Ing Ngarso Sung Tulodho! Merenungi Kembali Gaya Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara

9 Januari 2024 17:32 WIB
Ki Hajar Dewantara diabadikan 11 Mareti 1959, sebulan sebelum meninggal.  Arsip Kompas
Ki Hajar Dewantara diabadikan 11 Mareti 1959, sebulan sebelum meninggal. Arsip Kompas ( Kompas, 2-5-1985, 1)

“Ing madyo” berarti di tengah, “Mangun” berarti membangun, membangkitkan, atau menggugah, dan “Karso” berarti niat, kehendak, daya.

Atau jika disatukan menjadi satu kalimat berarti “di tengah membangkitkan niat,” atau dalam kata lain mendorong motivasi.

3. Tut Wuri Handayani

“Tut wuri” berarti dari belakang , dan “Handayani” berarti mendorong. Atau jika disatukan menjadi satu kalimat berarti “dari belakang memberi dorongan.” Kini kalimat ini juga diangkat menjadi slogan Kementerian Pendidikan Indonesia.

Trilogi Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara

Pada mulanya filosofi ini ditujukan kepada para pendidik agar bisa menginspirasi, memberikan suriteladan dan dapat membangkitkan motivasi siswanya.

Namun, semboyan yang diciptakan Ki Hadjar Dewantara ini bisa diartikan dalam konteks yang luas termasuk dalam hal kepemimpinan.

Trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara ini memuat fungsi-fungsi ideal pemimpin untuk memandu, menuntun, membimbing, mengayomi, memotivasi, membangkitkan semangat orang-orang yang dipimpinnya, juga rasa penuh tanggung jawab.

Ini juga berarti pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa mengerti kondisi dan memposisikan dirinya di dengan baik. Memimpin dari depan, tengah, dan belakang.

Filosofi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara lebih dominan mengadopsi unsur supporting behavior dibanding directive behavior.

Dinamika kepemimpinan adalah hubungan multifaset yang secara signifikan berdampak pada kinerja dan tingkat kepuasan dalam tim atau organisasi.

Jika seorang pemimpin menerapkan filosofi trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara dengan sungguh-sungguh, maka seorang pemimpin harus memperhatikan perkembangan anggotanya pula.

Selain menjadi contoh bagi anggotanya, peran pemimpin bukan untuk memecahkan setiap masalah yang ada, tetapi untuk membimbing dan memberdayakan orang lain untuk mengatasi tantangan.

Keterlibatan berlebih pemimpin justru dapat menumbuhkan ketergantungan, yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan anggota.

Menjadi pemimpin yang ing ngarso sung tulodho berarti tidak hanya tidak hanya beretorika atau mengomandoi saja, tetapi juga harus memberikan contoh yang baik.

Jika mengilhami trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara secara utuh, pemimpin juga harus memberi ruang dan mendorong kemandirian anggota tim.

Penulis: Khizbulloh Huda

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Baca Juga: Filosofi Ki Hadjar Dewantara Menginspirasi Guru Penggerak di Makassar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm