Apa yang Bisa Dilakukan Ketika Ada Orang yang Terobsesi pada Kita

18 Februari 2022 15:30 WIB
Perempuan yang memiliki pasangan obsesif
Perempuan yang memiliki pasangan obsesif ( freepik)

Sonora.ID - Manusia memang tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada hidupnya.

Namun, perlu diingat bahwa mengelola emosi dalam setiap keadaan adalah hal yang sangat penting.

Sifat manusia yang selalu membutuhkan orang lain memunculkan berbagai hubungan, salah satunya adalah hubungan asmara.

Menurut Janet Brito, cinta ditandai dengan perasaan euforia. Bagi sebagian orang, perasaan ini begitu kuat sehingga mereka terobsesi untuk menjaga dan mengendalikan orang yang dicintai.

Kadang-kadang, mereka menjadi marah atau cemburu pada aktivitas kecil pasangannya.

Dalam hal ini, obsesi juga muncul jika seseorang terlalu menginginkan orang lain untuk menjadi miliknya.

Salah satu kisah pembunuhan akibat obsesi diceritakan dalam siniar Tinggal Nama bertajuk “Potongan Tangan Mary Grey” di Spotify, yang juga dapat diakses melalui tautan berikut https://dik.si/tn_mary.

Dalam dunia psikologi, hal ini dikenal dengan dengan obsessive love disorder. Secara ringkas kondisi psikologis ini ditandai dengan seseorang yang hanya berfokus pada pasangannya hingga menganggap mereka sebagai objek kepemilikan.

Disadari atau tidak, meskipun kita menganggap itu baik, tapi hal itu justru terlihat egois karena hanya mementingkan diri sendiri.

Hal ini dapat didasari pada ketakutan yang berpotensi membuat pasangan—atau calon pasangannya—meninggalkannya.

Intensitas kekhawatiran yang tidak terkendali ini dapat berakibat buruk pada kedua belah pihak, baik secara mental maupun fisik. Terlebih, jika terjadi tindak kekerasan.

Baca Juga: Pasangan Zodiak yang Pasti Berakhir Dalam Toxic Relationship, Tidak Bisa Bedakan Cinta dan Obsesi! 

Beberapa Ciri Perbedaan Cinta yang Tulus dan Obsesi

Perlu diingat bahwa kunci dalam menjalani hubungan salah satunya adalah perasaan nyaman dan aman.

Jika pasanganmu sulit untuk memberikan keduanya, maka perlu direnungkan kembali apakah itu cinta atau obsesi. Agar tak keliru, berikut adalah ciri yang membedakan cinta dan obsesi.

  • Cinta tidak akan menuntut dan menjunjung kompromi/negosiasi untuk menghindari atau mengatasi masalah. Namun, obsesi menuntut untuk tunduk pada tuntutan pasangannya.
  • Cinta akan memprioritaskan kesejahteraan pasangannya. Namun, orang obsesif secara impulsif bisa melakukan hal yang menyakiti pasangan ketika marah.
  • Cinta akan selalu menerima kekurangan pasangan dan menghargai keputusannya. Namun, orang obsesif biasanya menolak untuk menerima kekurangan apa pun.
  • Obsesif akan membuat sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan pasangannya. Kalaupun berpisah, orang obsesif akan menolak untuk menerima bahwa hubungan tersebut telah berakhir.
  • Pada kasus mereka yang belum menjalin hubungan, orang obsesif akan sangat gigih untuk berusaha menjalin hubungan dengan cara yang tidak nyaman.

Baca Juga: Awas Bucin, Ini Tanda Kamu Terlewat Obsesi dalam Suatu Hubungan

Mengatasi Perilaku Obsesif Orang Lain

Kita memang tidak akan pernah bisa mengendalikan perilaku dan pola pikir orang lain. Namun, perlu diketahui kalau kita juga tidak bisa berdiam diri dan membiarkan orang yang terindikasi memiliki sifat ini. Hal ini bisa mengganggu dan membahayakan orang lain jika ia tidak dibantu.

Dalam mengatasi orang-orang obsesif, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengevaluasi apakah benar orang itu memiliki sifat obsesi yang lebih dominan dibanding perasaan cintanya. Hal ini dapat dilihat dari perilakunya pada waktu tertentu, caranya menyelesaikan masalah, hingga perkataannya.

Komunikasi yang baik menjadi hal penting dalam hal ini. Kita dapat mengajaknya untuk bicara empat mata agar bisa mendengarkan ceritanya, bertanya, dan sebagainya. Setelah yakin bahwa ada kecenderungan obsesif, coba untuk bertanya apakah orang itu menyadarinya.

Ketika ia sudah menyadarinya dan mau berubah, kita dapat menyarankannya untuk menemui profesional. Namun, pada kasus obsesif yang intens, hal yang harus kita pikirkan adalah korban atau diri sendiri jika itu pasangan kita.

Beberapa orang akan sulit mengubah dirinya, namun kita juga tidak bisa terus menutup mata bahwa ada yang tersakiti. Kalau itu pasangan kita, lebih baik tanya pada diri mengenai apa yang membuat kita bertahan dan sampai kapankah rasa sakit itu harus ditahan?

Jangan lupa untuk mencari orang terdekat yang bisa diajak berkomunikasi dan dimintai bantuan jika sesuatu yang buruk terjadi. Selain itu, carilah bantuan profesional agar kita diberikan saran yang tepat. Bahkan, mereka juga bisa mengobati trauma yang pernah dirasakan.

Informasi lebih lanjut seputar kesehatan mental dan body shaming bisa kalian dengarkan melalui siniar Tinggal Nama di Spotify pada episode “Potongan Tangan Mary Grey”. Dengarkan episode selengkapnya dengan mengakses tautan berikut https://dik.si/tn_mary.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm