4. Puisi IV
Idul Adha mengingatkan arti pengorbanan
Ketulusan seorang insan
Kepada kekasih-Nya
Yang menciptakan alam fana
Rela mengorbankan harta dan nyawa
Termasuk buah hati
Demi kekasih-Nya
Apapun dilakukan
Seorang anak patuh pada orang tua
Demi memenuhi panggilan junjungannya
Keluarga yang senantiasa selalu bertakwa
Akhirnya pertolongan datang dari-Nya
5. Puisi V
Seorang bayi lemah pasi
Dalam peluk ibu dan kering asi
Harus bertahan di lautan gurun
Tiada oasis tanpa hujan turun
Siti Hajar bertajuk cemas
Mengemas tangis berupaya daya
Berlari dari bukit Shafa ke Marwah
Tergesa lemas, Ismail melemah
Jarak keringat dan darah bukan batasan
Pengorbanan ibu ketaatan hati
Suara cinta terbalas: Mahasuci
Memancar air di bawah kaki Ismail nan kehausan
Lambang usaha terbayar doa
Ketika air zam-zam tiada habis semakin menelaga
Berkah taat dalam damai rumah-Nya
Baitullah yang dibangun atas cinta
Kenanglah kita dicipta muasal cinta
Layakkan pula budi pada ayah bunda
Setiap waktu pengorbanannya tak terbilang harga
6. Puisi VI
Merah darah tertumpah
Mengalir deras membasahi tanah
Satu tumbang
Dan di susul dengan lainnya
Terjerembab
Terjatuh
Tanpa daya
Namun..
Bukan itu
Oh bukan sekedar simbolis belaka
Tapi
Ada satu tanya?
Adakah, makna yang sama?
Antara pengorbananmu
Dan
Pengorbanan Ismail dulu?
Baca Juga: Arti Happy Eid Al-Adha dan Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha Lainnya
7. Puisi VII
Laksana tumpukan pasir di pinggir pantai.
Ternyata dosa-dosaku bisa jadi lebih dari itu.
Padahal belum genap caturwulan.
Ketika takbir berkumandang, aku malu kepada rembulan.
Cahaya redup yang menerangi malam membuatku ingat akan banyaknya kesalahan.
Kepada diriku sendiri, kepadamu, kepada mereka semua.
Aku sering kali lupa kepada langit hingga selalu berbahagia membasuh keringat di atas tanah.
Ya Allah, aku sedih.
Lantunan tahmid dan tasbih menggetarkan imanku.
Aku banyak salah.
Kembali hina.
Di hari yang begitu indah ini, maafkan aku setulus hati.
Bukan hanya untuk hari ini tapi juga kemudian.
8. Puisi VIII