BBC World Service The Arts Hour on Tour Jakarta: Berkarya di Masyarakat yang Kaya Budaya

13 Oktober 2022 07:00 WIB
[Kiri ke kanan] Sakdiyah Ma'ruf, Nia Dinata, Nikki Bedi, Asma Nadia, dan Matter Mos dalam acara The Arts Hour on Tour Jakarta yang diselenggarakan BBC World Service di Galeri Salihara, Jakarta Selatan, pada Rabu (12/10/2022).
[Kiri ke kanan] Sakdiyah Ma'ruf, Nia Dinata, Nikki Bedi, Asma Nadia, dan Matter Mos dalam acara The Arts Hour on Tour Jakarta yang diselenggarakan BBC World Service di Galeri Salihara, Jakarta Selatan, pada Rabu (12/10/2022). ( Dok. Sonora.ID/Nisa Hayyu Rahmia)

Sonora.ID - BBC World Service, stasiun Radio asal Inggris, menggelar acara The Arts Hour on Tour di Jakarta dengan bertempat di Teater Salihara, Jakarta Selatan pada Rabu (12/10/2022) malam.

Acara yang dipandu oleh presenter Nikki Bedi dan bekerja sama dengan Smart FM Radio ini mewadahi seniman yang bergerak di bidang sastra, musik, komedi, hingga perfilman.

The Arts Hour on Tour mengundang sejumlah narasumber yang ahli di bidangnya, yakni Nia Daniati selaku sutradara film yang telah mendapat tiga penghargaan; Asma Nadia yang merupakan penulis buku terlaris Indonesia; komedian terkenal yang kerap mengkritisi kondisi sosial Sakdiyah Ma'ruf; dan juga musisi Matter Mos.

Acara juga diramaikan dengan penampilan stand up comedy dari Sakdiyah Ma'ruf dan penampilan grup hiphop Punokawan.

Baca Juga: BBC World Service The Arts Hour on Tour Akan Digelar di Jakarta

Para narasumber diminta menceritakan bagaimana sudut pandang artis yang harus berkarya di masyarakat yang kaya akan budaya dan tidak homogen seperti Indonesia.

Pasalnya, tanah air kita memiliki motto Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu tujuan.

Menerapkan motto tersebut pada setiap karya yang akan dibagikan pada masyarakat tentunya tidaklah mudah.

Namun, sebagai seniman, mereka tetap berusaha keras untuk mewujudkannya lewat pandangan dan pengalaman yang mereka punya.

"Sejak umur empat tahun, aku tinggal bersama nenek-kakekku karena orang tuaku sibuk dengan pekerjaan mereka. Aku sangat beruntung dengan hidup dalam Bhinneka Tunggal Ika karena kedua nenek-kakekku adalah muslim tapi setiap Natal, mereka menyambut para tamu. Rumah kami berada di sebrang Kedutaan Amerika di Jakarta. Jadi aku terbiasa dengan perbedaan, natal, dan juga Santa," ujar Nia Daniati menceritakan bagaimana pengalamannya merasakan keragaman budaya.

Pengalaman serupa dituturkan oleh Asma Nadia, ia menceritakan bagaimana ia datang dari keluarga dengan latar belakang ras yang berbeda.

"Sebenarnya, aku setengah Cina. Ibuku awalnya bukanlah seorang muslim, dia masuk Islam (mualaf). Tapi ayahku berasal dari Aceh. Jadi kami punya Natal dari paman yang lain, kami punya Idulfitri sebagai keluarga Islam, dan ada juga perayaan tahun baru lunar Cina," jelas penulis buku Jilbab Traveler sekaligus pendiri Forum Lingkar Pena itu.

"Sebagai seorang penulis, aku ingin tulisanku bisa terhubung dengan siapa saja. Bagiku, bukan perbedaan yang ingin kutekankan, tapi kesamaan. Kita semua suka terinspirasi, kita semua suka kebaikan, kita semua suka kebijaksanaan," tambah Asma Nadia kemudian.

Setelah menilik dari sudut pandang penulis dan sutradara yang menceritakan latar belakang keluarga, sudut pandang lain diberikan oleh musisi Indonesia yang telah berkolaborasi dengan berbagai orang.

Baca Juga: Aksi Panggung Tak Senonoh, Pamungkas: Aku Minta Maaf Jika Anak di Bawah Umur Menontonnya

"Semua yang kita butuhkan adalah cinta. Cinta adalah menerima perbedaan. Kita lahir dengan karakter dan bagaimana kita melakukan hal yang berbeda. Jadi, aku rasa aku telah menyuarakan hal itu," jelas Matter Mos.

Adapun sudut pandang dari Sakdiyah Ma'ruf yang kerap mengangkat topik sensitif dalam komedinya, berharap bahwa pekerjaannya dapat membuat orang merasakan sebuah kesatuan.

"Untuk menghubungkan persatuan dalam perbedaan, komedi mengizinkan kita untuk membicarakan hal yang setara dan tidak ada yang tertinggal di belakang. Aku harap itulah yang aku bawa dalam pekerjaanku," demikian ucap perempuan asal Pekalongan yang telah mendapat penghargaan Václav Havel Prize for Creative Dissent 2015 tersebut.

The Arts Hour on Tour adalah program BBC yang diadakan di berbagai negara di seluruh dunia. Rekaman ulang dari tiap episodenya termasuk di Jakarta akan tersedia melalui laman resmi BBC.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm