Sonora.ID - Dari mana saja sumber sejarah Kerajaan Kutai? Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Kerajaan Kutai dikenal sebagai kerajaan Hindu tertua di Nusantara, berdiri sejak abad ke-4 di wilayah Kalimantan Timur.
Status ini didukung oleh bukti sejarah berupa tujuh prasasti yang dikenal sebagai Yupa, ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Prasasti-prasasti tersebut, yang juga disebut Prasasti Muarakaman, kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta dan ditemukan di Bukit Berubus, Muara Kaman, Kutai Kartanegara, pada akhir abad ke-19.
Melalui Yupa inilah diketahui silsilah raja-raja Kutai serta gambaran kehidupan mereka saat itu.
Baca Juga: 15 Ucapan Hari Raya Waisak 2025 dalam Bahasa Mandarin, Lengkap dengan Arti
Isi dan Makna Prasasti Muarakaman:
Prasasti I (D 2a): Menceritakan silsilah raja mulai dari Kudungga, ayah dari Aswawarman, yang kemudian menurunkan tiga anak, salah satunya Mulawarman. Mulawarman dikenal sebagai raja bijak dan kuat, yang mengadakan upacara Bahusuwarnnakam (selamatan emas), diabadikan melalui pendirian yupa oleh para Brahmana.
Prasasti II (D 2b): Menggambarkan kemurahan hati Mulawarman yang menyumbangkan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Yupa ini didirikan sebagai bentuk penghormatan atas kebaikan sang raja.
Prasasti III (D 2c): Memuji kebajikan Mulawarman yang dikenal sebagai raja agung dan dermawan. Para Brahmana kemudian mendirikan yupa untuk mengenangnya.
Prasasti IV (D 2d): Meskipun terdiri dari 11 baris tulisan, prasasti ini sudah sangat aus sehingga isinya tidak bisa dibaca lagi.
Prasasti V (D 175): Menyebutkan pemberian Mulawarman berupa minyak kental dalam jumlah besar dan lampu yang dihiasi bunga sebagai sedekah.
Prasasti VI (D 176): Mengawali dengan pujian kepada Raja Mulawarman, yang memberikan beragam persembahan seperti air, keju, minyak wijen, dan 11 ekor sapi jantan.
Prasasti VII (D 177): Mengisahkan kemenangan Mulawarman atas raja-raja lain dan sumbangannya berupa ribuan ekor sapi serta upacara jiwa (jivadana). Namun, karena sebagian aksara sudah rusak, isi lengkapnya sulit dipahami.
Baca Juga: Arti Skena, Bukan Sekadar Tren, Ini Filosofi di Balik Gaya Hidupnya