G20 Indonesia Dianggap jadi Momentum Transisi Energi dan Berkelanjutan

8 Juli 2022 18:50 WIB
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dalam Program G20 Harian Kompas, webinar Bincang Dua Puluh bertajuk “Misi Berkelanjutan melalui Penurunan Emisi”, Kamis (7/06/2022).
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dalam Program G20 Harian Kompas, webinar Bincang Dua Puluh bertajuk “Misi Berkelanjutan melalui Penurunan Emisi”, Kamis (7/06/2022). ( Tangkapan layar kanal YouTube Harian Kompas)

Sonora.ID - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, presidensi G20 yang saat ini dipegang Indonesia merupakan momentum yang penting untuk menyerukan penurunan emisi karbon.

Hal itu sesuai dengan topik pembahasan yang diusung dalam G20 yaitu Transisi Energi dan Berkelanjutan.

Hal itu disampaikan Tony Wenas dalam Program G20 Harian Kompas berkolaborasi dengan PT Freeport Indonesia dalam webinar Bincang Dua Puluh bertajuk “Misi Berkelanjutan melalui Penurunan Emisi”, Kamis (7/06/2022).

“Dalam kaitan dengan ini, pada Cops 26 di Glasgow, PT Freeport Indonesia memaparkan program  komitmen kita untuk mengurangi intensitas emisi gas rumah kaca sebanyak 30 persen pada tahun 2030. Dan ini bagian juga bagaimana kami mendukung ekonomi hijau dan menjadi bagian dari target pemerintah untuk net zero emission pada tahun 2060,” ucapnya.

Seperti diketahui PT Freeport Indonesia adalah perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia. Tembaga sendiri merupakan bagian penting dari transisi energi atau renewable energy.

Baca Juga: Antusias Warga Tonton Solo Batik Carnival, Sambut TIIWG G20 di Slamet Riyadi

“Tentu saja tembaga ini bagian penting dari transisi energi itu, di dunia ini yang sedang aktif dibangun untuk menggantikan energi fosil itu membutuhkan tembaga jauh lebih banyak contohnya pembangkit listrik tenaga bayu, setiap megawatt membutuhkan tembaga 1,5 ton dan solar panel membutuhkan tembaga 4 ton per megawatt. Dan contoh mobil listrik akan membutuhkan tembaga 4 kali lipat lebih banyak dari mobil konvensional,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Vice President Environmental PT Freeport Indonesia Gesang Setyadi memaparkan, cara PT Freeport Indonesia untuk mengurangi emisi adalah menggunakan kereta api listrik untuk mengoperasikan kegiatan tambang.

“PT Freeport Indonesia sudah beralih dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah sejak tahun 2020, implikasinya apa? sebelumnya  Freeport mengoperasikan cukup banyak kontraktor besar seperti how truck, namun kini pemakaiannya sudah dibatasi,” ucapnya.

Gesang Setyadi mengklaim, kereta api listrik yang digunakan PT Freeport Indonesia bisa mengurangi emisi kira-kira 80 ribu metrik ton per tahun.

“Di bawah tanah sendiri kami sudah menggunakan kereta api listrik yang dioperasikan secara remote (tidak ada orang yang mengemudikannya), dan dari kereta api listrik ini bisa mengurangi emisi kira-kira 80 ribu metrik ton per tahun atau setara dengan operasi how truck 50-60,” ungkapnya.

Oleh karena itu, lanjut Gesang, dengan mengoperasikan secara penuh tambang bawah tanah yang dioperasikan oleh kereta api listrik, PT Freeport Indonesia bisa mengurangi emisi sampai 22 persen jika dibandingkan tahun 2018. 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm