3 Teks Khutbah Idul Adha 2025/1446H Resmi dari Kemenag, NU, dan Muhammadiyah

3 Juni 2025 12:00 WIB
3 Teks Khutbah Idul Adha 2025/1446H Resmi dari Kemenag, NU, dan Muhammadiyah
3 Teks Khutbah Idul Adha 2025/1446H Resmi dari Kemenag, NU, dan Muhammadiyah ( Sonora.ID)

Sonora.ID -  Berikut ini simak khutbah Idul Adha 2025/1446H resmi dari Kemenag, NU, dan Muhammadiyah.

Untuk menyambut hari raya Idul Adha, umat islam melaksanakan sholat sunnah dua rakaat atau yang disebut sholat Id.

Meskipun shalat Id hukumnya sunnah atau tidak wajib, akan tetapi sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.

Setelah sholat ID, biasanya umat Islam akan mendengarkan khutbah singkat yang menyentuh hati para Jemaah.

Pada artikel kali ini akan menyajikan contoh teks khutbah Idul Adha 2025 resmi dari Kemena, NU, Muhammadiyah berikut ini:

Contoh 1 Resmi dari Kemenag

Meneladani Spirit Pengorbanan Nabi Ibrahim di Era Generasi Kini

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، واللهِ الحَمدُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَتَمَّ لَنَا شَهْرَ الصِّيَامِ، وَأَعَانَنَا فِيْهِ عَلَى الْقِيَامِ، وَخَتَمَهُ لَنَا بِيَوْمٍ هُوَ مِنْ أَجَلِ الْأَيَّامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، الوَاحِدُ الأَحَدُ، أَهْلُ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ إِلَى جَمِيعِ الْأَنَامِ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ التَّوْقِيرِ وَالْاِحْتِرَامِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Alhamdulillah, segala bentuk pujian kita sanjungkan ke haribaan Allah, karena Allah masih berkenan memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati bulan Dzulhijjah. Bulan ini adalah salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam, bulan yang penuh dengan keberkahan dan kesempatan untuk memperbanyak ibadah. Maka, sudah sepatutnya kita mengisi hari-hari kita dengan berbagai amalan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu cara terbaik untuk mengekspresikan rasa syukur kita atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya adalah dengan memperbanyak kumandang takbir, tahmid, dan tahlil.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Rasa syukur kita itu kemudian kita sempurnakan dengan menyembelih hewan qurban. Qurban adalah bentuk nyata dari pengabdian kita kepada-Nya dan upaya untuk selalu mendekatkan diri dalam setiap aspek kehidupan kita. Dengan mengekspresikan rasa syukur melalui ibadah qurban, kita berharap dapat meraih ridha Allah dan menjalani hidup dengan penuh berkah dan rahmat-Nya.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَخْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِمَا نَفْسًا »

"Dari 'Aisyah, Nabi SAW bersabda, "Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan qurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan qurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berqurban." (HR. Ibnu Majah).

Dari hadits di atas kita menjadi paham bahwa berqurban pada hari Idul Adha merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah. Berqurban bukan hanya tindakan menyembelih hewan, namun sesungguhnya merupakan simbol pengorbanan diri yang tulus kepada Allah, menunjukkan keikhlasan dan niat yang murni. Darah hewan qurban yang diterima oleh Allah sebelum menyentuh bumi menandakan betapa dihargainya ibadah ini dan kedekatan yang tercipta antara hamba dengan Tuhannya. Selain itu, berqurban membersihkan jiwa, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta mengajarkan kepedulian sosial dengan berbagi daging kepada fakir miskin. Hewan qurban yang akan datang pada hari kiamat menjadi bukti betapa pahala yang yang kita terima sungguh berlipat ganda.

Jamaah Idul Adha rahimakumullah

Di Hari Raya Idul Adha, kita memang disunnahkan untuk memotong hewan qurban seperti unta, sapi, kerbau ataupun domba pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzul Hijjah. Lahiriahnya kita menyembelih hewan qurban, namun hakikatnya adalah kita harus menyembelih segala bentuk kecintaan kita pada duniawi yang dapat mengurangi bahkan menghalangi kadar kecintaan kita kepada Allah. Ketika kecintaan duniawi melebihi cinta kepada Allah, membuatnya serakah, menghalalkan segala cara, zalim, dan menindas orang lain. Ibadah qurban melatih diri agar tidak tertawan oleh cinta duniawi. Karenanya bagi kita yang memiliki kemampuan, maka mari kita berqurban karena Allah. Sebab, bukanlah darah dan daging itu yang akan mengundang keridhaan Allah, tetapi hanya ketakwaannya yang dapat mencapainya. Allah SWT berfirman:

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ : كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَلَكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Hajj:37).

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Idul Adha adalah salah satu ritual keagamaan yang kaya akan makna simbolis dan metaforis, dan sepatutnya ditafsirkan dalam konteks nilai-nilai universal Islam. Ada banyak pesan dan pelajaran penting yang bisa dipetik dari perayaan ibadah qurban ini. Salah satunya adalah keberhasilan Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar AS dalam proses mendapatkan, mendidik, dan mengasuh anak mereka, Ismail AS, menjadi generasi yang kuat nan tangguh. Mari hayati sejenak ayat berikut ini:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يُبُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَابَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّبِرِينَ

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; in syaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Hadirin, 

Mari kita kita bahas sedikit, tentang pola asuh yang diterapkan Nabi Ibrahim dalam mendidik putranya. Coba kita perhatikan redaksi:

يُبُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

"Wahai anakku, aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu?"

Nabi Ibrahim telah melibatkan putranya dalam dalam musyawarah untuk memecahkan persoalan yang sangat pelik dan pahit. Padahal Ismail baru berusia 13 tahun. Ini menunjukkan betapa Ibrahim sangat menyadari pentingnya mempersiapkan anaknya untuk menghadapi kenyataan hidup yang tidak selalu mudah. Dengan melibatkan Ismail dalam diskusi mengenai perintah Allah untuk pengorbanan, Ibrahim mengajarkan bahwa hidup penuh dengan tantangan yang memerlukan keberanian, kesabaran, dan keimanan yang kuat.

Anak-anak yang memiliki ruang untuk berpartisipasi dalam diskusi akan terpupuk rasa tanggung jawab, dan membantu mereka mengembangkan keterampilan problem-solving dan ketahanan mental. Dengan komunikasi yang terbuka dan saling percaya antara orang tua dan anak, mereka akan merasa didengarkan dan dihargai pendapatnya, mereka akan lebih percaya diri dan siap menghadapi berbagai situasi sulit. Mereka tidak akan mudah rapuh seperti stroberi, melainkan akan tumbuh menjadi individu yang kuat dan tangguh.

Pola asuh demokratis ala Nabi Ibrahim AS adalah cermin yang bisa kita jadikan ukuran, contoh, dan teladan dalam kehidupan kita. Pola asuh ini sangat relevan dalam menghadapi fenomena "generasi stroberi". Istilah generasi stroberi pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Taiwan, Wu Ru-Jun, pada tahun 2000-an. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang tumbuh dalam kemakmuran dan kondisi yang lebih nyaman dibandingkan generasi sebelumnya, sehingga mereka dianggap lebih rapuh secara mental dan emosional.

Generasi stroberi sering kali terlihat cerdas dan pintar secara lahiriah, namun memiliki kepribadian yang rentan terhadap tekanan, kurang tahan banting, dan mudah merasa kewalahan. Mereka juga cenderung lebih sensitif terhadap kritik dan lebih mengutamakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Kelemahan utama mereka adalah ketidakmampuan untuk menghadapi kesulitan dan tantangan hidup dengan tegar, yang disebabkan oleh pola asuh yang terlalu protektif dan nyaman. Selain itu, mereka sering kali tergantung pada teknologi dan media sosial, yang dapat memperburuk perasaan rentan dan stres.

Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm