Bakar Kapal Wangkang, Ritual Masyarakat Tionghoa Menghantarkan Leluhur ke Nirwana

13 Agustus 2022 10:25 WIB
Prosesi Pembakaran Kapal Wangkang dan Sembahyang Rebut.
Prosesi Pembakaran Kapal Wangkang dan Sembahyang Rebut. ( Sonora.ID/Indri Rizkita)

Pontianak, Sonora.ID - Masyarakat Tionghoa di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat melaksanakan ritual membakar Replika Kapal Wangkang serta Sembahyang Rebut, di komplek pemakaman Yayasan Bhakti Suci, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Jumat (12/8).

Ritual ini sebagai penutup pelaksanaan Sembahyang Kubur masyarakat Tionghoa. Sebelum memulai pembakaran Replika Kapal Wangkang, terlebih dahulu melakukan Sembahyang Rebut.

Masyarakat terlihat antusias dalam mengikuti Sembahyang Rebut. Warga saling berlomba untuk mendapatkan hasil panen, seperti kelapa, semangka, tebu, nanas, singkong, dan sebagainya. Setelahnya, barulah pembakaran Replika Kapal Wangkang dimulai.

Saat proses pembakaran, petugas pemadam kebakaran bersiaga dengan menyemprotkan air ke sekitar lokasi pembakaran kapal, agar api tidak merembet ke tempat lain.

Pelaksanaan ritual pembakaran replika Kapal Wangkang dilaksanakan pada hari ke 15 (lima belas) Sembahyang Musim Semi, pada bulan ke 7 (tujuh) penanggalan Imlek.

Baca Juga: Komanda, Upaya Edukasi dan Hilangkan Polusi Udara di TPA Batu Layang

Ketua Yayasan Bhakti Suci, Susanto Muliawan menungkapkan, ritual ini untuk mengenang arwah para leluhur.

“Jadi untuk mengenang arwah para leluhur kita melaksanakan Sembahyang Kubur, dan hari terakhir kita menyiapkan replika Kapal Wangkang dan menyiapkan rebut-rebutan, dan itu sudah tradisi masyarakat Tionghoa,” ungkapnya.

Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, dengan membakar Kapal Wangkang akan menghantarkan arwah para leluhur ke Nirwana (Surga).

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana, Yohansia menambahkan, Replika Kapal Wangkang setiap tahunnya selalu dibuat lebih panjang dan lebar serta lebih tinggi. Hal tersebut memiliki makna agar setiap tahun kehidupan semakin lebih baik.

Selain itu, makna lainnya agar mampu membawa lebih banyak lagi roh para leluhur menuju Nirwana (Surga).

“Tiap tahun kita tambah maju dan berkembang, arwahnya juga tambah banyak jadi kita meminta doa restu untuk masyarakat agar diberikan kesehatan, kesuksesan dan keharmonisan yang labih baik,” tuturnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Optimis Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak Dapat Perkuat Daya Saing Produk Unggulan Kalbar

Untuk Sembahyang Rebut, Yohansia menjelaskan memiliki makna gotong royong dan saling tolong menolong serta berbagi, dimana yang mampu membantu masyarakat yang sedang membutuhkan.

EditorKumairoh
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm