Angka DO KB Jatim Naik Hampir 9 Persen Selama Pandemi, Teguh: Masih di Bawah Toleransi

26 Agustus 2020 18:45 WIB
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Sukaryo Teguh Santoso saat acara peresmian Press Room di Kantor Perwakilan BKKBN Jatim, Jl. Airlangga No. 31-33 Surabaya, Rabu (26/08/2020).
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Sukaryo Teguh Santoso saat acara peresmian Press Room di Kantor Perwakilan BKKBN Jatim, Jl. Airlangga No. 31-33 Surabaya, Rabu (26/08/2020). ( Sonora/Budi Santoso)

Surabaya, Sonora.ID - Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur, Sukaryo Teguh Santoso mengatakan bahwa selama pandemi Covid-19 ini, angka drop-out (DO) Keluarga Berencana (KB) naik hampir 9 persen.

Hal ini disampaikan ditengah acara Press Conference "Launching Press Room"  di Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Jl. Airlangga No. 31-33 Surabaya, Rabu (26/08/2020).

Namun demikian, ia mengatakan bahwa tren kenaikan angka DO peserta KB aktif atau akseptor yang menghentikan kontrasepsi ini masih dibawah toleransi. Tercatat saat Februari 2020 prosentase DO pada posisi 1,13 persen kemudian naik hampir 9 persen.

"Selama pendemi ini drop out itu naik. Angka DO KB naik meskipun masih dibawah toleransi. Tapi trennyakan naik dari 1,13 persen pada Pebruari. Sekarang sudah mendekati angka 9 persen," kata Teguh.

Baca Juga: Kampung Baiman Jadi Keberhasilan Pembangunan di Tengah Pandemi

Tren kenaikan angka DO juga berdampak pada kenaikan angka kehamilan atau total fertility rate (TFR).

Angka kehamilan yang terdampak tentunya berpengaruh pada kondisi bayi yang akan atau dilahirkan.

"Nah DO naik ini diikuti dengan angka kehamilan. Prevalensi kehamilan juga mengalami kenaikan. Masalahnya adalah bukan berarti nggak boleh hamil, wong hamil itu hak asasi. Meskipun punya anak itu bukan, nggak wajib bagi setiap keluarga, yang wajib adalah memelihara anak dengan baik dan tidak menjadi beban orang lain. Kehamilan yang dikhawatirkan adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Karena nanti kaitnnya dengan SDM. Kalau bayi-bayi yang dilahirkan atau akan lahir ini tidak terpenuhi gizi, pola asuh, kedekatan orang tuanya, bisa lahir stunting. Sekarang ini persoalan stunting menjadi 'momok' ditengah kita ingin membangun SDM dan keluarga," imbuhnya.

Baca Juga: Sudah Pakai KB Tapi Kok Masih Bisa Hamil? Dr. Boyke: Ada Faktor Kegagalan

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm