Find Us On Social Media :
Ilustrasi doa menghilangkan pikiran kotor dan terhindar dari maksiat. (Pixabay/Pexels)

3 Kumpulan Doa Menghilangkan Pikiran Kotor dan Terhindar dari Maksiat

Nisa Hayyu Rahmia - Rabu, 17 Agustus 2022 | 16:40 WIB

Sonora.ID - Pikiran yang kotor akan menyenangkan setan dan menuntun manusia ke arah maksiat yang dilaknat Allah SWT. Naudzubillah mindzalik.

Untuk ikut, Anda dapat memberi tameng pada diri sendiri dengan doa menghilangkan pikiran kotor agar terhindar dari maksiat.

Marilah kita selaku umat-Nya senantiasa meningkatkan takwa dengan berusaha melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Baca Juga: Sampai Nangis Darah Doa Tak Terkabul, Ternyata Ada Orang Berdoa Tapi Sangat Dibenci Allah SWT! Nauzubillah

Doa menghilangkan pikiran kotor

Dirangkum dari NU Online, inilah kumpulan doa menghilangkan pikiran kotor dan terhindar dari maksiat.

1. Doa terhindar dari maksiat

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ التَوْبَةَ وَدَوَامَهَا وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ المَعْصِيَةِ وَأَسْبَابِهَا وَذَكِّرْنَا بِالخَوْفِ مِنْكَ قَبْلَ هُجُومِ خَطَرَاتِهَا، وَاحْمِلْهُ عَلَى النَّجَاةِ مِنْهَا وَمِنْ التَّفَكُّرِ فِي طَرَائِقِهَا وَامْحُ مِنْ قُلُوبِنَا حَلَاوَةَ مَا اجْتَبَيْنَاهُ مِنْهَا، وَاسْتَبْدِلْهَا بِالكَرَاهَةِ لَهَا وَالطَّمَعِ لِمَا هُوَ بِضِدِّهَا 

Allāhumma innā nas’alukat taubata wa dawāmahā, wa na‘ūdzu bika minal ma‘shiyati wa asbābihā, wa dzakkirnā bil khaufi mina qabla hujūmi khatharātihā, wahmilhu alān najāti minhā wa minat tafakkuri fī tharā’iqihā, wamhu min qulūinā halāwata majtabaināhu minhā, wastabdilhā bil karāhati lahā wat thama‘I li mā huwa bi dhiddihā.

Artinya:
“Ya Allah, kepada-Mu kami meminta pertobatan dan kelanggengannya. Kepada-Mu, kami berlindung dari maksiat dan sebab-sebabnya. Ingatkan kami agar takut kepada-Mu sebelum datang bahaya maksiat. Bawakan ketakutan itu untuk menyelamatkan kami dari maksiat dan dari pikiran di jalanan maksiat. Hapuskan kelezatan maksiat yang kami pilih dari hati kami. Gantikan kenikmatan itu dengan rasa tidak suka dan keinginan terhadap lawanan maksiat,” (Lihat Perukunan Melayu, ikhtisar dari karya Syekh M Arsyad Banjar, [Jakarta, Al-Aidarus: tanpa tahun], halaman 100).