Bio Farma Dorong Kolaborasi Global dan Alih Teknologi demi Ketahanan Kesehatan Dunia

9 Juni 2025 11:15 WIB
Dirut Bio Farma Shadiq Akasya (kedua dari kanan) saat menjadi pembicara pada diskusi di WHA Jenewa, Mei lalu.
Dirut Bio Farma Shadiq Akasya (kedua dari kanan) saat menjadi pembicara pada diskusi di WHA Jenewa, Mei lalu. ( Dok. Bio Farma)
 
 
Bandung, Sonora.ID – Dalam forum World Health Assembly (WHA) ke-78 yang berlangsung di Jenewa pada akhir Mei lalu, PT Bio Farma (Persero) menegaskan kembali komitmennya dalam memperkuat ketahanan kesehatan global. 
 
Melalui strategi kolaborasi internasional dan transfer teknologi, produsen vaksin nasional Indonesia ini menyoroti peran pentingnya di panggung kesehatan dunia.
 
Dalam sebuah sesi diskusi tingkat tinggi bertajuk “Driving Health Transformation: Promoting Healthy Lives and Wellbeing for All”, Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, memaparkan kiprah panjang perusahaannya dalam mendukung sistem kesehatan nasional dan kontribusinya secara global.
 
"Bio Farma telah menjadi bagian integral dari sejarah kesehatan publik, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara global," papar Shadiq, dikutip dari siaran pers Bio Farma akhir pekan lalu.
 
Shadiq menekankan bahwa Bio Farma saat ini memproduksi sekitar 75 persen dari total kebutuhan vaksin polio dunia, dan telah mendistribusikan lebih dari dua miliar dosis novel oral polio vaccine type 2 (nOPV2) ke lebih dari 40 negara, bekerja sama dengan UNICEF.
 
Lebih lanjut, Shadiq menjelaskan bahwa keberhasilan Bio Farma tidak terlepas dari kemitraan jangka panjang yang dibangun sejak dekade 1990-an. Salah satu contohnya adalah kerja sama dengan Jepang dalam alih teknologi vaksin polio. 
 
Tak hanya itu, Bio Farma juga menggandeng perusahaan farmasi global MSD untuk produksi vaksin HPV lokal bernama "NUSAGARD", sebagai bagian dari upaya Indonesia mengeliminasi kanker serviks pada 2030 melalui program imunisasi nasional.
 
Lalu selama masa pandemi COVID-19, Bio Farma juga membuktikan kapasitasnya dengan menjadi pusat produksi vaksin di kawasan regional. Perusahaan ini juga menjalin kemitraan dengan Baylor College of Medicine dari Amerika Serikat dalam mengembangkan vaksin COVID-19 berbasis teknologi lokal.
 
Kini, Bio Farma tengah mempersiapkan infrastruktur untuk memproduksi vaksin berbasis teknologi masa depan, termasuk platform vektor virus dan mRNA. Langkah ini sejalan dengan inisiatif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam mendorong transfer teknologi vaksin yang lebih merata ke negara-negara berkembang.
 
“Kami percaya, keberhasilan jangka panjang hanya bisa dicapai melalui kolaborasi yang dilandasi kepercayaan, alih teknologi, dan penguatan kapasitas lokal,” kata Shadiq.
 
“Dari pengalaman yang kami miliki, kami siap menjadi mitra strategis global untuk mewujudkan akses vaksin yang setara—tanpa memandang batas geografis maupun status ekonomi," pungkasnya.
 
Bio Farma berharap, momentum dari pertemuan internasional di Jenewa tersebut dapat membuka jalan bagi kolaborasi yang lebih luas antara pemerintah, organisasi internasional, sektor swasta, hingga lembaga pembangunan. Visi besarnya, menciptakan sistem kesehatan global yang tangguh, adaptif, dan inklusif dalam menghadapi tantangan kesehatan masa depan.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm