Kelewat Canggih! China Ciptakan Matahari Buatan yang Panasnya 10 Kali Lipat dari Inti Matahari

9 Desember 2020 14:20 WIB
Matahari buatan China
Matahari buatan China ( twitter@xwcd2015)

Sonora.ID - China baru saja mengumumkan jika mereka berhasil menyalakan reaktor fusi nuklir yang disebut sebagai 'matahari buatan'.

Hal tersebut mereka umumkan oleh media pemerintah pada Jumat (4/12/2020) seperti yang dilansir AFP.

Pengoperasian fusi nuklir yang pertama kalinya itu menandai kemajuan besar dalam kemampuan penelitian tenaga nuklir China.

Diketahui, reaktor bernama HL-2M Tokamak itu merupakan perangkat penelitian eksperimental fusi nuklir terbesar dan tercanggih di Negeri Panda itu.

Baca Juga: Kasus Millen Cyrus Disorot Media China, Sebut Hukum Indonesia Tak Pandang Kaum LGBT

Para ilmuan disana berharap jika perangkat tersebut bisa berpotensi membuka sumber energi bersih yang kuat.

Menurut surat kabar People's Daily, reaktor tersebut menggunakan medan magnet yang kuat untuk memadukan plasma panas yang dapat mencapai suhu lebih dari 150 juta derajat Celcius.

Panas yang dihasilkan reaktor tersebut kira-kira 10 kali lebih panas dari inti matahari di mana suhunya sekitar 15 juta derajat Celcius.

Karena panasnya yang sangat luar biasa, reaktor yang diletakkan di Provinsi Sichuan tersebut dijuluki 'matahari buatan'.

Baca Juga: Berikut Ini Alasan Pemerintah Memilih Vaksin Sinovac asal China

"Pengembangan energi fusi nuklir tidak hanya sebagai cara untuk menyelesaikan kebutuhan energi strategis China, tetapi juga memiliki signifikansi besar untuk pengembangan energi dan ekonomi nasional China yang berkelanjutan di masa depan," tulis surat kabar People's Daily.

Lebih lanjut, ilmuan China juga telah mengembangkan versi yang lebih kecil dari reakrtor fusi nuklir sejak tahun 2006.

Mereka berencana menggunakan teknologi itu dengan menggandeng para ilmuwan yang mengerjakan Reaktor  Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER).

ITER adalah proyek penelitian fusi nuklir terbesar di dunia yang ada di Perancis, yang diharapkan akan rampung pada tahun 2025.

Baca Juga: Bukan Obat Diet, Ini Bahaya Terus Menerus Konsumsi Teh Jati China Menurut Ahli Gizi

Adapun fusi nuklir yang diteliti oleh ITER adalah menggabungkan inti antom untuk menciptakan energi dalam jumlah besar.

Mekanisme fusi nuklir itu berkebalikan dengan proses fusi nuklir yang digunakan dalam senjata atom dan pembangkit listrik tenaga nuklir.

Tidak seperti fisi, fusi tidak mengeluarkan gas rumah kaca serta mengurangi risiko kecelakaan atau pencurian bahan atom.

Namun, untuk mencapai fusi diperlukan langkah yang sangat sulit dan biaya yang mahal.

ITER sendiri diperkirakan menelan biaya hingga 22,5 miliar dollar AS atau setara Rp 318 triliun.

Baca Juga: Brazil Putuskan Hentikan Pengujian Vaksin Covid-19 Dari China, Avinsa: 'Kejadian Buruk dan Serius'

Presiden China, Xi Jinping pun memuji kinerja itu dengan mengirimkan surat selamat ketika perakitan fasilitas eksperimental berlangsung di Perancis pada hari Selasa.

"China bersedia untuk terus meningkatkan pertukaran ilmiah dan kerja sama dengan semua pihak untuk bersama-sama membuat terobosan penting," katanya seperti yang dilansir South China Morning Post.

Pusat Nuklir di Saint-Paul-les-Durance di Provence, Prancis Selatan merupakan langkah penting untuk membuat kekuatan fusi tersedia bagi penggunaan sipil.

Eksperimen pertama akan dimulai pada Desember 2025 dengan tujuan menunjukan bahwa kekuatan fusi dapat dihasilkan secara berkelanjutan dan aman pada skala komersil.

Baca Juga: Warga China Marah karena Panda, Episode Terakhir '24/365 with BLACKPINK' Ditunda

Setelah selesai, reaktor kembali harus menciptakan proses fusi yang terjadi di jantung bintang pada suhu hingga 150 derajat Celcius, 10 kali lebih panas dari matahari.

Ilmuan berharap reaksi fusi ini bisa menjadi sumber energi yang kuat dan bersih, tetapi mereka belum dapat memanfaatkan prosesnya.

Satu-satunya aplikasi yang sukses adalah dalam pembuatan bom hidrogen.

ITTER merupakan upaya untuk menahan dan mengendalikan energi yang sangat besar.

Konstruksi pabrik dimulai pada 2006 dan anggaran awalnya naik tiga kali lipat menjadi € 20 miliar atau US$ 23,5 miliar.

China bergabung dengan proyek ITER pada 2006 saat baru diluncurkan.

Tak hanya China, ada juga  Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Swiss, India, Jepang, Korea Selatan, dan 27 anggota Uni Eropa lain yang turut bergabung.

Baca Juga: Disebut Kebal Covid-19, Siapa Sangka Pemilik Golongan Darah O Justru Rentan Penyakit Ini

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Penampakan 'Matahari Buatan' China yang Diperkirakan 10 Kali Lebih Panas dari Inti Matahari.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm