Persoalan Pemerintah Belum Selesai, Air Tanah di Jabar Dalam Kondisi Kritis

15 Maret 2022 14:45 WIB
Pengamat Hidrogeologi ITB Irwan Iskandar (paling kanan) di Rangkaian Peringatan Hari Air Dunia ke 30 dalam acara JAPRI di Gedung Sate Bandung, Selasa (15/3/2022)
Pengamat Hidrogeologi ITB Irwan Iskandar (paling kanan) di Rangkaian Peringatan Hari Air Dunia ke 30 dalam acara JAPRI di Gedung Sate Bandung, Selasa (15/3/2022) ( Indra Gunawan)
 
 

Bandung, Sonora.ID - Ketersediaan air bersih merupakan salah satu persoalan yang belum terselesaikan oleh Pemerintah.

Termasuk juga oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar), dimana hingga saat ini ketersediaan air bersih masih sangat bergantung pada wilayah lain.

Selain itu, Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun hingga saat ini masih belum memenuhi mandat dari Undang-Undang sebanyak 30 persen.

Semakin banyaknya alih fungsi lahan resapan, RTH semakin sulit bertambah. 

Belum lagi adanya penurunan muka air tanah menjadi masalah lingkungan yang serius dikarenakan penggunaan air tanah yang berlebihan. 

"Setidaknya air tanah sampai sepuluh hingga dua puluh persen yang ada di Jabar itu dalam kondisi kritis," ucap Pengamat Hidrogeologi ITB Irwan Iskandar usai acara Jabar Punya Informasi (JAPRI) bertema Hari Air Dunia ke 30 di Gedung Sate Bandung, Selasa (15/3/2022).

Baca Juga: Bagian Bawah Rel Terkikis Air, Perjalanan KA Siliwangi Terhenti

"Kritisnya ini kan karena makin bertambahnya populasi masyarakat, utamanya di kawasan industri yang mengeksploitasi air tanpa memperhatikan kelestarian air tanah," ucap Irwan.

"Masyarakat umumnya mengambil air paling banyak 50 liter perhari, tapi kalau industri sangat lebih dari itu. Harusnya industri atau pabrik itu menggunakan pipa atau jalur khusus dari daerah lain," tegas Irwan.

Sementara itu, Sekretaris Dinas (Sekdis) Sumber Daya Air (SDA) Jabar Yossy Desra mengatakan, jumlah dan kondisi air di Jabar itu sejalan dengan jumlah populasi yang ada.

"Populasi yang cukup besar itu ada di Bodebek. Di sana pertambahan penduduk sangat cepat. Apalagi di sana itu merupakan kawasan industri," ucap Yossy.

"Untuk itu, masyarakat harus bisa menghemat air semaksimal mungkin," imbuhnya.

Lebih lanjut Yossy mengatakan, pemprov Jabar hingga saat ini masih terus menghadirkan danau retensi (embung) sebagai alternatif atau solusi di kala terjadi penyusutan air tanah.

Baca Juga: Air Waduk Pidekso Wonogiri Melimpah, Sampai di Buang ke Bengawan Solo Lewat Spillway

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm