Sonora.ID - Pengamat ekonomi Indonesia Aviliani menilai Indonesia masih mengalami ketergantungan ekspor maupun impor cukup tinggi, khususnya kepada China.
“Kalo kita lihat itu sudah era lama namanya Global value chain dan Indonesia masih mengalami ketergantungan sangat tinggi," tutur pengamat ekonomi Indonesia, Aviliani.
"Kalo kita lihat ketergantungan kepada China itu luar biasa besar baik import maupun eksport “ hal tersebut disampaikan Aviliani saat wawancara denga Radio Smartfm (25/4/2020).
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Secara Tidak Langsung Mendorong Percepatan Digitalisasi E-commerce, Kok Bisa?
Jika dibandingkan Negara lain di Asia Tenggara, angka indeks partisipasi Indonesia masih terbilang rendah.
World Trade Organisation (WTO) mencatat pada tahun 2017 Indeks Partisipasi Indonesia adalah 43,5, berada di bawah Malaysia (60,8) dan Thailand (54,3).
Bahkan dalam Laporan Global Value Chain Development Report 2019 yang dirilis oleh WTO, dikemukakan bahwa Indeks Partisipasi Indonesia baik forward maupun backward mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007.
Baca Juga: Dampak Covid-19, Sektor Ekonomi UMKM Lumpuh, Ini Kata Pengamat
Selain itu Aviliani mengatakan, ketergantungan itu terlihat dari menurunnya kondisi ekonomi Indonesia yang cukup drastis.
Salah satunya di sektor ekspor dan impor di tengah wabah pandemi virus corona baru atau covid-19.
Selain itu, menurutnya, Indonesia belum banyak memiliki relasi kepada negara lain terutama pada supply chain atau rantai pasokan, sebab supply chain Indonesia masih bergantung kepada negeri tirai bambu itu.
“Supply chain Indonesia masih bergantung kepada China ya. Sehingga ketika China mengalami masalah pada Industrinya, maka industri Indonesia juga ikut mengalami problem” ujar Aviliani.
Baca Juga: Daya Tarik dan Segarnya Wangi Keuntungan dari Usaha Laundry Kiloan