5 Kualitas yang Wajib Dimiliki Pemimpin Ala Pangkostrad TNI

15 September 2021 20:10 WIB
Dudung Abdurachman saat bertutur kepada Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho untuk BEGINU S2 EPS6: Dudung Abdurachman, Loper Koran dan Keberanian Bersikap Jenderal TNI.
Dudung Abdurachman saat bertutur kepada Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho untuk BEGINU S2 EPS6: Dudung Abdurachman, Loper Koran dan Keberanian Bersikap Jenderal TNI. ( BEGINU by Kompas.com)

Sonora.ID - Nama Dudung Abdurachman belakangan santer disebut karena digadang-gadang akan menggantikan Andika Perkasa sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

Semenjak dilantik pada Agustus 2020 sebagai Pangdam Jaya hingga saat ini menjabat sebagai Pangkostrad, ia beberapa kali mendapat sorotan dari media. 

Sebut saja momen ketika ia membuat perintah untuk menurunkan baliho pimpinan Front Pembela Islam (FPI) di seluruh wilayah DKI Jakarta, ataupun saat ia shalat bersama mahasiswa pada aksi demonstrasi omnibus law beberapa waktu lalu. 

Kejadian-kejadian itulah yang kemudian membuatnya dianggap berani dalam bersikap di mata orang banyak.

Dalam siniar (podcast) BEGINU season dua, episode keenam, Dudung bercerita soal alasan di balik sikapnya yang tidak jarang dianggap kontroversial tersebut.

Hal ini memiliki kaitan kuat dengan prinsip yang ia pegang sebagai seorang pemimpin. Lantas, apa saja prinsip-prinsip tersebut?

1. Berani ambil keputusan

Salah satu ciri dari seorang pemimpin, menurut Dudung, adalah berani mengambil keputusan.

Walaupun sebuah keputusan mungkin tidak sepenuhnya benar pada akhirnya, hal tersebut dinilainya justru lebih baik dibanding tidak berani mengambil keputusan sama sekali.

Ketika ditanya soal beberapa aksinya yang menarik perhatian banyak orang, Dudung menjawab, “Kita menjabat itu harus ada getarannya, harus ada pengaruhnya”.

Ia tidak menginginkan masa jabatannya tak memberikan sumbangsih yang berarti bagi negara, terutama mengingat saat itu daerah pimpinannya sebagai Pangdam Jaya adalah Jakarta, yang menjadi barometer bagi daerah-daerah komando militer lainnya.

Baca Juga: Panglima TNI Apresiasi Serbuan Vaksinasi TNI AU di Kaltim

2. Berani menghadapi risiko

Segala keputusan yang diambil seorang pemimpin tentu memiliki risiko tersendiri.

Tidak perlu jauh-jauh menjadi pemimpin, sedari awal, “Hidup ini mengandung risiko,” ujarnya.

Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat ini memilih untuk berani menghadapi risiko atas setiap keputusan yang ia buat selama tujuannya adalah untuk kepentingan negara.

Bahkan, baginya jabatan bukanlah sesuatu yang ia takuti apabila itu menghalanginya dalam mengambil risiko.

3. Mencintai bawahannya

Sebelum menjabat sebagai Pangdam Jaya, pria kelahiran tahun 1965 memiliki riwayat sebagai Gubernur Akademi Militer di tahun 2018-2020.

Ia menginisiasi beberapa perubahan di Akmil, seperti pembangunan rumah ibadah, menghapus kesenjangan senior dengan junior, hingga yang sangat spesifik seperti menu makanan para taruna.

Dalam pengamatannya, apa yang ia lakukan berimbas baik pada antusiasme dan kinerja para taruna dalam masa akademinya.

“Pemimpin yang baik adalah yang dicintai anak buahnya, tapi akan lebih baik lagi kalau pemimpin mencintai anak buahnya,” kata pria yang pernah menjadi loper koran ini.

Dudung juga menegaskan bahwa kepada bawahannya, ia selalu menitipkan pesan untuk memenuhi hak-hak anak buah maupun tarunanya.

“Jangan coba ambil haknya, jangan kau sentuh perutnya,” tuturnya.

Baca Juga: Bicara Soal Pemimpin, Ridwan Kamil: Kerja Diomongin, Enggak Kerja Diomongin

4. Menguasai tugas, tujuan, sasaran, dan batasan diri

Memahami dan menguasai tugas pokok, tujuan, serta sasaran adalah salah satu kunci menjadi pemimpin yang sukses.

Namun, hal tersebut harus selaras dengan pemahaman dan penguasaan akan adanya batasan-batasan yang dimiliki oleh pemimpin.

Menurut Dudung, kita tidak perlu merasa lebih hebat karena semua orang memiliki kekurangannya masing-masing, terlepas dari kapasitasnya sebagai pemimpin yang hebat.

5. Memahami unsur-unsur manusia

Pemimpin yang baik menurut  versi Dudung, adalah ia yang dapat memainkan peran sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya.

Pemimpin seyogianya mengetahui kapan ia harus bertindak sebagai seorang pimpinan, anggota keluarga, masyarakat, ataupun posisi-posisi lainnya.

Dengan kata lain, tidak elok bagi seorang pimpinan jika jabatannya digunakan untuk hal-hal di luar hak dan kewajibannya.

Toh ini semua serba sebentar. Ini hanya sekejap saja. Jangankan jabatan, besok usia kita diambil mau apa?”

Simak perbincangan lengkap antara Dudung Abdurachman dan Wisnu Nugroho, jurnalis, penulis, dan pemimpin redaksi Kompas.com dalam episode 6 di season 2 siniar BEGINU yangdapat diakses melalui Spotify, Google Podcast, dan platform pemutar audio favorit Anda lainnya.

Baca Juga: Ryan Filbert dalam Memulai Berinvestasi, Bukan Angkanya Tapi Waktunya


 Penulis: Intania Ayumirza

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm