Keunikan di Desa Trunyan, Mayat-mayat Hanya Diletakkan di Bawah Pohon tetapi Tidak Berbau

6 September 2021 15:45 WIB
Mayatnya tidak berbau busuk
Mayatnya tidak berbau busuk ( )

Bali, Sonora.ID - Berbicara tentang Bali, sangat kental akan tradisi dan budaya begitu juga ritualnya. Di Bali terdapat sebuah Ritual pemakaman yang bisa dibilang berbeda dengan wilayah lain dan terlihat unik bagi sebagian orang dari wilayah lain.

Desa Trunyan di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli- Bali, yang terkenal dengan proses pemakaman yang berbeda dengan daerah lainnya.

Bagaimana tidak? Tubuh manusia yang telah meninggal tidaklah dikubur dan dikremasi sebagaimana mestinya, melainkan dibiarkan terbuka dan membusuk begitu saja. Jenazah akan diletakan di tempat pemakaman Seme Wayah.

Untuk bisa menuju ke tempat Seme Wayah hanya dapat ditempuh dengan jalur atau menyebrangi Danau Batur.

Baca Juga: Istri Tersangka Salah Tangkap, Laporkan Oknum Polisi Insprosedural ke Propam Pola Sulut

Di Seme Wayah, pengunjung akan melihat banyak tulang yang berjejer, tebaran uang, hingga barang-barang lain yang akan dibiarkan bersama jenazah tersebut. Beberapa jenazah akan dibaringkan dalam sangkar bambu untuk menghindari hewan buas.

Ketika semua sangkar sudah penuh, maka jenazah yang paling lama akan dibuang untuk memberi ruang bagi mayat baru dengan meletakannya di atas tumpukan.

Selain itu, Ketika tubuh mayat sudah hancur akibat panas matahari, tulang-tulangnya akan ditempatkan di sebuah altar di bawah pohon suci. Dan menariknya, meski dibiarkan terbuka, tetapi tidak ada bau menyengat yang ditimbulkan dari tubuh jenazah.

Hal ini karena adanya sebuah pohon besar dan tinggi yaitu taru menyan. Pohon inilah yang menetralisir bau tidak sedap dari pembusukan tubuh.

Baca Juga: Kasus Positif Menurun, Bor Isolasi RS di Denpasar Rata-rata 50.72 Persen

Di Desa Trunyan ini, terdapat tiga tempat pemakaman yang terpisah yaitu, Seme Wayah yang diperuntukan bagi mereka yang meninggal secara wajar. Lalu, Seme Bantah untuk mereka yang meninggal tidak wajar atau akibat kecelakaan dan Seme Muda untuk bayi, anak kecil, dan yang belum menikah.

Menatiknya lagi, Hanya laki-laki saja yang diizinkan untuk pergi ke sana dan mengantarkan jenazah setelah ritual persiapan dilakukan. Pesiapan yang dimaksud meliputi pembersihan jenazah dengan air hujan dan membungkusnya dengan kain, tetapi bagian kepala tidak tertutup. Dan Perempuan di Desa Trunyan tidak diperbolehkan untuk mengunjungi tempat pemakaman.

Mereka percaya bahwa desa akan terkena gempa bumi atau letusan gunung berapi jika perempuan mendatangi pemakaman tersebut.

Dan pantangan yang harus dilakukan bagi mereka yang baru mengunjungi makam tidak diperbolehkan langsung masuk ke Pura Pancering Jagat dan harus melalui proses pembersihan terlebih dahulu.

Baca Juga: Ini Motif Kasus Pembunuhan dan Pembakaran Mayat di Maros Sulsel

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm