Contoh Kritik dan Esai dalam Bahasa Indonesia, Singkat dan Mudah Dipelajari

7 Januari 2023 19:25 WIB
Ilustrasi contoh kritik dan esai.
Ilustrasi contoh kritik dan esai. ( unsplash.com)

Sonora.ID - Contoh kritik dan esai dalam bahasa Indonesia akan dibahas secara lengkap dalam artikel ini.

Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, teks kritik dan esai tergolong sebagai materi populer yang kerap dibahas.

Secara umum, teks kritik adalah karangan yang dibuat guna merespon atau mengomentari suatu hal atau fenomena. Sementara esai dapat dipahami sebagai karangan pribadi yang dapat berisi apapun.

Meski memiliki fungsi yang berbeda, membuat teks kritik dan esai secara umum dapat digunakan sebagai sarana latihan menulis, di mana di dalamnya, logika berpikir dan kepekaan seseorang juga bakal terasah.

Menurut Dina Gasong dalam 'Bahan Ajar Mata Kuliah Kritik Sastra' (2018), misalnya, kritik lahir sebagai jawaban dari usaha seseorang untuk mencari jawaban dari pelbagai hal yang ia pertanyakan.

Di dalam teks kritik, seseorang akan memberikan tanggapan atau komentar terkait suatu hal lewat tulisan dengan metode dan teori tertentu.

Sementara soal esai, dalam 'Menulis Tertib dan Sistematik Edisi Kedua' (1993), Jos Daniel Parera menyatakan bahwa esai hingga kini tetap menjadi sarana efektif untuk saling bertukar gagasan tentang apa saja.

Maka, untuk memahami lebih jauh soal kritik dan esai, berikut Sonora sajikan contoh kritik dan esai, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: 35 Contoh Kalimat Efektif Beserta Pengertian dan Ciri-cirinya

Contoh Kritik 

Mengupas Tuntas Siberut

Siberut, beserta orang-orang di dalamnya menyimpan sejarah perlawanan yang panjang terhadap kekuasaan dan politik ekologi di Indonesia. Ia merupakan salah satu pulau paling besar di Kepulauan Mentawai. Dari sanalah Darmanto dan Abidah Billah Setyowati bertemu dalam satu pembahasan. Darmanto merupakan peneliti perladangan tradisional Mentawai, yang juga bekerja sama dengan UNESCO (United Nation Educational Scientific and Cultrural Organization). Darmanto pertama kali menjejakan kaki di Siberut tahun 2003. Sedangkan Abidah menyelesaikan tesis untuk Universitas Hawaii. Pada awal pembuatan buku ini, sekitar tahun 2007, mereka menghabiskan tiga tahun untuk menjabarkan perebutan kekuasaan yang kompleks di Hutan Siberut.

Mereka pun menyusun Berebut Hutan Siberut: Orang Mentawai, Kekuasaaan, dan Politik Ekologi (2012). Buku ini terdiri dari sepuluh bab. Masing-masing bab memiliki satu pembahasan yang utuh dan dapat dibaca secara terpisah. Namun penempatan urutan bab memudahkan pembaca mengenal Siberut beserta kompleksitasnya secara sistematik dan lebih mendalam.

Pembaca akan mengenal sejarah panjang Siberut pada lima bab awal. Sedangkan pada lima bab setelahnya, lebih banyak menceritakan Orang Siberut serta interaksinya terhadap kekuasaan lain.

Darmanto dan Abidah menjabarkan kondisi alam Siberut dengan proporsional. Sehingga pembaca yang buta mengenai pulau ini bisa meraba suasana hutan lewat penjelasannya. Meski tidak terfokus pada penelitian berbasis geologi maupun biologi, tetapi tidak serta merta melepaskan aspek tersebut pada pembentukan keunikan Pulau Siberut. Ini menjadi nilai lebih karena tak banyak buku yang menjelaskan sejarah Sisberut secara tuntas.

Di sisi lain, Orang Siberut digambarkan secara polos dan apa adanya. Penulis tidak melebih-lebihkan atau menutupi kenyataan, bahwa Orang Siberut tidak memiliki tujuan mulia untuk melestarikan hutan. Mereka hidup dengan adat dan roh-roh yang selama ini mereka percayai. Mereka memiliki penguasaan hutan yang dikelola secara tradisional.

Semua hubungan tersebut tercampur baur dalam politik ekologi. Di mana hutan tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia, begitu juga sebaliknya. Namun yang harus diperhatikan adalah bagaimana manusia memperlakukan hutan tersebut. Apa yang terjadi dengan Siberut tentu masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Di mana kekuasaan memegang peran besar dalam kendali terhadap hutan maupun lahan.

Orang Siberut, pemerintah, maupun perusahaan memiliki kepentingan tersendiri terhadap hutan. Mana yang harus dibela? Buku ini tidak mengungkapkannya. Ia hanya memaparkan kondisi sebenarnya sehingga pembaca dapat menyimpulkan sendiri.

Baca Juga: Kearifan Lokal: Pengertian, Ciri-Ciri dan Contohnya

Buku ini baik dalam mengungkapkan seluk-beluk suatu wilayah secara gamblang. Ia mengungkapan suatu hubungan antara hutan dan kekuasaan yang membayanginya. Baik itu kekuasaan oleh penduduk asli, pemerintah, perusahaan, atau lainnya. Namun, masih terdapat beberapa narasi yang kering. Mungkin itu karena ada beberapa kutipan panjang yang ditampilkan dalam satu paragraf, tanpa narasi yang lebih detail. Kurang lebih bentuknya sama seperti tesis. Tentu hal ini tidak mengurangi kecukupan informasi pembaca mengenai Siberut. Namun, untuk ukuran buku, narasi yang menarik tentu akan sangat membantu.

Apa yang Darmanto dan Abidah suguhkan dalam buku ini sangat berguna bagi mereka yang bergelut dalam gerakan masyarakat, reforma agraria, serta ketegangan antar kekuasaan bekerja. Pembacaan yang gamblang pada suatu perebutan hutan, menjadi pelajaran penting untuk menentukan keberpihakan.

Contoh Esai

Mengenal Zine, Media untuk Mencurahkan Pikiran

Pada 9 Desember 2019, ada pameran Zine Fest di Museum Huruf Jember. Saya baru pertama kali mendengar istilah zine. Ketika saya dan teman-teman berkunjung ke pameran, rupanya zine berisi kumpulan tulisan dan gambar yang dijadikan satu menyerupai buletin atau majalah.

Zine merupakan wujud yang lebih sederhana dari magazine (majalah). Zine lebih sederhana karena bebas, dan tidak terikat pada kaidah penyusunan suatu media. Perbedaannya jelas terlihat dari gaya bahasa, tema yang dibahas, bahkan format zine.

Terdapat sekitar 500 zine yang dipamerkan. Zine yang dipamerkan, dikirim oleh pegiat zine berbagai kota. Kota tersebut antara lain Jakarta, Bekasi, Bandung, Sidaoarjo, Surabaya, Malang, Banyuwangi, Ngawi, Mojokerto, Yogyakarta, Semarang, Pati dan Solo. Dengan mengganti biaya fotokopi seharga Rp. 3.500,00, kita bisa membawa pulang zine yang menurut kita menarik. Selain pameran, beberapa kegiatan juga digelar dalam Zine Fest. Kegiatan tersebut antara lain workshop dan diskusi zine, workshop fermentasi apel, dan workshop tato.

Saya mengikuti diskusi tentang zine. Pematerinya Didi Painsugar dan Yudo. Keduanya adalah pegiat zine. Masing-masing memberi pandangan tentang zine, pengalaman membuat zine, juga cerita tentang komunitasnya.

Melalui serangkaian acara Zine Fest, saya mengenal sebuah media alternatif. Media di mana semua orang dapat menyampaikan pemikirannya, tanpa ada batasan. Di tengah krisis kebebasan berpendapat, saya bersyukur masih ada ruang-ruang alternatif semacam ini.

Demikian paparan mengenai contoh kritik dan esai dalam bahasa Indonesia sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Baca Juga: Contoh Soal AKM SMP Kelas 8, Lengkap dengan Kunci Jawaban dan Pembahasan

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm