Malang, Sonora.ID - Masih banyaknya permasalahan hutan yang belum terselesaikan dengan baik, Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur III mengadakan Seminar Reformasi Kehutanan menuju Indonesia Emas 2045 yang diadakan di Gedung Arjuna Bakorwil III Malang yang terletak di Jl. Simpang Ijen No.2, Oro-oro Dowo, Kec. Klojen, Kota Malang, pada Selasa (25/2).
Acara seminar ini mengundang dua pemateri ahli dalam bidangnya, yaitu Prof. Dr. Ir. Bramasto Nugroho, M.S., selaku guru besar Bidang Kelembagaan dan Kebijakan Kehutanan, Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB serta mengundang Prof. Dr. Asihing Kustanti, S.Hut., M.Si., selaku guru besar Bidang Ilmu Kelembagaan Pengelolaan Hutan Departemen Sosial Ekonomi Universitas Brawijaya.
Seminar Reformasi Kehutanan menuju Indonesia Emas 2045 diisi sambutan oleh pemateri Prof. Dr. Ir. Bramasto Nugroho, M.S., kemudian sambutan dari Ir. Erwan Sudaryanto M.M. sebagai Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan/Ditjen PHL Kemenhut, tidak lupa sambutan dari Kepala Bakorwil III Malang, Asep Kusdinar, S.Hut., M.H. dan juga pemateri Prof. Dr. Asihing Kustanti, S.Hut., M.Si.
Dalam sambutannya, Asep Kusdinar, S.Hut., M.H. mengatakan bahwa permasalahan kehutanan juga menjadi bagian dalam badan koordinasi wilayah. Ide dan inovasi yang terlahir akan dibawa menuju Gubernur untuk pengelolaan hutan khususnya di wilayah Jawa Timur.
Menurut Asep Kusdinar, hutan bukan hanya sumber daya alam, tetapi juga salah satu pilar utama dalam menjaga keberlanjutan ekosistem, mendukung ketahanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, tantangan seperti deforestasi yang terus berlanjut memerlukan solusi konkret. Seminar yang menghadirkan akademisi ini diharapkan dapat memberikan solusi, dan memunculkan berbagai ide guna mengatasi permasalahan kehutanan saat ini.
"Ke depan, diperlukan responsivitas yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan kehutanan. Oleh karena itu, seminar ini diharapkan menghasilkan rekomendasi yang dapat diterapkan, khususnya di Jawa Timur. Hasil dari diskusi ini nantinya akan disampaikan kepada Gubernur sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan kehutanan yang lebih berkelanjutan," ungkap Kepala Bakorwil III Malang.
Secara Khusus, Asep juga memaparkan permasalahan kehutanan yang disoroti yaitu tekanan terhadap kawasan hutan dan fungsi lindung dari hutan itu sendiri. Walaupun sudah ada solusi melalui perhutanan sosial, tekanan terhadap kawasan hutan masih terjadi karena belum dilaksanakan sesuai ketentuan. Untuk fungsi lindung juga harus lebih diperhatikan agar tidak hanya terfokus pada fungsi produksi saja karena masih banyak lahan yang dikosongkan dan kemudian ditanami oleh tanaman solusi.
Selain dihadiri oleh akademisi, seminar ini juga dihadiri oleh mahasiswa dan unsur pemerintahan terkait, baik pemerintahan pusat maupun daerah, dan juga para stakeholder yang berkepentingan.
Dalam kesempatan ini, Erwan sebagai Ditjen PHL Kemenhut menegaskan bahwa para rimbawan harus memiliki visi yang selaras dalam menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan pemikiran yang sejalan, langkah-langkah konkret dapat diambil untuk memastikan bahwa pengelolaan hutan berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi banyak pihak.
"Jadi tolong perhatian betul, kehutanan kedepannya mau di bawa ke mana, bagaimana kedepannya kehutanan ini, bagaimana menguatkan kelembagaan. Saya yakin setelah keluar dari ruangan ini pasti akan ada hal-hal baik yang anda dapatkan. Saya berharap jika sudah berbicara seorang rimbawan harus satu pemikirannya bagaimana menjaga kelestarian hutan dan rakyat sejahtera," tegas Erwan.
Diskusi dalam acara seminar ini diharapkan menjadi titik awal bagi perumusan strategi yang lebih efektif dalam mengelola sumber daya hutan. Penguatan kelembagaan di sektor kehutanan dinilai menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan lingkungan dan sosial yang semakin kompleks.
Oleh: Rahil Kamilia Sa’idah