Pepeng: Klinik Kopi sebagai Penyampai Cerita di Ruang Publik

27 Maret 2022 17:30 WIB
Suasana di Klinik Kopi, Yogyakarta.
Suasana di Klinik Kopi, Yogyakarta. ( klinikkopi.com)

Baginya jika apa yang diinginkan tidak tercapai malah akan membuat kecewa. Selain itu, dalam melakukan apa pun yang terpenting itu perasaan senang. Karena ketika seseorang senang, segalanya akan dipermudah.

Pepeng mengatakan bahwa bisnisnya tidak akan menjadi besar hanya saja akan selalu mencukupi.

“Pola orang di Indonesia rata-rata ketika ketika bikin bisnis (yang dijalani) gini rame, terus ‘ayo diadopsi’. (Padahal) Energinya ngga ada, energinya jadi kepecah-pecah itu.”

Pilihan Pepeng adalah menjalankan bisnis secukupnya, sesuai kepasitas dan tetap autentik.

Ia ingin siapa pun yang datang ke kedainya tidak hanya mendapatkan kopi tetapi juga cerita. Selain itu, lingkup kerja, bisnisnya, hingga konsumen yang masih terasa sama. Hal ini lah yang membuat dirinya ‘menolak tua’.

Baca Juga: Cerita Sukses Dibalik Kedai Kopi Guyon, dari Modal 1 Juta dan Trip Indonesia

Ia juga terus berinovasi dengan menyajikan satu resep baru dalam beberapa waktu.

Ini membuat konsumen yang mencobanya tidak bosan, dan akan kembali lagi.

Misalnya akan ada konsumen yang datang karena menanyakan cara pembuatannya, bahan, dan sebagainya.

“Di kopi aku (juga) lebih mentransfer apa yang ada di desa dan terjadi di kebun (yang dipilih sebagai penyuplai biji kopi) ke pengunjung. Aku nggak bisa men-direct ‘ini nanti rasanya kayak gini’,” pungkas Pepeng.

Ia mengatakan bahwa rasa adalah preferensi tiap orang, maka jika rasa kopinya mirip dengan seduhan di tempat lain atau bahan lain, itu hanya sebuah kebetulan.

Pepeng hanya bisa mengatakan bahwa rasa kopinya dan ceritanya seperti itu.

Menurutnya, hal yang membuat pelanggan setianya terus kembali adalah mereka sama-sama belajar.

Menangani satu biji kopi yang sama dengan perlakuan yang berbeda saja, bisa mengubah rasa.

Bagi Pepeng jika kita memiliki karya, dalam kasusnya adalah resep kopi, dan kopi itu sudah berada di tangan konsumen, ia tidak lagi memiliki hak untuk mengaturnya.

Ia tidak pernah merasa tersaingi dengan tempat lainnya karena mereka memiliki keunikannya masing-masing.

Simak obrolan lebih lengkap Wisnu Nugroho dan Pepeng dalam tautan berikut https://dik.si/beginu_wrapped

Tidak sampai di situ, jangan lupa juga untuk terus dengarkan kisah-kisah inspiratif lainnya melalui siniar Beginu hanya di Spotify.

Penulis: Nika Halida Hashina dan Brigitta Valencia Bellion

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm