sudah ada hasilnya, besar atau kecil.

Filosofi Cuci Piring

Semenjak sekolah dirumahkan, aku terpaksa harus belajar di rumah. Semua gara-gara corona hingga akhirnya aku sering berdampingan dengan piring-piring kotor baik pada pagi maupun sore hari. Aku tidak mengeluh. Aku berupaya untuk tidak menggerutu. Membantu Ibu cuci piring adalah jalan ninjaku untuk menggapai keberkahan. Sungguh! Aku bahagia saat melihat Ibuku tersenyum seraya berkata kepadaku, “Bagus, Nak. Terima kasih, ya!”

Pada hari Selasa lalu, Ibuku sempat mengajarkan ilmu tentang kehidupan. Beliau berkata kepadaku, “Dek, tahukah kamu bagaimana filosofi cuci piring?” Terang saja aku tidak tahu. Yang aku tahu hanyalah mencuci yang kotor, lalu mengeringkan piring-piring yang basah. Ibuku pun berkata bahwa noda dalam piring itu laksana keadaan hati kita. Mengapa piring perlu cepat-cepat dicuci setelah makan, gunanya tiada lain adalah agar piring tersebut mudah dicuci. Mengapa piring harus dicuci menggunakan sabun? Gunanya tiada lain ialah agar piring tersebut tidak berbau amis dan bersih seutuhnya.

Ternyata hati kita juga demikian. Hati ini tidak boleh dibiarkan kotor terlalu lama. Hati kita harus dicuci dengan zikir, dengan doa, serta dengan rela memaafkan. Hati yang pendendam ibarat kotoran piring yang sudah kering. Butuh berkali-kali bilasan dan gosokan untuk membersihkannnya. Sungguh pelajaran berharga bagiku saat di rumah. Bahkan kegiatan sederhana seperti cuci piring pun mengandung banyak pelajaran tentang kehidupan.

Mencontek
Waktu itu, saat aku masih duduk di bangku SMP, aku mengerti tentang apa itu kejujuran. Pilihan untuk berbohong dan jujur, hal itu yang aku hadapi saat aku menghadapi ujian sekolah. Saat ujian, teman sekelasku banyak yang mencontek dengan berbagai cara. Ada yang membawa catatan kecil hingga menyembunyikan buku di bawah meja.

“Zi, lo mau nyontek ga? Gue bawa contekan nih” bisik Fadlan di sebelahku saat ujian berlangsung. “Wih! Boleh juga” ucapku dengan mengambil kertas kecil darinya. Pada saat itu, aku masih belum percaya buah dari sebuah kejujuran. Aku akan mencontek jika menghadapi ujian matematika, fisika hingga kimia, karena aku kurang begitu suka dengan angka. Hingga akhirnya pengumuman kenaikan kelas pun tiba, aku dan teman-temanku begitu tegang saat menunggu nilai rapot yang akan diberikan.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm