3 Fakta di Balik Melemahnya Rupiah hingga Tembus di Angka Rp15.000 per USD

8 Juli 2022 15:15 WIB
Pecahan dollar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta.
Pecahan dollar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta. ( Dok. KOMPAS.COM/MAULANA MAHARDHIKA)

Sonora.ID - Beberapa waktu terakhir, nilai tukar rupiah terhadap USD (dolar Amerika Serikat) telah melemah dan terpantau sampai menembus angka Rp15.000. 

Berdasarkan data dari Kurs Transaksi Bank Indonesia,kali ini nilai tukar rupiah terhadap USD berada di tingkat Rp15.030,78 pada hari Senin (4/7/2022), kemudian semakin melemah ke Rp15.034,80 pada Selasa (5/7/2022), dan selanjutnya melemah kembali menjadi Rp15.064,95 pada Rabu (6/7/2022).

Kemudian pada hari Kamis kemarin (7/7/2022) pukul 15.15 WIB, data yang diperoleh Bloomberg, nilai tukar rupiah berada di tingkat Rp15.001.

Berkaitan dengan kondisi ini, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati juga menyampaikan penjelasan tentang kondisi perekonomian Indonesia ini. 

Baca Juga: WOW! Rupiah Tembus Rp15 ribu per Dollar, Ini Sederet Dampaknya

Beliau menyampaikan, beberapa indikator ekonomi yang mempengaruhi dari sisi keuangan sendiri, yaitu suku bunga, inflasi, hingga nilai tukar rupiah yang kondisinya memang masih dalam keadaan dinamis. 

Akan tetapi, kondisi yang dialami Indonesia ini dinilainya masih cukup baik, pasalnya terlihat dari neraca transaksi yang masih berjalan.

1. Penyebab melemahnya Rupiah

Faktor utama pelemahan rupiah ini dinilai Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, karena pasar keuangan sendiri masih dibayangi oleh sentimen-sentimen negatif. 

Bhima juga menyampaikan, bahwa Investor harus terus mencermati risiko dari kenaikan Fed Rate terhadap Indonesia sehingga dapat melakukan penjualan aset yang berisiko tinggi, Kamis (7/7/2022). 

Di mana data inflasi pada bulan Juni yang cukup tinggi sejak tahun 2017 lalu, juga memicu kekhawatiran terjadinya stagflasi, yang terlihat BI juga masih menahan suku bunga acuan sehingga berimbas makin tingginya risiko di pasar.

2. Melemahnya kurs dan tekanan arus modal asing

Menurut Bhima, kondisi likuiditas yang ada di dalam negeri sendiri juga bisa makin mengetat, jika pelemahan kurs ini terus terjadi. 

Pasalnya, pelemahan kurs menunjukkan adanya tekanan arus modal asing yang keluar juga. Di mana, penekanan cadangan devisa akan terjadi disaat arus modal keluar mulai tinggi, serta kinerja ekspor komoditas mulai terkoreksi.

Selain itu, Bhima juga berpendapat, bahwa bank sentral juga harus mulai melakukan kenaikan suku bunga acuan sejalan dengan yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang secara agresif. 

Baca Juga: Rupiah Tembus Rp15.000, Waspadai Inflasi karena Pelemahan Rupiah!

3. Dampak melemahnya Rupiah

Selanjutnya, Bhima menambahkan dengan terkaitnya pelemahan kurs ini dikhawatirkan dapat memicu “imported inflation” atau kenaikan biaya impor, khususnya di sektor pangan. 

Sejauh ini pula, menurut Bhima, “imported inflation” belum dapat dirasakan, pasalnya produsen juga masih menahan harga pada tingkat konsumennya.

Di mana, ketika beban biaya impor  bisa naik signifikan yang diakibatkan selisih kurs, maka imbasnya juga akan dirasakan ke konsumen.

Dampak pelemahan rupiah ini akan mendorong percepatan dari kenaikan suku bunga acuan sehingga Bank Indonesia perlu melakukan kenaikkan 25-50 BPS suku bunga untuk dapat menahan aliran modal keluar. 

Namun, dengan menaikkan suku bunga acuan ini akan berimbas juga kepada UMKM, pelaku usaha korporasi, dan juga konsumen yang nantinya akan menyebabkan cicilan KPR dan kendaraan bermotor bisa lebih mahal dari sebelumnya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm