Serasa Dunia Kiamat! Orang Tua Santri Korban Perkosaan Guru Pesantren di Bandung Menangis saat Anaknya Sodorkan Bayi 4 Bulan

10 Desember 2021 10:10 WIB
Ketua P2TP2A Garut Diah Kurniasari Gunawan
Ketua P2TP2A Garut Diah Kurniasari Gunawan ( Kompas.com)

Sonora.ID - Baru-baru ini masyrakat tengah dihebohkan oleh kelakukan bejat dari seorang guru pesantren di Bandung yang memperkosa belasan santrinya sampai hamil hingga melahirkan.

Seorang guru pesantren yang seharusnya mengajarkan akhlak dan fiqih agama dengan baik justru malah merusak anak didiknya sendiri.

Mendengar kabar tersebut, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut, Diah Kurniasari Gunawan, sangat merasakan betul rasa kecewa, marah dan perasaan yang berkecamuk dari para orangtua santriawati yang menjadi korban perkosaan gurunya di Cibiru, Bandung, Jawa Barat.

Dari belasan korban perkosaan guru pesantren yang bernama HW, 11 di antaranya di Garut, Jawa Barat dan masih ada pertalian saudara serta bertetangga.

Baca Juga: Guru Pesantren di Bandung Perkosa 12 Santriwati Dibawah Umur, 8 Telah Melahirkan, 2 Tengah Hamil

Diah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri pilunya momen pertemuan para orang tua dengan anak-anaknya yang sebelumnya dianggap tengah menuntut ilmu di pesantren ternyata memiliki anak setelah dicabuli oleh guru ngaji yang sebelumnya mereka percayai.

"Rasanya bagi mereka mungkin dunia ini kiamat, ada seorang bapak yang disodorkan anak usia 4 bulan oleh anaknya, enggak, semuanya nangis," kenang Diah.

Peristiwa pilu terjadi saat Diah mengawal pertemuan antara orang tua dan anak-anaknya di kantor P2TP2A Bandung, setelah dibawa keluar dari lingkungan pondok pesantren oleh penyidik Polda Jabar.

Dalam kondisi yang sama, terjadi juga momen menyayat hati di kantor P2TP2A Garut saat para orang tua diberitahu bahwa anaknya menjadi korban pencabulan guru ngajinya di kantor P2TP2A Bandung sebelum di bawah ke P2TP2A Garut.

Baca Juga: Pondok Pesantren Termewah di Indonesia, Ada yang Dicap Termegah se-Asia Tenggara

Selain berat menerima kenyataan, para orang tua korban juga bingung membayangkan bagaimana masa depan anaknya dan lingkungan yang dikhawatirkan tidak bisa menerima.

"Di kecamatan ini (lingkungan rumah korban), saya sampai datang beberapa kali nengok yang lahiran, ngurus sekolahnya, ketemu tokoh masyarakatnya," katanya.

Lebih lanjut, Diah mengatakan jika peristiwa ini sangat menguras emosi semua pihak, apalagi saat dilakukan terapi psikologi terhadap anak-anak dan orang tua.

"Sama, kita semua juga marah pada pelaku setelah tahu ceritanya dari anak-anak, sangat keterlaluan, kita paham bagaimana marah dan kecewanya orangtua mereka," katanya.

Diah mengatakan jika para orang tua tidak mau mengurus anak yang dilahirkan dari perbuatan cabul guru ngajinya, P2TP2A siap menerima anak tersebut.

Baca Juga: 5 Pondok Pesantren di Kubu Raya Terima Bantuan dari Lembaga Kesehatan PBNU

Sebab, para orang tua korban bukan orang-orang tergolong mampu.

Mereka kebanyakan hanyalah buruh harian lepas, pedagang kecil dan petani.

Bahkan para orang tua sebelumnya berharap mendapat keuntungan agar anaknya bisa pesantren sambil sekolah dengan gratis di sana.

"Alhamdulillah, yang rasanya mereka (awalnya) tidak terima, namanya juga bayi, cucu darah daging mereka, akhirnya mereka rawat, walau saya menawarkan kalau ada yang tidak sanggup, saya siap membantu," katanya.

Begitu juga dengan orang tua korban yang anaknya telah memiliki dua anak dari guru pesantren tersebut.

Baca Juga: Kata Aktivis Perempuan Soal Pelecehan Seksual di Kampus dan Pesantren

"Saya nengok ke sana (rumahnya), menawarkan (bantuan) kalau enggak sanggup merawat, ternyata mereka tidak ingin dipisahkan anaknya, dua-duanya perempuan," kata Diah.

Korban yang melahirkan paling akhir pada November lalu usianya masih 14 tahun.

Setelah melahirkan dirinya menawarkan bantuan jika orang tua tak sanggup mengurus, maka pihaknya siap bertanggung jawab. Namun, orang tuanya mau mengurusnya.

"Setidaknya, mereka sudah menerima takdir ini, nanti saya berencana mau nengok juga ke sana," katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orangtua Santriwati Korban Perkosaan Guru Pesantren Menangis Saat Disodori Bayi 4 Bulan oleh Anaknya, Dunia Serasa Kiamat..."

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm