10 Dongeng sebelum Tidur, Singkat tetapi Sangat Mendidik!

17 Agustus 2023 13:15 WIB
Ilustrasi dongeng sebelum tidur
Ilustrasi dongeng sebelum tidur ( freepik.com)

Darmi memang cantik, parasnya indah menawan. Namun, tingkah lakunya sangatlah tidak cantik dan sifatnya sangatlah tidak menarik.

Setiap hari Darmi selalu bersolek di kamarnya. Ia tidak pernah mau membantu ibunya sedikit pun membereskan isi rumah. Kamarnya selalu berantakan. Darmi tidak peduli akan hal itu, ia hanya peduli pada wajahnya yang cantik jelita tiada terkira haruslah selalu tampil sempurna.

Ibunya Darmi yang sudah tua, setiap hari selalu bekerja keras demi mendapatkan uang. Apapun jenis pekerjaannya, selama itu halal, akan ia kerjakan. Semua itu ia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Darmi, anak semata wayangnya.

Ibunya Darmi juga kerap diperlakukan seperti pembantu. Setiap ditanya siapa yang berjalan di belakangmu, ia selalu menjawab bahwa ibunya adalah budaknya.

Mendengar hal itu terus menerus, Ibu Darmi merasa sakit hati hingga berdo'a. Secara perlahan Darmi berubah menjadi batu. Ia terus menangis dan memohon kepada ibunya. Namun, semua sudah terlambat. Kini tubuhnya berubah menjadi batu yang terus mengeluarkan air mata.

Pesan moral: Hormat dan senantiasa berbakti kepada orang tua yang sudah melahirkan kita di dunia.

4. Bawang Merah dan Bawang Putih

Dahulu kala, hiduplah Bawang Putih dan saudara tirinya, Bawang Merah. Ibu Bawang Putih meninggal ketika ia masih bayi. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak bernama Bawang Merah.

Tak berselang lama, ayahnya pun meninggal. Setelah itu, kehidupan Bawang Putih amat menyedihkan. Kesehariannya, Bawang Putih selalu diminta untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah termasuk mencuci baju.

Suatu hari ketika sedang mencuci, baju ibu tiri Bawang Putih hanyut. Bawang Putih pun bingung sampai akhirnya bertemu dengan seorang nenek yang mengatakan kalau ia menyimpan baju yang hanyut itu dan akan mengembalikannya dengan satu syarat. Bawang Putih harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bawang Putih pun menuruti.

Setelah selesai, nenek itu mengembalikan baju ibu tirinya. Nenek itu juga memberinya hadiah. Bawang Putih harus memilih salah satu labu untuk dibawa pulang, ada labu besar dan labu kecil. Bawang Putih memilih yang kecil. Sesampainya di rumah alangkah terkejutnya ia beserta ibu dan saudara tirinya, ternyata labu itu berisi banyak perhiasan.

Keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang sama seperti Bawang Putih. Ia pura-pura menghanyutkan pakaiannya. Kemudian, memilih labu yang besar. Ketika dibuka labu itu malah berisi ular.

Bawang Merah dan ibunya pun merasa itu adalah bentuk teguran dari Tuhan untuk mereka karena sudah memperlakukan Bawang Putih layaknya seorang pembantu. Mereka menyadari semua kesalahannya selama ini pada Bawang Putih dan meminta maaf.

Pesan moral: Jangan berperilaku buruk kepada orang lain karena ada ganjarannya.

5. Cerita Dongeng Petani Serakah

Pak Petani selalu ingin mendapatkan banyak uang. Pada musim semi, ia berseru kepada Tuhan, "Jika hari cerah, aku akan menuai gandumku."

Pada hari berikutnya, matahari bersinar cerah. Pak Petani pun menuai sebagian gandumnya. Setelah itu, ia berseru kepada Tuhan lagi, "Seandainya hari ini hujan, pasti baik untuk gandumku yang lain."

Esok harinya turun hujan. Pak Petani berkata, "Jika hujannya lebih lebat, gandumku pasti lebih cepat tumbuh". Pada hari berikutnya hujan kembali turun.

Musim panas tiba, Pak Petani memanen gandum dan menumpuknya menjadi satu di ladang. Selesai bekerja, Pak Petani berkata, "Tuhan, seandainya Kau memberi lebih banyak hujan pasti hasil panenku jauh lebih besar dari ini."

Musim panas masih berlangsung. Pak Petani ingin segera menanam gandum. Ia berseru dengan kesal, "Mengapa Engkau tidak memberiku lebih banyak hujan, Tuhan? Berilah hujan sehingga aku bisa menanam gandum dan memanennya!"

Tuhan kemudian menurunkan hujan yang sangat lebat hingga berhari-hari. Banjir melanda ladang Pak Petani. Seluruh gandum Pak Petani hanyut terbawa air.

Pesan moral: Senantiasa bersyukur dengan segala nikmat dan rezeki dari Sang Pencipta.

6. Pak Kerdil

Dahulu kala, hiduplah seorang petani yang bertubuh sangat kecil. Semua orang memanggilnya dengan nama Pak Kerdil. Pak Kerdil adalah seorang kakek yang tinggal sendiri di sebuah gubuk kecil di desa. Ia lelaki yang miskin dan tidak punya keluarga.

Suatu hari, Pak Kerdil mencangkul tanah. Saat itu, seseorang datang memanggilnya. "Pak Kerdil." "Ada apa?" tanya Pak Kerdil. "Ada seseorang datang ke rumahmu. Seorang anak kecil," ucap warga itu. Pak Kerdil bingung karena merasa tidak punya keluarga.

"Baiklah, aku akan pulang," jawab Pak Kerdil. Ia langsung memasukkan cangkulnya dan pulang. Begitu tiba, ia bertemu dengan seorang anak. Anak itu berdiri di depan pintu rumah Pak Kerdil. "Siapakah kau? Apakah aku mengenalmu?" tanya Pak Kerdil.

"Saya Adrian. Ibu menyuruh saya ke sini untuk menjumpai Pak Kerdil," jawab anak itu. "Siapa ibumu? Untuk apa ia menyuruhmu kemari?" tanya Pak Kerdil lagi. "Ibuku seorang janda tua yang tinggal di pinggir desa. Ibu menyuruhku untuk meminta beras kepadamu. Kami tidak memiliki beras di rumah," jawab anak itu polos.

Pak Kerdil merasa iba dan kasihan. Pak Kerdil lalu membuka pintu rumah dan mempersilahkan anak itu duduk. Selain beras, ia juga memberikan makan dan minum.

"Terima kasih, Pak Kerdil. Untuk membalas kebaikanmu, katakanlah padaku apa keinginan terbesar dalam hidupmu," ucap anak itu. Ternyata, anak itu jelmaan malaikat. Ia ingin menguji apakah Pak Kerdil akan mau menolongnya.

"Nak, aku ikhlas membantumu. Namun, jika kau ingin mengetahui keinginan terbesarku, aku ingin menjadi tinggi. Sangat sulit bagiku yang kerdil untuk menanam hingga memanen sawah dengan tubuhku yang kerdil," ucap Pak Kerdil.

Anak itu tersenyum. Seketika itu juga, Pak Kerdil merasakan tubuhnya seperti tertarik ke atas. Dalam beberapa detik, ia menjadi seseorang yang tinggi. Kini, semua orang tidak memanggilnya Pak Kerdil lagi.

Pesan moral: Saling tolong menolong dan ikhlas dalam membantu orang yang membutuhkan.

7. Mika Tikus dan Ekornya yang Hilang

Baca Juga: Manfaat Dongeng untuk Anak: Pentingnya Membacakan Cerita kepada Anak

Dua anak tikus sedang berkelahi saat Ibu tikus baru pulang ke sarangnya. Kakaknya bernama Miki dan adiknya bernama Mika. Sang Ibu sangat marah karena persediaan keju makanan mereka jatuh berserakan di tanah. Ia lalu bertanya pada kedua anaknya.

"Siapa yang menaburkan semua keju ini?" tanya si Ibu. Miki melotot kepada Mika. Sebenarnya, Miki yang menjatuhkan keju hingga bertaburan ke tanah. Karena takut dimarahi Ibu, ia mengancam Mika untuk tidak berkata jujur.

"Mika yang melakukannya, Bu!" ucap Miki. "Benarkah itu, Mika?" tanya Ibu ke Mika. "Tidak, Bu. Bukan aku," Mika membela diri, namun tak sanggup untuk mengucapkan bahwa Miki pelakunya.

"Baiklah. Siapa yang berbohong ekornya akan hilang," kata Ibu. Tiba-tiba, ekor Miki menghilang. Miki pun menangis. Ibu kini tahu siapa yang berbohong. Miki menerima akibat kebohongan yang dilakukannya. Ekornya tidak pernah lagi tumbuh.

Pesan moral: Jangan berbohong karena akan ada akibat yang harus dipertanggungjawabkan sendiri.

8. Peri Air

Sebuah kampung dengan tanah yang subur dihuni oleh ratusan keluarga. Namun, suatu hari, kemarau panjang melanda. Sawah-sawah gagal panen karena tidak ada air untuk irigasi. Kebun-kebun juga tidak menghasilkan buah. Para penduduk sangat resah.

Di pinggiran kampung, ada suatu sumur yang letaknya di belakang rumah seorang nenek. Si Nenek hidup bersama cucu laki-lakinya. Sumur nenek ini airnya sangat sedikit. Saat itu, cucunya sedang sakit karena kurang minum. Si Nenek pun menimba air sedikit demi sedikit untuk diberikan kepada cucunya.

Lama-kelamaan tubuh si Nenek melemah. Untungnya, si Cucu mulai membaik. Sekarang, gantiang sang Cucu yang merawat si Nenek. Si Cucu merawat sang Nenek dengan penuh kasih sayang.

Suatu hari, datanglah peri cantik bersayap biru. Mereka terkejut. "Saya ingin memberikan ini," kata si Peri sambil menyodorkan botol kecil berisi air. "Tuangkan semua airnya ke dalam sumur kalian."

Sesuai perintah si Peri, sang Cucu menuangkan isi botol ke dalam sumur. Tiba-tiba, sumur yang kering itu penuh dengan air. Ia bersorak gembira dan bersyukur kepada Tuhan. Tak lupa, mereka membagikan air sumur itu kepada semua orang. Sebanyak apa pun diambil, sumur itu tak pernah kering.

Pesan moral: Setiap manus harus saling menyayangi satu sama lain dan jangan pernah serakah.

9. Harimau yang Sombong

Suatu hutan dipimpin oleh seekor harimau. Harimau ini sangat kuat dan ganas. Semua hewan takut padanya. Harimau ini juga sombong dan semena-mena. Semua hewan di hutan tersebut sebenarnya tidak ingin dipimpin olehnya. Namun, karena takut, mereka berpura-pura memuji Harimau.

Suatu hari, ada pemilihan rutin pemimpin di hutan. Kali ini, Harimau ingin kembali menang. Ia ingin selamanya menjadi pemimpin. Segala macam cara pun dilakukannya agar bisa menang, termasuk menakut-nakuti semua hewan di hutan, "Jika kalian tidak memilihku, aku akan memakan kalian semua."

"Kami akan memilihmu," ucap para hewan dengan berat hati. Harimau senang karena semua hewan takut kepadanya. Kesombongannya semakin tinggi.

Suatu hari, datang segerombolan manusia ke hutan itu. Manusia-manusia itu adalah sekumpulan pemburu. Saat itu, mereka sedang kelaparan. Mereka pun harus mencari makanan ke dalam hutan.

Harimau tidak tahu akan kedatangan manusia-manusia ini. Ia terus bersantai dan tidur di depan sarangnya sambil menunggu hari pemilihan tiba. Tidak akan ada yang berani mengganggunya.

Dua orang pemburu melihat seekor harimau yang tertidur pulas di bawah pohon. Bulunya terlihat sangat lembut dan berwarna terang. Salah seorang di antaranya berbisik.

"Bagaimana kalau kita jebak harimau itu? Kita bisa menjualnya mahal!" kata pemburu itu. Teman-temannya setuju. Mereka lalu menyiapkan jebakan di atas pohon.

Di lain tempat, karena terlalu lama tidur, Harimau merasa gerah. Ia ingin mandi di sungai dan mempersiapkan diri untuk pemilihan. Namun saat berjalan, tiba-tiba sebuah tali menarik kakinya. Tak lama, jebakan yang dipasang pemburu jatuh ke tubuhnya. Ia mencakar-cakar sekuatnya, namun jebakan itu sangat kuat.

Harimau segera mengaum keras. Beberapa hewan datang setelah mendengar teriakannya. Namun, saat melihat Harimau terbelit dalam jebakan, mereka tidak mau menolong.

"Kau tidak bisa lagi memerintah kami. Kau juga tidak akan bisa memakan kami. Tidak ada yang mau menolongmu. Terimalah balasan atas kesombonganmu!" kata seekor rusa.

Harimau marah, namun tak bisa melakukan apa-apa. Setelahnya, para hewan bubar. Ia sangat kesal dan marah, namun akhirnya sadar bahwa yang dikatakan rusa itu benar. Ia terlalu sombong juga suka mengancam. Sehingga tidak ada hewan yang menyukainya. Semua hewan membencinya.

Pesan moral: Jangan menjadi pribadi yang sombong. Gunakan seluruh kekuatan untuk melindungi yang lemah.

10. Ular Emas

Pada zaman dahulu, ada sebuah istana yang berdiri kokoh. Istana ini dipimpin oleh seorang raja bernama Sulaiman. Ia memiliki seorang anak yang gagah dan tampan bernama Pangeran Laru.

Sang Raja sangat menyayangi Pangeran Laru. Ia selalu memberikan apa yang diminta oleh Pangeran Laru. Suatu hari, Pangeran Laru meminta kepada Raja untuk diberikan emas dan kekayaan. Ia juga ingin menjadi raja.

Namun, karena usia sang Pangeran masih tujuh belas tahun, sang Raja menolak permintaan tersebut. Ia berjanji akan memberikan semua harta dan tahta saat Pangeran Laru berusia dua puluh.

Tahun berganti dengan cepat. Usia Pangeran Laru pun sudah dua puluh. Raja sangat senang dan menepati janjinya. Kini, Pangeran Laru pun resmi diangkat menjadi raja. Sebelum sang Pangeran memimpin, ada satu hal yang dikatakan Raja Sulaiman.

"Ada satu pantangan yang tidak boleh kau langgar. Janganlah kamu memakai cincin yang terletak di atas mejaku. Jika kau langgar, kau akan menerima akibatnya," kata Raja Sulaiman.

Tiga bulan setelah Pangeran Laru memimpin, kerajaan mengalami kemunduran. Pangeran Laru kurang tegas dalam memimpin. Ia juga sering menghabiskan uang hanya untuk membeli barang-barang mahal yang tidak berguna. Ayahnya selalu menasihatinya, tapi selalu diabaikan.

Suatu malam, Pangeran Laru tak bisa tidur. Ia keluar dari kamar dan berjalan-jalan di sekeliling istana. Ia lalu berhenti ketika melihat ada sinar yang sangat terang berasal dari meja ayahnya. Karena penasaran, ia membuka pintu ruangan ayahnya dan masuk ke ruangan. Tidak ada orang di sana.

Betapa kagumnya ia ketika melihat sebuah cincin di atas meja bersinar dengan terangnya. Cincin itu berwarna emak kekuningan dan ada permata di tengahnya.

"Benar-benar mengagumkan. Begitu cantik. Aku ingin memakainya. Kenapa Ayah selama ini menyembunyikannya dariku?" ucap Pangeran Laru.

Dengan penuh semangat, sang Pangeran memasukkan cincin itu ke jari manisnya. Namun, tiba-tiba, sesuatu yang aneh terjadi. Tubuh Pangeran Laru menyusut dan kulitnya tiba-tiba dipenuhi dengan sisik ular berwarna keemasan. Ia berubah menjadi seekor ular yang dipenuhi sisik emak. Pangeran Laru menangis dan menyesali perbuatannya.

Pesan moral: Selalu dengarkan perkataan orang tua dan tepati semua janji yang sudah diucapkan.

Itulah 10 dongeng sebelum tidur yang dapat kamu bacakan kepada buah hati karena memiliki pesan moral yang sangat baik.

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm