Sonora.ID - Tren investasi di kalangan generasi milenial Indonesia memang sedang hangat diperbincangkan. Pasalnya, kini anak muda pun harus melek investasi lantaran banyaknya keinginan yang melampaui kebutuhannya.

Banyaknya keinginan-keinginan tersebut kadang mengakibatkan keuangan defisit. Oleh sebab itu, membenahi keuangan memang sangat penting untuk dilakukan.

Dalam perencanaan keuangan, selain menabung terdapat juga solusi lain yang tak kalah menguntungkannya dari sekadar menabung. Solusi yang efisien adalah berinvestasi.

Tidak hanya memilih investasi seperti saham, obligasi, dan reksadana, generasi milenial juga mulai menginvestasikan dana dalam bentuk crypto.

Baca Juga: Dikira Izin Bank Digital Nyatanya Hanya Layanan Digital, BABP Bikin Trader Meringis

Felicia Putri Tjiasaka, yang merupakan seorang Investment Storyteller menjelaskan lebih lanjut apa itu saham vs crypto.

“Saham sama crypto menurut aku agak mirip ya. Cuma satunya perusahaan, satunya project. Nah sebenarnya saham itu seperti buka resto bareng temen dibagi 50 persen 50 persen. Itu namanya saham. Atau kalau kita beli saham perusahaan di bursa efek Indonesia” ini juga saham. Jelasnya dalam Webinar 'Temu Teman Motion' (28/05/2021). 

Felicia juga menjelaskan secara singkat jika saham berarti ketika seseorang memiliki sesuatu atau kepemilikan.

Felicia juga menjelaskan apa yang menjadi kelebihan dan juga risiko dari masing-masing saham dan juga crypto sebagai berikut ini:

Baca Juga: Investor Wajib Tahu, Begini Cara Main MSCI Biar Tidak Boncos

Keuntungan Saham:

-Capital gain, simpelnya ketika seseorang membeli seharga Rp 1000, maka bisa dijual seharga Rp 2000. Seperti prinsip dagang pada umumnya.

-Devident atau bagi profit, ketika memilih untuk membeli saham suatu perusahaan maka Anda memiliki kepemilikan perusahaan tersebut. Dengan begitu, ketika perusahaan untung maka Anda pun akan mendapatkan profit atau bonus.

Keuntungan Crypto:

-Capital gain, sama halnya dengan saham, crypto juga memiliki keuntungan yang sama. Misalkan, ketika membeli bitcoin 40 ribu, Anda bisa menjualnya 50 ribu.

-Staking atau bunga berjalan

Risiko Saham:

-Capital loss, misalkan beli saham harga Rp 2000, hal tersebut bisa turun ke harga Rp 500. Tentu saja hal ini dapat mengalami kerugian.

-Perusahaan bangkrut, apabila perusahaan bangkrut maka yang didahulukan untuk dibayar yakni yang memberi hutang. Jadi ada kemungkinan Anda kehilangan uang. Oleh sebab itu, penting untuk memilih suatu perusahaan yang terus berkembang dan terus ada.

Baca Juga: Motion Webinar: Saham vs. Crypto, Panduan Buat Cowok Milenial

Risiko Crypto:

-Capital loss, sama halnya dengan saham. Risiko crypto juga bisa mengalami kerugian ketika asset investasi berkurang nilainya. Dengan kata lain, Anda menjual instrumen investasi dengan harga yang lebih rendah dari harga belinya.

-Proyek koin tidak berjalan, sama dengan saham. Crypto juga bisa mengalami risiko ketika proyek koin tidak berjalan sehingga menyebakan kerugian.

Felicia juga menjelaskan jika pada dasarnya crypto lebih berisiko daripada saham, akan tetapi keuntungan yang didapatkan bisa tinggi.

“Crypto turunnya lebih lebay (berlebihan) daripada saham. Crypto asset yang jauh lebih berisiko daripada saham, tapi lebih tinggi juga keuntungannya. Fair lah ya,” jelasnya.

Felicia juga menambahkan jika pada dasarnya saham dan crypto memiliki fungsi masing-masing berdasarkan tujuannya.

Apabila Anda ingin investasi jangka pendek (<1 tahun) usahakan untuk tidak menggunakan saham maupun crypto.

Sedangkan apabila Anda ingin investasi jangka panjang (>5 tahun) saham dan crypto bisa menjadi pilihan Anda.

Baca Juga: Tips Jitu Memulai Bisnis Properti ala Direktur Green Center Park