Find Us On Social Media :
Satu Abad Observatorium Bosscha ITB ()

Satu Abad Observatorium Bosscha ITB

Indra Gunawan - Senin, 30 Januari 2023 | 21:35 WIB

Lembang, Sonora.ID - Tepat berusia satu abad Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Senin (30/1/2023).
 
Observatorium Bosscha dimulai pada tahun 1920 pada pembentukan Nederlands Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) yang diprakarsai dan dipimpin oleh K. A. R. Bosscha untuk menghimpun sumber daya, pemikiran, dan persiapan untuk mendirikan fasilitas pengamatan astronomi. 
 
Lalu pada 1 Januari 1923, Observatorium Bosscha diresmikan dan menjadi perintis astronomi modern di Asia Tenggara dengan mengambil astrofisika bintang sebagai topik riset utama, dengan dorongan terobosan sains fisika dunia pada awal abad ke-20. 
 
Teleskop refraktor ganda Zeiss dihadiahkan oleh K.A.R. Bosscha kepada Observatorium Bosscha pada tahun 1928, yang menjadikan observatorium ini terbesar ketiga dan termodern di bumi bagian Selatan pada era itu.
 
Baca Juga: Aplikasi Internet of Things Buatan Alumni Fisika ITB, Dapat Pantau Bobot dan Suhu Hewan Kurban Secara Realtime

Pada acara Peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha, Senin (30/1/2023), Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengemukakan bahwa sebagai institusi pendidikan dan penelitian di bidang astronomi, Observatorium Bosscha ITB telah berkontribusi pada pengembangan astronomi dan sains di Indonesia bahkan dunia. 

"Tempat ini sangat istimewa karena berada di daerah ekuator yang bisa melihat belahan langit utara (northern hemisphere) maupun belahan langit selatan (southern hemisphere)," kata Ridwan Kamil.
 
"Untuk itu, observatorium ini harus dilindungi dari segala macam gangguan termasuk polusi cahaya yang dapat mengurangi akurasi alat pengamatan," tutur Ridwan Kamil
 
Lebih lanjut Ridwan Kamil menegaskan, oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB), Observatorium Bosscha telah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya. 
 
"Pemprov Jabar akan menguatkan dan memperluasnya menjadi kawasan cagar budaya agar lebih terlindungi," tegasnya.
 
"Sedang persiapandalam proses untuk menjadi (kawasan) cagar budaya supaya nanti kawasan ini bisa dilestarikan," imbuhnya.
 
Baca Juga: Kisruh Dosen dengan Rektor ITB, Ada Kesepakatan Agar Perkuliahan Berjalan Normal

Untuk diketahui, setelah upaya restorasi kondisi fasilitas dan pengelolaan yang terbengkalai selama Perang Dunia Kedua pada tahun 1951, Observatorium Bosscha diserahkan oleh NISV ke Republik Indonesia melalui FIPIA Universitas Indonesia yang kemudian menjadi FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB). 

Ini sekaligus menjadi saat dimulainya pendidikan tinggi astronomi di Indonesia, dimana penguatan sumber daya manusia, perluasan kerja sama, pengembangan fasilitas, menghasilkan diversifikasi penelitian yang kemudian mencakup astrofisika bintang, Tata Surya, dan Galaksi Bima Sakti.
 
Sebagai bagian dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Observatorium Bosscha menjalankan amanah Tridharma Perguruan Tinggi dengan lingkup (1) Pengamatan: Bulan, Matahari, Tata Surya, Bintang, dan Galaksi Bima Sakti; (2) Komputasional dan teoretik, plus ekstragalaksi dan kosmologi; dan (3) Pengembangan instrumentasi pengamatan dan IT: remote robotic telescope, monitor cuaca, optik, elektromekanik, dan pendukung instrumentasi pengamatan. 
 
Baca Juga: Aplikasi MySkill Buatan Alumni ITB Raih Pendanaan East Venture