Ini adalah gambaran umat beliau yang suka memakan hasil riba.
Di samping itu, ketika Rasulullah diajak Malaikat Jibril memasuki sebuah dimensi, beliau mencium bau sangat harum.
Malaikat Jibril menceritakan itulah gambaran seorang ibu bernama Masyithoh beserta keluarganya.
Semasa hidupnya, seluruh keluarganya wafat dalam mempertahankan keimanan lantaran tidak mengakui Firaun sebagai Tuhan.
Refleksi sejarah isra Miraj ini harus kita jadikan warning (peringatan) bagi kita.
Sudahkah kita sadari bahwa fenomena yang terjadi sekarang ini menunjukkan betapa wabah-wabah seperti itu telah menjangkiti sebagian umat Islam.
Kejadian-kejadian yang diperlihatkan Allah pada saat Rasulullah diperjalankan yakni peristiwa Isra Miraj itu, saat ini betul-betul terjadi dan inilah yang menjadi kekhawatiran beliau.
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang disebut dengan Isra adalah sentral dimulainya perjalanan spiritual beliau.
Baitullah adalah sentral tertujunya seluruh aktivitas ibadah yang kita lakukan.
Ka'bah As Syarifah adalah kiblat umat Islam di seluruh penjuru dunia, bukan kepada batu, melainkan tertuju pada satu tujuan yakni Allah 'Azza Wajalla.
Dan barangsiapa yang hatinya terkunci hanya menyembah Allah SWT maka akan dirasakan olehnya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Oleh karenanya, jangan sekali-kali kita mati dengan tidak membawa iman.
Karena peristiwa Isra Miraj ini hanya bisa ditelaah dengan iman.
Sehingga ketika kita berkiblat ke Baitullah disitulah hati kita tertuju Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ‘ardh.
Menyatukan ruh dan hati kita hanya tertuju kepada kepada-Nya karena hanya hati yang suci nan bersih mampu merasakan kehadiran Allah SWT.
Maka tidak sedikit orang yang saat mengawali salat dengan membaca takbiratul ihram langsung menitikkan air mata, lantaran mengakui akan kebesaran Allah SWT Sang Maha Pemilik Ruh.
Inilah yang kemudian disebut Ash shalatu mi’rajul mukminin, salat adalah Mi’raj kita kepada Allah SWT.
Inna shalati wanusuki wa makhyaya wa mamaati lillahi abbil aalamin, kepasrahan total inilah yang menjadikan kita tunduk, tawadhu dan patuh hanya kepada Allah SWT.
Meskipun dalam pepatah Jawa kita mampu ngesak lesus, njugrug gunung, ngasat segoro, ngetung cacahing banyu udan, tetapi ketika celupkan jarimu di lautan lalu angkat, maka air yang menempel di jarimu adalah ilmu kita, sedangkan air di samudera nan luas itulah ilmu atau kekuasaan Allah yang Maha Luas.
Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adziim.
Perintah saalat dari Allah secara langsung melalui Rasulullah merupakan cermin yang dijadikan oleh Allah sebagai tolok ukur sempurnanya iman.
Karena salat adalah amaliah yang pertama kali akan dihisab Allah kelak di Yaumul Qiyamah.
Salat adalah kebutuhan primer jasmani dan rohani kita, sarana untuk berkomunikasi secara intens dengan Allah SWT.
Memasuki era globalisasi sekarang ini dimana Ronggowarsito menyatakan 'Jamane wes jaman edan, yen ora ngedan jare ora bakal keduman, hananging bejaning wong kanng bejo yoiku wong sing tansah eling, ngati-ati lan waspodo'.
Maka kita harus terus berupaya sekuat tenaga guna membentengi diri dengan keimanan dan keIslaman agar keluarga kita dan umat Islam pada umumnya terhindar dari segala bujuk rayu setan sebagai musuh abadi kita.
Mari kita jadikan momentum Isra’ dan Mi’raj ini untuk terus maju ke depan guna meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat atas ridho Allah SWT.
Mumpung padang rembulane jembar kalangane, kita jadikan semangat untuk terus bekerja sebagaimana Rasul mengatakan, I’mal lidunyaka ka annaka ta’isyu abadan, menggapai kebahagiaan dunia agar tetap survive.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita rezeki halal dan barokah, kemampuan dan kekayaan lahir batin di dunia ini.
Namun demikian harus kita imbangi dengan equilibrium system agar mampu berjalan beriringan, yakni wa’mal li akhiratika ka annaka tamutu ghadan.
Tidak lupa untuk mencari kemuliaan akhirat dengan memperbanyak amal salih sebagai bekal menghadap ke hadirat Allah kelak.