Jakarta Ruang Baca Cakrawala Dunia Untuk Generasi Berbudaya

28 Mei 2025 18:24 WIB
Mila di balik rak sastra perpustakaan sekolahnya di SMPN 289 Jakarta (sumber: Lia Muspiroh)
Mila di balik rak sastra perpustakaan sekolahnya di SMPN 289 Jakarta (sumber: Lia Muspiroh) ( )

 Jakarta, Sonora.ID - Dalam ruang yang kikuk, terhampar meja-meja yang kaku. Mila tertunduk pada buku yang dihadapinya di sebuah sudut perpustakaan itu.

Rak buku yang menjulang melebihi setengah badannya, telah menyimpan dan merawat pengetahuan. Di sanalah Mila menenun ingatan dan mengintip pada jendela dunia.

Perpustakaan tak hanya tempat membariskan buku-buku. Tapi telah menjelma jendela-jendela untuk melihat hal-hal baru.

Bagi Mila, perpustakaan sudah menjadi ruang bermain dan belajar. Bahkan menjadi ruang keluarga yang terpisah dari rumahnya di Cilincing, Jakarta Utara.

Mila, bernama lengkap Zukhrufin Nisa Kamilah ini berusia 14 tahun, sedang duduk di kelas 7 SMPN 289 Jakarta. Kegemarannya pada buku telah dimulainya sejak kelas 5 SD.

Baca Juga: 20 Catatan Wali Kelas untuk Siswa yang Belum Bisa Membaca, Sopan dan Memotivasi

Kegemaran itu terbentuk atas kesadaran dirinya yang ingin tumbuh bersama pengetahuan-pengetahuan yang begitu luasnya. Dan perpustakaan adalah pilihan utama dalam daftar pencarian pengetahuan bagi Mila.

"Jadi aku kalau di perpustakaan itu baca bukunya macem-macem. Di perpustakaan kan lengkap bukunya," kata Mila di Jakarta, Jumat 23 Mei 2025.

Mila mengaku rutin mengunjungi Perpustakaan Umum Cilincing, yang tak begitu jauh dari rumahnya itu. Mila biasanya ke sana sepulang sekolah, baik itu hanya untuk melepas lelah bersama buku atau mencicil pekerjaan rumah yang ditugaskan gurunya.

"Biasanya baca buku di perpustakaan itu kayak novel, buku pelajaran gitu, baca macam-macam. Apa yang enggak aku temui di sekolah didapat di perpustakaan nambah wawasan, sama bantu banget kalau ada tugas, bukunya lebih lengkap," tutur dia.

Keberadaan buku di perpustakaan, kata dia, menjadi sebuah kemewahan yang bisa diciptakan. Karena menghadirkan buku di dalam rumah sangat jauh dari angan.

Hal ini tak lepas dari kondisi ekonomi Mila. Pendapatan ayahnya yang menjajakan bakso dengan gerobak, tentu prioritas utama dialokasikan untuk makan bagi keluarga.

"Ayah itu dagang bakso, ibu itu ibu rumah tangga, dan adik aku masih kecil umur dua tahun. Jadi buat kita buku itu mahal sekali, tapi karena buku itu aku perlu, makanya perpustakaan ini kayak surga," candanya.

Memang buku tak membuat kenyang. Tapi buku mengasup nutrisi bagi pemikiran dalam kepala. Tak melulu soal pengetahuan dan buku-buku dengan koleksi yang lengkap. Ruang perpustakaan bagi Mila juga menawarkan kenyamanan.

Baca Juga: Perpusnas Gelar Sosialisasi Gemar Membaca

Terlebih kini perpustakaan telah dibuka hingga malam hari oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sehingga keleluasaan mengakses pengetahuan seolah tak terbatas.

"Iya aku bisa lebih lama baca buku atau ngerjain tugas, jadi enggak perlu pinjam-pinjam buku. Perpus sekarang kan tempatnya juga sudah nyaman banget banyak fasilitasnya," tutur dia.

Efek dari akses perpustakaan yang mudah, waktu buka lebih lama, serta fasilitas dan layanan yang baik, tak hanya berpengaruh terhadap kunjungan ke perpustakaan di Jakarta. Mila pun merasa ada dampak yang jauh lebih nyata dari segi pembentukan karakter pada anak seusianya.

Sudut baca perpustakaan Kemendikbud RI (sumber: Lia Muspiroh)

"Karena perpusnya kayak sekarang, aku kayak lebih suka baca daripada melakukan hal yang kurang baik gitu. Jadi ngabisin waktunya lebih banyak di perpus. Bisa loh anak-anak yang seumuran aku yang pergi naik motor, nongkrong kemana itu jadi punya aktifitas yang jelas dan bermanfaat," sambungnya.

Bagi Mila, perpustakaan telah menjadi jalan bagi anak untuk tumbuh sesuai alurnya. Menurutnya, anak yang selama ini "bandel" hanya tidak menemukan ruang yang tepat untuk mengeksplorasi dirinya.

"Menurut aku ya anak itu jangan dipaksa dibentuk kayak barak militer gitu untuk karakter, tapi dikasi ruang yang nyaman kayak perpustakaan, dikasih waktu lebih untuk dia punya tempat kegiatan yang baik seperti perpus. Kalau perpustakaannya kayak di Jakarta kata aku sih ini udah nyaman dan lengkap banget sih," tutur Mila.

Perpustakaan dan Warga Jakarta

Perluasan akses menambah kelekatan kepada warga Jakarta dengan perpustakaan. Perpustakaan sudah menjadi ruang ketiga bagi warga.

Sejak ditambahnya jam buka perpustakaan hingga pukul 22.00 WIB, kunjungan warga ke perpustakaan semakin meningkat. Bahkan peningkatannya mencapai 53 persen.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung sendiri menyaksikan secara langsung efektifitas penambahan jam buka perpustakaan. Khususnya yang terjadi di Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin di area Taman Ismail Marzuki.

"Terus terang apa yang saya bayangkan, diperkirakan dan diharapkan ternyata seperti yang dipikirkan. Saya juga berdialog dengan beberapa pengunjung yang memberikan apresiasi luar biasa atas dibukanya perpustakaan ini hingga pukul 10.00 malam," ujar Pram.

Penambahan jam operasional ini pun dirasa tepat sasaran. Utamanya bagi pelajar dan mahasiswa.

Bagi pelajar seperti Mila, penambahan jam ini tentu sangat menyenangkan. Karena sepulang sekolah, masih dapat leluasa memanfaatkan waktu di perpustakaan. Dalam arti tidak harus terburu-buru untuk pulang.

Dalam data yang disampaikan Pram pun, kunjungan ke Perpustakaan Jakarta rata-rata mencapai  1.289 orang setiap hari kerja. Bahkan meningkat hingga 3.000 pengunjung saat akhir pekan dengan jumlah tertinggi mencapai 3.600 kunjungan.

Benar saja, mayoritas pengunjung berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa yakni sebanyak 75,9 persen. Diikuti wiraswasta (10,7 persen), pegawai (8,8 persen), dan lainnya (4,6 persen).

Bicara koleksi, Pemprov DKI Jakarta tampak lebih serius lagi. Saat ini Perpustakaan Jakarta menyimpan koleksi buku sebanyak 141.896 judul dan 583.315 eksemplar, mencakup buku cetak untuk anak, remaja, dan dewasa di berbagai subjek, International Corner, majalah serta koran digital, hingga dokumen sastra dalam format digital dan konvensional.

Mengikuti perkembangan era digital, layanan dan fasilitas pendukung perpustakaan Jakarta pun ditingkatkan. Kini disediakan Bilik Bercerita untuk anak, Bilik Bermain, Bilik Privasi, Bilik Dialog, Bilik Siniar (Ruang Podcast), Area Layanan Multimedia, Ruang Laktasi, Ruang Multifungsi, Aula, dan bahkan Galeri.

"Perpustakaan Jakarta saat ini sudah memiliki aplikasi Jaklitera, yaitu aplikasi layanan perpustakaan yang dapat diakses melalui gawai. Fitur aplikasi terdiri dari pembuatan keanggotaan, peminjaman koleksi, penelusuran katalog, usul buku dari masyarakat, layanan e-resource, dan akses digital koleksi sastra," sebut Pram.

Terpisah, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, Nasruddin Djoko Surjono menuturkan saat ini ada 8 lokasi perpustakaan umum yang dikelola Pemprov. Serta ada 5 perpustakaan umum di tingkat kota, baik itu di  Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, maupun Jakarta Timur.

Penuhi Keinginan Warga Jakarta dan Tumbuhnya Literasi Kota

Melayani masyarakat menjadi ruh yang hidup dalam penambahan jam operasional perpustakaan di Jakarta. Pemprov tak hanya membaca kelekatan antara perpustakaan dan warga Jakarta, tapi juga menjadi ruang ketiga untuk aktifitas positif warga dari berbagai kalangan.

"Ini sekaligus ajakan untuk masyarakat datang terus ke perpustakaan. Meningkatkan literasinya sehingga sumber daya manusia kita makin oke," sebut Nasruddin kepada Sonora, Senin 19 Mei 2025.

Hingga saat ini pun, Nasruddin mengaku kaget dengan antusiasme warga dalam merespons kebijakan perpanjangan waktu buka perpustakaan DKI Jakarta. Banyak aktifitas yang akhirnya terjadi di perpustakaan.

"Saya tidak cuma memperhatikan mereka membaca di situ, tapi memanfaatkan ruang di situ, internet, bahkan menulis skripsi. Minat warga Jakarta untuk akses buku dan akses perpustakaan Jakarta yang lengkap layanannya ini luar biasa," ungkapnya.

Api Literasi dalam Perpustakaan

Perpustakaan menjelma sarana bagi tumbuhnya literasi masyarakat. Dalam pertumbuhan literasi itu, berbuahlah karakter manusia yang terdidik.

Hal ini lah yang sangat diperlukan bagi berkembangnya manusia di satu wilayah, Pemprov DKI Jakarta menunjukkan komitmennya.

Pegiat literasi, Bambang Nuryono menyampaikan, perpustakaan menjadi sarana yang sangat efektif untuk meningkatkan wawasan pengetahuan seseorang. Terutama melalui bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan.

"Kapan seseorang yang sering mengunjungi perpustakaan juga akan membentuk karakter yang bersangkutan untuk mencintai ilmu pengetahuan, gemar membaca, disiplin , berbagi dan tanggung jawab," kata Bambang, Senin 26 Mei 2025.

Ia pun melihat bahwa perpustakaan di Jakarta telah mampu menyediakan bahan bacaan yang kompeten. Bacaan yang mampu membangun nalar dan karakter.

"Sekarang kita harus mendorong, memperbesar budaya membaca bagi generasi muda," lanjutnya.

Menurutnya Pemprov DKI Jakarta sudah berada di jalan yang benar. Tinggal bagaimana Pemprov bekerja sama dengan institusi yang ada, atau kelompok masyarakat seperti LSM untuk memperbesar minat baca.

Pendidikan Karakter demi Pemajuan SDM Berbudaya

Bambang menambahkan jika, pendidikan karakter di perpustakaan adalah jalan paling efektif dan memiliki dampak jangka panjang. Ia pun membaca lihainya Pemprov DKI Jakarta mengupayakan hal tersebut.

"Mendorong seseorang secara aktif datang ke perpustakaan, membaca dan dari dalam dirinya terbangun sebuah karakter," imbuh Bambang.

Relevansi antara perpustakaan, literasi, pendidikan karakter hingga pembentukan SDM yang tersirat dari apa yang dirasakan Mila, benar adanya. Bahkan budaya pun menjadi kunci dalam masyhurnya perpustakaan di DKI Jakarta sebagai pendorong penguatan literasi.

"Budaya anak muda, harusnya budaya membaca, budaya yang dibutuhkan," terangnya.

Staf Khusus Menteri Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Zahrotun Nihayah pun mengamini apa yang disampaikan Mila, siswi SMPN 289 Jakarta itu. Zahrotun menegaskan dalam pendisiplinan anak, utamanya pembentukan karakter tak bisa dilakukan secara tiba-tiba. Pembentukan karakter tak bisa dipaksakan.

"Disiplin itu bukan dipaksakan, memang harus ditanamkan ya. Dan penanaman pendisiplinan atau pembiasaan itu memang harus ada aturan-aturan," kata dia di kantor KemenPPPA, Kamis 8 Mei 2025.

Ia menjelaskan jika pembentukan karakter anak bukan perkara disiplin saja. Tapi kebiasaan, salah satunya kebiasaan membaca.

"Dan wadah yang tepat salah satunya menyediakan tempat membaca, dan kini ada ruang yang kita sebut perpustakaan," sebutnya.

Lebih lanjut, Mila kembali menuturkan, jika dia dan generasi seusianya sangat berharap pada keberadaan perpustakaan di Jakarta. Ia percaya, tak hanya literasi yang akan tumbuh, tapi generasi emas yang akan berdampak pada kebaikan bangsa.

"Karena di sana aku merasa sebagai siswa dapat buku, akhirnya dapat pengetahuan, aku banyak belajar, menjadi orang yang positif. Dan aku yakin sih, orang yang perpustakaan orang yang memiliki wawasan luas dan bisa berdampak baik," tutup Mila.

Baca Juga: Doa Sesudah Adzan dan Artinya, Ketahui Keutamaan Membacanya

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm