Find Us On Social Media :
Limbah Pakaian yang Mempengaruhi Lingkungan, Para Desainer Gaungkan Sustainable Fashion (Kompas.com)

Limbah Pakaian yang Mempengaruhi Lingkungan, Para Desainer Gaungkan Sustainable Fashion

Ronaldo Harland - Jumat, 18 November 2022 | 15:10 WIB

Sonora.ID - Dengan berkembangnya zaman, industri fesyen yang ada di dunia juga datang dengan sejumlah konsekuensinya. Di mana, saat ini industri fesyen juga dinilai sebagai salah satu yang menyebabkan polusi terbesar, baik kepada lingkungan ataupun manusia.

Selain membutuhkan energi yang banyak dalam produksinya, kebutuhan air dalam memproduksi suatu pakaian juga cukup boros. Contohnya, satu celana jeans membutuhkan sekitar 10.000 liter air dalam seluruh proses produksinya.

Ada pun estimasi air yang telah dihabiskan dalam industri fesyen yang ada di dunia setiap tahunnya sudah diperkirakan mencapai sekitar 93 miliar kubik meter air yang digunakan. Selain itu, terdapat juga dampak negatif lainnya, seperti pencemaran hulu air, toxin atau bahan kimia, emisi karbon, serta bahaya kesehatan bagi para pekerja pabrik atau pembuat pakaian.

Hal ini pun juga tak lepas dari semakin banyak brand, komunitas, serta masyarakat yang sudah mulai sadar akan dampak negatif dari industri fesyen dan mereka beralih ke sustainable fashion.

Konsep pakaian ramah lingkungan yang disebut sustainable fashion ini tidak hanya menjadi sekedar tren saja. Namun, demi menciptakan busana yang lebih ramah lingkungan, sekarang konsep dari sustainable fashion juga turut berubah menjadi sebuah gaya hidup baru di komunitas atau kalangan anak muda.

Baca Juga: Kesal Pakaian Luntur dan Memudar, Segera Lakukan ini

Saat ini, terdapat sejumlah komunitas sustainable fashion yang tidak hanya diisi oleh para aktivis muda yang penuh fesyen dan gaya, tapi juga fokus dalam kelestarian lingkungan. Seperti, salah satunya adalah Isabella Indrasasana yang juga seorang desainer muda, serta founder Slow Move Bazaar dan YSA Studios, juga mengungkapkan sustainable fashion bisa mengurangi dampak buruk limbah pakaian di lingkungan.

Menurut Isabella, limbah-limbah ini tidak hanya bisa menguras sumber daya pada proses produksinya. Namun, juga penggunaan bahan kimia yang bisa mencemari lingkungan. Akibat hal ini pula, Isabella juga ingin memberikan solusi, serta pencegahan atas dampak limbah ini dengan memperkenalkan gaya hidup berkelanjutan atau disebut sebagai Slow Movement yang menjadi bagian dari sebuah penerapan gaya hidup alternatif dan ramah lingkungan.

Dan bulan lalu, SlowMoveBazaar juga telah dibuka dan memberikan sebuah kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan komunitas fesyen dan mode yang ramah lingkungan di ibu kota, Jakarta.

Dengan adanya bazaar ini diharapkan juga bisa menjadi wadah bagi Indonesia dalam menumbuhkan, serta mengembangkan gaya hidup yang lebih lambat dengan meningkatkan kekuatan dari segi komunitas, yang memiliki tujuan untuk menyebarkan gaya hidup sustainable fashion dan mengembangkan potensi dari jenama lokal pada menerapkan konsep industri mode yang berkelanjutan.