Find Us On Social Media :
Ilustrasi teks khutbah jumat yang membuat jamaahnya menangis (unsplash.com)

4 Teks Khutbah Jumat yang Membuat Jamaahnya Menangis, Penuh Makna untuk Muhasabah Diri

Gema Buana Dwi Saputra - Selasa, 29 November 2022 | 12:20 WIB

Sonora.ID - Hari Jumat merupakan hari penuh berkah dalam Islam, terutama bagi kaum laki-laki yang wajib melaksanakan Shalat Jumat secara jamaah.

Ketika mengikuti shalat wajib ini, khutbah akan disampaikan oleh Imam yang menjadi pemimpin dalam pelaksanaan Shalat Jumat.

Khutbah sendiri wajib untuk disampaikan dan terkandung banyak makna berarti bagi para jamaah untuk melakukan muhasabah diri.

Melansir dari berbagai sumber, berikut adalah Teks Khutbah Jumat yang Membuat Jamaahnya Menangis; penuh makna untuk muhasabah diri para jamaah.

1. 4 Hal yang Dipertimbangkan dalam Akhirat

Baca Juga: Contoh Ceramah Singkat Tentang Sholat yang Menggetarkan Sanubari

Assalamualaikum Wr. Wb.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang berbahagia ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk tidak pernah berhenti berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan terus melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh perkara haram.

Saudara-saudaraku seiman rahimakumullah,

Dalam kesempatan khutbah kali ini, khatib akan mengajak kita semua untuk bermuhasabah dan merenungkan sabda Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang 4 (empat) perkara yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat sebagai berikut : 

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِي

Artinya: “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga dia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah dia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah dia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah dia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).

Jamaah Salat Jumat rahimakumullah,

Di antara empat perkara yang dipertanggungjawabkan di akhirat, pertama pada hari  kiamat kelak adalah umur kita. Sejak kita menginjak usia baligh, seluruh apa yang kita yakini, kita ucapkan dan kita perbuat, akan kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat. Jika kita telah melakukan seluruh kewajiban dan menjauhkan diri kita dari semua yang diharamkan, maka kita akan selamat dan bahagia. Sebaliknya, jika tidak, maka kita akan binasa dan merana.

Jamaah Salat Jumat rahimakumullah,

Kedua, kita akan ditanya mengenai jasad kita. Jika seluruh anggota badan kita selama hidup di dunia, kita gunakan untuk berbuat taat kepada Allah, maka kita akan senang dan beruntung. Sebaliknya, jika kita menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah, maka kita akan merugi dan buntung. Setiap anggota badan kita berpotensi melakukan dosa dan maksiat. Karenanya, wajib bagi kita untuk menjaga hati, mata, hidung, telinga, lisan, tangan, perut, kelamin, kaki dan seluruh anggota badan kita dari setiap perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan syariat Allah ta’ala.

Lalu yang ketiga, kita akan ditanya mengenai ilmu kita. Kita akan ditanya, apakah kita telah mempelajari bagian ilmu agama yang fardhu ain untuk kita pelajari atau tidak. Dan jika kita telah mempelajarinya, apakah sudah kita amalkan ataukah tidak. Ilmu agama yang hukum mempelajarinya fardhu ain adalah seperti dasar-dasar ilmu aqidah, hukum-hukum dasar terkait bersuci, shalat, zakat bagi yang mampu, puasa, kewajiban hati, maksiat-maksiat anggota badan dan lain sebagainya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

وَيْلٌ لِمَنْ لَا يَعْلَمُ، وَوَيْلٌ لِمَنْ عَلِمَ ثُمَّ لَا يَعْمَلُ (رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ فِي الْحِلْيَةِ)

Maknanya: “Sungguh sangat celaka orang yang tidak belajar (ilmu agama yang fardlu ain), dan sungguh sangat celaka orang yang mempelajarinya tapi tidak mengamalkannya.” (HR Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’).