Tantangan Berat Perusahaan Media Massa di Era Teknologi Digital

24 Desember 2020 13:00 WIB
Tantangan Berat Perusahaan Media Massa di Era Teknologi Digital
Tantangan Berat Perusahaan Media Massa di Era Teknologi Digital ( Tribun Sumsel)

Palembang, Sonora.ID - Perkembangan media sosial di tengah masyarakat membuat perubahan pola konsumsi publik mendapatkan informasi. Hal ini memaksa perusahaan media massa untuk terus berinovasi dalam memberikan fakta lewat siaran berita.

Sidratul Muntaha selaku Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia Sumatra Selatan (AMSI Sumsel) mengatakan, di era digital yang semakin canggih saat ini, kecepatan informasi dari media sosial dengan data yang belum tentu dipastikan kebenaranya turut menjadi tantangan bagi media massa untuk bekerja lebih keras lagi.

“Perkembangan teknologi berkaitan erat dengan media baru, media start up yang baru merintis dunia pers. Ada kekhawatiran dari perusahaan online maupun cetak yang bisa dikendalikan teknologi. Dalam arti jurnalis perusahaan pers disamakan dengan netizen yang kualitasnya tidak sederajat,” katanya dalam Kegiatan Outlook Series Tantangan Bisnis Media yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang, Rabu (23/12) kemarin.

Baca Juga: Hadiri KPID Award 2020, HD Apresiasi Peran Lembaga Penyiaran di Sumsel

Sejumlah tantangan berat yang perlu dihadapi media masa adalah bagaimana cara mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk kembali mencari informasi lewat media massa. Pasalnya saat ini publik dominan lebih mengandalkan data lewat media sosial secara gratis ketimbang membaca berita dari situs online ataupun media cetak.

“Maka itu media massa terutama online dipaksa membuat konten sederhana tetapi disukai pembaca. Contoh saja konten receh justru engagementnya tinggi, sehingga perusahaan pers ditutut berinovasi mengolah produk pers,” ungkap dia.

Namun bila dilihat secara umum, adanya persaingan media massa dan media sosial sangat terlihat dari perkembangan pemberitaan media konvensial. Penilaian Direktur Utama Sumatera Ekspres Muslimin, serangan di media konvensional harus memerhatikan dua sisi.

Baca Juga: Gelar Media Workshop, Ketua PWI Sumsel Nilai Kegiatan Ini Berikan Pengetahuan Baru Bagi Wartawan

“Misalnya saya kondisi sekarang, sisi satu tampak dari wabah pandemik COVID-19 kedua masalah medsos. Medsos sangat luar biasa. Karena lebih cepat dan disukai netizen. Di medsos tidak dipercaya tapi dibaca. Media cetak dipercaya tapi tidak dibaca. Contohnya informasi lewat instagram, YouTube dan Facebook,” terangnya.

Ke depan tantangan media massa adalah menimbulkan optimisme dan jangan pesimis. Dalam jangka panjang, media massa harus mengikuti tren bisnis sesuai zaman, seperti perubahan empat pola. Yakni inovasi bisnis digital, yakni informasi dan data merujuk digitalisasi.

“Kedua bisnis data, semua sudah diubah dalam bentuk data elektronik. Ketiga bisnis kesehatan, ini akan terus karena COVID-19 tidak akan berakhir, karena panjang waktunya saat ini masih pro kontra. Terakhir mengulas tren WFH yang sekarang dunia pers pun sedang merasakkannya,” timpal dia.

Baca Juga: KPU Makassar Atur Penayangan Iklan Kampanye Politik di Media Massa

Sementara itu, Kepala Newsroom Sriwijaya Post-Tribun Sumsel, Wenny Ramdiastuti melanjutkan, sebagai perusahaan yang sudah mengandalkan pemberitaan online dengan jaringan informasi luas, ia menyebut tantangan terbesar media massa di tengah pandemik COVID-19 saat ini adalah menguatkan pondasi.

“Kami grup tribun yang bahkan sudah kuat secara online, menyebarkan informasi cepat untuk dilihat publik, sebenarnya juga masih tergagap-gagap. Padahal kami punya cetak yang ditunjang online, kami berharap ke depan ada kekuatan di antara kita bersaing dengan medsos. Tapi satu hal penting, kita pun jangan menganggap remeh medsos,” jelasnya.

Wenny menyampaikan, jurnalis dan perusahaan pers harus bermental baja sebagai bentuk wartawan menolak mati dan kalah dari media sosial. Insan pers mesti berani tampil, terus tampil, dan tunjukkan eksistensi. Karena jurnalis merupakan profesi yang sangat diperlukan.

Baca Juga: Pemkot Palembang Bakal Libatkan ACT saat Kegiatan Belajar Mengajar Tatap Muka

Sementara berdasarkan analisa Stasiun Manger Sonora FM dan Smart FM Palembang, Dina Apriana, kemajuan teknologi dengan dunia radio menuntut perusahaan memberikan kejelasan teknis menerangkan perbedaan antara komunikas sistem siaran suara dengan podcast.

“Banyak masyarakat yang meminta radio membuat podcast, padahal sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Podcast adalah visual teknis komunikasi dengan sistem obrolan radio. Tetapi secara umun berbeda jauh, nah tujuan kami sebagai orang radio harus mengedepankan perubahan soal automation,” tutupnya.

Baca Juga: Tok! Januari 2021 Sekolah Tatap Muka Akan Dilaksanakan di Palembang

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm