Bukan Lagi Pandemi, Ilmuan Tetapkan Covid-19 Sebagai Sindemi, Apa Maksudnya?

13 November 2020 09:25 WIB
Bukan Lagi Pandemi, Ilmuan Tetapkan Covid-19 Sebagai Sindemi, Apa Maksudnya?
Bukan Lagi Pandemi, Ilmuan Tetapkan Covid-19 Sebagai Sindemi, Apa Maksudnya? ( freepict.com)

Sonora.ID - Virus corona muncul pertama kali pada awal Desember 2019 di Wuhan, China. Virus ini kemudian menyebar dengan cepat diberbagai negara.

Virus corona kemudian dengan cepat menginfeksi sebagian manusia diberbagai belahan dunia. Lantaran virus ini memiliki kemampuan menyebar dengan cekpat maka para ilmuan memutuskan virus ini sebagai pandemi (wabah) dunia.

Namun, nampaknya seiring dengan perkembangan waktu ilmuan menilai bahwa saat ini virus covid-19 tidak lagi merupakan pandemi.

Ilmuan yang mempelajari perkembangan covid-19 kemudian memutuskan bahwa virus Corona atau Covid-19 bukan lagi menjadi sebuah pandemi, namun sindemi.

Baca Juga: Masih Zona Merah Covid-19, Kemendikbud Izinkan Bekasi Simulasi KBM Tatap Muka

Sindemi adalah akronim yang berasal dari kata sinergi dan pandemi. Artinya, penyakit seperti Covid-19 tidak boleh berdiri sendiri.

Di satu sisi ada virus SARS-CoV-2, yaitu virus penyebab Covid-19 dan disi lain ada serangkaian penyakit yang sudah diidap oleh seseorang. Kedua elemen ini saling berinteraksi dalam konteks ketimpangan sosial yang mendalam.

Sindemi bukanlah istilah baru dan telah muncul sekitar tahun 1990-an yang diciptakan oleh antropolog medis asal Amerika Serikat, Merill Singer.

Baca Juga: Kunjungi Simalungun Mensos Sapa Puluhan Pesantren dan LKS dengan Bansos Senilai Rp1,3 Miliar

Istilah ini dicetuskannya untuk menyebut kondisi ketika dua penyakit atau lebih berinteraksi sedemikian rupa, sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar ketimbang dampak dari masing-masing penyakit tersebut.

"Dampak dari interaksi ini juga difasilitasi oleh kondisi sosial dan lingkungan yang entah bagaimana dapat menyatukan kedua penyakit atau membuat populasi menjadi lebih rentan terhadap dampaknya," jelas Singer.

Kesimpulannya, dalam beberapa kasus, kombinasi penyakit dan covid-19 akan memperkuat dampak dan kerusakan yang dialami orang itu.

"Kami melihat bagaimana Covid-19 berinteraksi dengan berbagai kondisi yang sudah ada sebelumnya, diabetes, kanker, masalah jantung dan banyak faktor lain," kata Singer.

Istilah ini dicetuskannya untuk menyebut kondisi ketika dua penyakit atau lebih berinteraksi sedemikian rupa, sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar ketimbang dampak dari masing-masing penyakit tersebut.

"Dampak dari interaksi ini juga difasilitasi oleh kondisi sosial dan lingkungan yang entah bagaimana dapat menyatukan kedua penyakit atau membuat populasi menjadi lebih rentan terhadap dampaknya," jelas Singer.

Baca Juga: Kemensos RI : Berjuang Bersama Hadapi Covid-19

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm