flyover Nurtanio Kota Bandung yang tak kunjung usai (
Dok. Diskominfo Bandung)
Bandung, Sonora.ID — Di tengah kemacetan akut yang terus membelenggu Kota Bandung, Wali Kota Muhammad Farhan mengambil langkah proaktif untuk mendorong penyelesaian salah satu simpul krusial mobilitas kota, yaitu proyek jembatan layang (flyover) Nurtanio yang mangkrak bertahun-tahun.
Flyover yang dirancang melintasi kawasan utara Bandung itu dianggap vital untuk mengurai kepadatan lalu lintas. Namun hingga pertengahan 2025, realisasinya justru berhenti di tengah jalan, tanpa kejelasan.
“Ada satu titik di Kota Bandung yang sampai sekarang masih misterius, yaitu jembatan layang di daerah Nurtanio. Itu adalah proyek dari pemerintah pusat,” kata Farhan, saat kunjungan kerja di kawasan Jalan Riau Kota Bandung, awal pekan lalu.
Farhan mengaku akan melakukan pendekatan langsung dengan pemerintah pusat. Ia dijadwalkan bertolak ke Jakarta pada Kamis (19/6/2025) untuk menghadap instansi terkait. Tujuannya mendesak kejelasan nasib proyek flyover tersebut.
“Izinkan saya nanti hari Kamis akan menghadap pemerintah pusat untuk menanyakan, apakah akan diselesaikan atau tidak. Kalau mau diselesaikan, kapan?” tegas Farhan.
Langkah ini, menurutnya, adalah bentuk tanggung jawab Pemerintah Kota Bandung untuk menjawab keresahan publik. Ia menyadari masyarakat sudah jenuh dengan janji-janji pembangunan yang tak kunjung diwujudkan.
“Masyarakat tidak peduli itu tanggung jawab siapa, yang penting jalan itu bisa dipakai. Maka saya tidak akan berkelit bahwa ini proyek pusat. Sebagai wali kota, saya akan datang langsung bertanya,” tegasnya.
Lebih jauh, Farhan menggarisbawahi bahwa kemacetan bukan semata soal jumlah kendaraan pribadi, tetapi juga kegagalan dalam pembangunan infrastruktur pendukung.
Saat ini, jumlah kendaraan di Kota Bandung tercatat hampir 5,5 juta unit, sementara jumlah penduduk hanya sekitar 2,6 juta jiwa. Ketimpangan itu menjadi potret ketidakmampuan kota untuk menyediakan moda transportasi publik dan infrastruktur mobilitas yang memadai.
Label “kota termacet sedunia” yang pernah disematkan kepada Bandung, menurutnya, harus menjadi cambuk.
“Kita ini dicap sebagai kota paling macet sedunia. Maka kita harus tanya, kenapa? Salah satunya ya karena proyek seperti flyover Nurtanio ini belum selesai-selesai,” jelasnya.
Farhan menilai, perlu ada sinergi lintas sektor antara pemerintah kota dan pusat. Komunikasi intensif, katanya, menjadi kunci agar proyek strategis seperti flyover Nurtanio tidak terperangkap dalam jebakan birokrasi panjang.
“Kami ingin agar Bandung tidak hanya jadi sorotan karena masalahnya, tapi juga karena solusinya. Dan solusi itu harus dirintis dari komunikasi yang konkret,” kata Farhan.
Dari sisi perencanaan tata kota, flyover Nurtanio bukan sekadar jalur lintas, tetapi menjadi elemen penting dalam membentuk konektivitas kawasan utara ke pusat kota. Jika proyek ini dibiarkan tertunda, maka tekanan terhadap jalan-jalan eksisting seperti Jalan Pajajaran, Abdulrahman Saleh, dan sekitarnya akan semakin memburuk.
Warga pun menaruh harapan besar agar pembangunan ini segera direalisasikan. Mereka berharap, kunjungan Wali Kota ke Jakarta bukan sekadar seremoni, tapi membuahkan hasil nyata.
Farhan pun memastikan, dirinya akan membawa data, urgensi, dan suara masyarakat dalam pertemuan tersebut.
“Kami ingin Bandung tidak lagi dikenal karena macetnya, tapi karena kemajuannya. Dan itu harus dimulai dari menyelesaikan pekerjaan yang tertunda,” pungkasnya.