Sepak Terjang Menkes Terawan, Dokter ‘Cuci Otak’ yang Kontroversial

23 Oktober 2019 11:16 WIB
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putrnato.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putrnato. ( Tribunnews.com)

Sonora.ID - Nama dokter Terawan Agus Putranto menarik perhatian masyarakat Indonesia terkait dipilihnya dia sebagai Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Maju.

Baru-baru ini nama Terawan pun hangat diperbincangkan karena mendiagnosis penyanyi Ashanty mengidap autoimun.

Dikutip dari Kompas.com, dokter tentara kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964 ini juga sempat menjadi pusat perhatian setelah mengenalkan terapi cuci otak atau brain wash untuk penderita stroke.

Sebelumnya ia menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Mayjen.

Baca Juga: Mengenal Bahlil Lahadalia, Kepala BKPM yang Pernah Jadi Supir Angkot dan Kernet Bus

Lulusan UGM

Dokter Terawan menyelesaikan studi kedokteran di Universitas Gadjah Mada saat umurnya 26 tahun.

Setelah itu, ia pun kemudian melanjutkan pendidikan spesialis di Departemen Spesialis Radiologi Universitas Airlangga Surabaya.

Kemudian pada tahu 2006, ia mengambil program doctor di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.

Terawan mulai menjadi dokter tentara pada 1990 dan ditugaskan di berbagai wilayah, hingga akhirnya menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta sejak 2015.

Baca Juga: Mengenal Sosok Gista Putri, Istri Menteri Pariwisata Wishnutama

Terapi Cuci Otak

Ten sempat menarik perhatian public dengan idenya menggunakan terapi cuci otak untuk menyembuhkan penyakit stroke.

Menurutnya, terapi brain wash atau cuci otak dapat memberikan hasil yang bagus kepada pasien.

Melansir dari TribunJateng, Dokter Terawan menjelaskan metode 'cuci otak' itu secara ringkas sebenarnya adalah memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah melalui pangkal paha penderita stroke. Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah terdapat penyumbatan pembuluh darah di area otak.

Baca Juga: Profil Wishnutama, Menteri Pariwisata Baru Kabinet Indonesia Maju

Penyumbatan tersebut dapat mengakibatkan aliran darah ke otak bisa macet dan dapat menyebabkan saraf tubuh tidak bisa bekerja dengan baik. Kondisi inilah yang terjadi pada penderita stroke.

Di lain sisi, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut metode Digital Substraction Angogram (DSA) atau cuci otak untuk pengobatan stroke belum teruji secara klinis.

Diketahui, metode dan teknik pengobatan yang diterapkan Terawan telah teruji secara akademis ketika ia memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran.

Dilansir dari laman warta kota, Terawan mengaku sudah menerapkan metode cuci otak untuk mengatasi masalah stroke sejak tahun 2005.

Baca Juga: Penuhi Panggilan Jokowi, Budi Karya dan Moeldoko Merapat ke Istana

PenulisKumairoh
EditorKumairoh
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm