Bagikan :
Cikarang,Sonora.Id - Jaya Iskandar mahasiswa yang ahir di Kota Batam pada 28 Mei 2004 silam ini sebagai anak bungsu dari 2 bersaudara mencetak prestasi, yakni juara 2 lomba bahasa Mandarin secara on line tingkat nasional, yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Bali.
“Lomba tersebut diselenggarakan pada periode 15 Agustus hingga 15 September 2022, dengan pesertanya umum (tidak dibatasi umur), dan hasilnya diumumkan pada 30 September 2022,” katanya ketika dihubungi patadaily pada akhir pekan lalu.
Adapun tema dari lomba tersebut ialah menceritakan tentang pandangan pribadi terhadap Tiongkok.
Dari sini, lanjutnya, sebagai mahasiswa President University, dirinya pun memaparkan mengenai keanekaragaman budaya, tradisi, tempat wisata, serta makanan khas Tiongkok.
“Saya bangga dan bersyukur karena dengan adanya lomba yang diadakan oleh Konjen Tiongkok di Bali, di satu sisi, saya mampu menambah wawasan saya terhadap Tiongkok sekaligus melatih kemampuan berbahasa Mandarin yang merupakan bahasa internasional ke-2 saat ini. Di sisi lain, saya juga dapat merasakan adanya sinergitas dalam kolaborasi Tiongkok dan Indonesia,” tuturnya.
Menariknya Jaya memilih President University ketimbang ITB.
“Saya pernah diterima di Institut Teknologi Bandung STEI-K melalui jalur SBMPTN 2022, dengan skor UTBK 721. Di sisi lain, saya juga diterima di President University jurusan IT, dengan memperoleh beasiswa penuh 100% melalui jalur tes offline yang diadakan oleh President University saat mengunjungi Kota Batam.,” katanya.
Ada beberapa hal, ucap Jaya, yang menjadi pertimbangan, baik dari segi akreditasi, biaya kuliah, lingkungan dan lokasi kampus, kurikulum, serta durasi lulus kuliah.
Namun, lanjutnya dari semua hal tersebut, hal yang menjadi fokus utama dirinya adalah penggunaan bahasa pengantarnya.
“Seluruh kegiatan pengajaran Universitas Presiden berbasis bahasa Inggris, dimana bahasa tersebut merupakan bahasa internasional yang sangat dibutuhkan saat ini. Dari sinilah, saya juga dapat menumbuhkembangkan kesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar, serta mampu menjangkau hingga karier di luar negeri,” paparnya.
Tidak hanya itu, ujar Jaya, program perkuliahan S1 di Universitas Presiden dapat ditempuh dalam kurun waktu 3,5 tahun saja.
“Sebagai universitas internasional, adanya mahasiswa yang berasal dari luar negeri seperti Timor Leste, Tiongkok, Vietnam, Jepang, Korea, dan lainnya, membuat saya tidak hanya mengenal budaya antardaerah Indonesia saja, melainkan juga mampu mengenal budaya luar negeri,” ungkapnya.
Untuk ke depannya, Jaya mengaku ingin merintis start-up bidang IT dan berkolaborasi dengan kakaknya yang juga merupakan lulusan IT President University angkatan 2017.
“Dikarenakan saat ini tren kemajuan teknologi kian progresif, dan dengan dibekali ilmu dan pengalaman di bidang yang sama, kami dapat saling membuat terobosan, saling belajar, dan yang terpenting ialah mampu berkontribusi bagi almamater, bangsa, dan negara,” ujarnya.
“Kakak saya bernama Herny Christine, sebelumnya pernah diterima di UGM Teknik Industri melalui jalur SBMPTN 2017. Tahun lalu ia lulus S1 Teknik Informatika President University (beasiswa juga 100%) dengan IPK 4.00,” tambahnya.
