Lebih Lanjut Doddy Zulverdi menerangkan, perkembangan inflasi global yang saat ini proses disinflasi global berjalan lancar.
Kemudian, persistensi inflasi dari sisi permintaan masih tinggi dan perbaikan ekonomi global di tengah keketatan pasar tenaga kerja di AS dan Eropa mengakibatkan prospek penurunan inflasi global berjalan lambat.
Baca Juga: Per 1 Juni Hingga 31 Juli 2023, BPS Sumut Libatkan 9.841 Petugas Sensus Pertanian
“Selain itu, perbaikan ekonomi Tiongkok diprakirakan mendorong harga komoditas non-energi, di tengah harga minyak yang meningkat akibat ketersediaan pasokan yang lebih rendah. Untuk kebijakan suku bunga tinggi masih berlanjut, bahkan di negara berkembang kebijakan moneter ketat masih ditempuh secara agresif. Adapun disinflasi negara maju (AE) yang lebih lambat menyebabkan suku bunga tinggi berpotensi bertahan lebih lama. Di negara berkembang (EM), kebijakan moneter ketat banyak ditempuh secara agresif karena suku bunga riil EM masih negatif,” tutupnya.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News