WOW! Rupiah Tembus Rp15 ribu per Dollar, Ini Sederet Dampaknya

7 Juli 2022 16:00 WIB
Ilustrasi inflasi.
Ilustrasi inflasi. ( Pexels)

Sonora.ID - Melonjaknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS baru-baru ini membuat publik heboh. Pada Rabu (06/07) kemarin, nilai tukar rupiah tembus di angka Rp15.000 per dollar AS.

Apakah hal ini berdampak terhadap perekonomian? Berikut informasinya.

Dilansir dari Kompas.com, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, secara umum, di satu sisi pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak positif pada kinerja ekspor.

Pasalnya, nilai yang diterima pelaku usaha lebih tinggi.

Meski pun demikian, di sisi yang lain pelemahan rupiah akan berdampak negatif bagi pelaku usaha.

Baca Juga: Rakor TPID Jelang Idul Adha, Walkot Edi Kamtono: Inflasi di Pontianak Masih Terkendali

Terutama bagi industri manufaktur yang mengandalkan impor bahan baku sementara penerimaannya dalam denominasi rupiah.

Lebih lanjut, Josua bilang, dampak pelemahan rupiah terhadap APBN yang terindikasi dari sensitivitas asumsi makro nilai tukar.

Ia menjelaskan, setiap pelemahan rupiah sebesar Rp 100 per dollar AS akan mendorong kenaikan penerimaan negara sebesar Rp 2,7 triliun dan mendorong kenaikan belanja negara sebesar Rp 2,1 triliun.

"Atau dengan kata lain setiap pelemahan rupiah Rp 100 per dollar AS akan mendorong surplus APBN sebesar Rp 0,7 triliun," ujar dia, kepada Kompas.com, Rabu (6/7/2022).

 Baca Juga: Rupiah Tembus Rp15.000, Waspadai Inflasi karena Pelemahan Rupiah!

Namun, Josua menambah, pelemahan rupiah yang berlanjut diperkirakan akan berdampak juga pada utang luar negeri atau ULN pemerintah.

"Akan tetapi, secara keseluruhan mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia baik dan ditopang oleh neraca transaksi berjalan pada kondisi yang sehat dan cadangan devisa yang solid maka diperkirakan akan tetap mendorong stabilitas rupiah," tutur dia.

Harga impor meningkat

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan, kondisi rupiah saat ini perlu jadi perhatian.

Sebab ia menilai, pelemahan kurs dikhawatirkan memicu kenaikan biaya impor terutama pangan.

"Sejauh ini imported inflation belum dirasakan karena produsen masih menahan harga di tingkat konsumen. Tapi ketika beban biaya impor sudah naik signifikan akibat selisih kurs maka imbasnya ke konsumen juga," kata dia.

 Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Waspada Krisis Pangan Global Sumber Inflasi

Selain itu, beban utang luar negeri sektor swasta berpotensi meningkat, karena pendapatan sebagian besar diperoleh dalam bentuk rupiah sementara bunga dan cicilan pokok berbentuk valas.

Situasi ini disebut akan mendorong swasta lakukan berbagai cara salah satunya efisiensi operasional.

"Tidak semua perusahaan swasta yang memiliki ULN lakukan hedging," ucap Bhima.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm