Surabaya, Sonora.ID - Menjahit impian dan menabung harapan, menjadi tekad haji Bu Muayatur di tengah keterbatasan fisik.
Wanita berusia 77 tahun dari Kecamatan Mumbulsari, Jember, ini berhasil memenuhi undangan Allah untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 2025, meski dengan keterbatasan fisik yaitu tidak memiliki kedua kaki secara sempurna. Namun, keterbatasan itu tak pernah memadamkan semangatnya.
“Alhamdulillah, Allah memberikan saya kesempatan luar biasa untuk berhaji ke Tanah Suci,” ujar Muayatur Rohmah dengan mata berbinar, saat ditemui di Surabaya, Rabu (14/5).
Berdasarkan informasi dari Kominfo Jawa Timur, cerita perjuangannya bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang ketabahan yang menunjukkan tekad kehidupan seorang penjahit.
Sehari-hari, Muayatur bekerja sebagai penjahit. Dengan kedua tangannya yang terampil, Muayatur tak hanya menjahit pakaian, tapi juga merajut impian agar suatu hari menapakkan kaki di Tanah Suci. Penghasilannya yang tak seberapa disisihkan sedikit demi sedikit, meskipun hanya Rp50.000 atau Rp100.000, dengan tekad kuat agar suatu hari bisa menjadi tamu Allah di Baitullah.
Selain menjahit, Muayatur juga mengandalkan hasil sewa dari sebidang sawah kecil miliknya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menabung biaya haji. Sejak suaminya wafat, Muayatur hidup bersama keponakannya yang telah dirawat sejak kecil dan kini sudah berkeluarga. Meski dihadapkan pada keterbatasan fisik, tekadnya untuk menunaikan rukun Islam kelima tak pernah goyah.
Pada tahun 2012, setelah bertahun-tahun menabung, Muayatur resmi mendaftar haji. Tekadnya yang kuat membawanya hingga ke kloter 32 Embarkasi Surabaya, berangkat ke Madinah pada 11 Mei 2025, ditemani sepupunya yang setia. Saat hendak berangkat ke bandara, Muayatur memperlihatkan semangat luar biasa dengan naik ke bus menggunakan lutut sebagai tumpuan. Meski petugas membantu dengan kursi roda dari kamar hingga pintu bus, Muayatur menolak untuk bergantung sepenuhnya dan hal tersebut menunjukkan keteguhan hatinya yang luar biasa.
Pihak Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Surabaya menilai bahwa kondisi fisik seperti yang dialami Muayatur tidak menjadi penghalang selama jemaah dalam keadaan sehat secara fisik dan mental. Menurut Sekretaris PPIH, Sugiyo, kisah Muayatur menjadi contoh nyata bahwa semangat beribadah dapat menginspirasi, apalagi di tengah masyarakat Jember yang menjunjung tinggi nilai sakralnya ibadah haji. Semangatnya bahkan dianggap sebuah sumber inspirasi dan motivasi bagi jemaah lain yang mengalami keterbatasan serupa.
Perjalanan Muayatur ke Tanah Suci adalah bukti bahwa ketekunan dan keyakinan bisa menembus batas fisik. Dari menjahit kain hingga menapaki Baitullah dengan fisik kaki tidak sempurna, adalah bukti bahwa tak ada mimpi yang terlalu besar jika disertai niat tulus dan usaha keras. Jejak langkahnya menyulut semangat bagi siapapun yang mendengarnya. Bahwa dengan iman dan ketabahan, setiap langkah menuju kebaikan akan selalu dimudahkan.
Oleh: Rahil Kamilia Sa’idah
Baca Juga: DPRD Surabaya Dorong SWK Berinovasi Untuk Daya Tarik Pengunjung