Find Us On Social Media :
Ilustrasi dongeng sunda (unsplash.com)

6 Dongeng Sunda dengan Pesan Moralnya, Memiliki Makna yang Dalam!

Gema Buana Dwi Saputra - Rabu, 26 Oktober 2022 | 14:40 WIB

Sonora.ID - Indonesia yang terdiri dari 37 provinsi memiliki banyak sekali ragam cerita rakyat yang berkembang dari satu mulut ke masyarakat lain.

Cerita rakyat ini pada akhirnya menjadi sebuah dongeng yang memiliki banyak sekali pesan moral dan makna yang dalam di setiap ceritanya.

Salah satu yang cerita rakyat yang menarik perhatian masyarakat Indonesia secara luas adalah dongeng Sunda yang kaya akan nilai dan moral.

Berikut Sonora ID bagikan 6 dongeng Sunda dengan pesan moralnya yang sudah dirangkum dari berbagai sumber; setiap cerita memiliki makna yang dalam!

1. Lutung Kasarung

Diceritakan bahwa ada sebuah kerajaan di Jawa Barat, hiduplah seorang raja yang bernama Prabu Tapa Agung. Ia mempunyai dua orang putri yang bernama Purbararang dan Purbasari. Kedua putri mempunyai paras yang cantik.

Baca Juga: 11 Cerita Dongeng Pendek Penuh Nasihat dan Pesan Moral untuk Anak

Meskipun kedua putri itu sangat cantik, tetapi mereka mempunyai sifat yang saling bertolak belakang. Purbararang memiliki sifat iri dan serakah, sedangkan Purbasari memiliki sifat pemaaf dan bijaksana.

Sang raja Prabu Tapa Agung sudah waktunya untuk turun tahta dan memilih Purbasari untuk menggantikan posisinya. Namun, sang kakak tidak suka dengan keputusan yang dilakukan ayahnya.

Purbararang kecewa dan sangat iri, hingga ia kehilangan akal sehatnya. Purbararang berencana untuk mencelakai adiknya, Purbasari agar tidak dapat menduduki tahta kerajaan. Pada saat itu juga, Purbararang pergi ke nenek sihir untuk mencelakai adiknya dengan ilmu sihir.

Keesokan harinya, tubuh Purbasari sudah dipenuhi dengan totol hitam. Ia sama sekali tidak mengetahui mengapa kulitnya tiba-tiba berubah, “Apa yang terjadi padaku? Kenapa kulitku seperti ini” ungkap Purbasari panik.

Ketika melihat tubuh adiknya dipenuhi dengan totol hitam, kemudian Purbararang menghasut ayahnya agar Purbasari tidak menduduki tahta raja. “Ayahanda, Purbasari pasti terkena kutukan. Bagaimana mungkin ada orang yang terkena kutukan seperti dia bisa menjadi seorang ratu,” hasut Purbararang.

Setelah Purbararang berkata seperti itu, sang ayah tidak bisa berbuat apa-apa. Kemudian Purbararang mengutus seorang patih untuk mengasingkan Purbasari ke tempat yang sangat jauh. Purbasari pun tanpa melakukan perlawanan diasingkan dari kerajaannya.

Purbasari harus berkelana dan tinggal di dalam hutan belantara karena ia tidak mempunyai tempat tinggal. Setelah berhari-hari tinggal di hutan membuat ia terbiasa dengan suara-suara binatang buas dan keadaan hutan yang berhawa dingin.

Hingga pada suatu waktu, ia bertemu dengan seekor kera berbulu hitam yang selalu baik kepadanya. Kera itu suka memetik buah dan memberikannya kepada Purbasari. Selain memberikan buah-buahan, sang kera juga suka memberikan beberapa tangkai bunga. Kera hitam itu bernama Lutung Kasarung.

Suatu hari, saat malam bulan purnama, Purbasari melihat Lutung Kasarung pergi ke tempat yang sepi untuk bertapa. Purbasari beranggapan bahwa Lutung Kasarung bukanlah kera biasa. Selain itu, Purbasari juga merasa bingung apa yang diminta oleh Lutung Kasarung kepada Dewata.

Keesokan harinya, Lutung Kasarung mengajak Purbasari untuk pergi ke sebuah telaga yang beraroma harum. Setelah Purbasari mandi di telaga itu, Lutung Kasarung sangat merasa gembira sehingga membuat Purbasari bingung.

Suatu hal ajaib pun terjadi, totol-totol yang ada di tubuh Purbasari tiba-tiba saja menghilang dan kecantikannya kembali terlihat. Purbasari terlihat sangat bahagia. Purbasari berkata, “Lutung, lihatlah! Kulit tubuhku sudah kembali seperti semula. Aku sudah bebas dari kutukan. Ini semua karena dirimu yang sudah menemukan telaga ini. Terima kasih Dewata Agung. Terima kasih, Lutung.”

Suatu ketika, sang kakak, Purbararang pergi untuk menemui adiknya yang sudah lama tinggal di hutan. Purbararang sangat terkejut melihat perubahan yang terjadi pada tubuh adiknya. Semua totol-totol hitamnya sudah hilang.

Setelah bertemu dengan sang kakak, Purbasari berkata “aku sudah bisa kembali ke istana?” Dengan tegas, Purbararang menjawab “tidak”. “Jika kamu ingin kembali ke istana harus melewati beberapa syarat yang aku berikan,” ujar Purbararang.